DODOKUGMIM.COM – Saudaraku yang diberkati TUHAN
Ada ungkapan yang mengatakan bahwa anak adalah berkat TUHAN yang berharga, karenanya janganlah kita mengecewakan TUHAN dengan menyia-nyiakan berkatNYA itu. Ungkapan ini tentu akan memotivasi iman kita dalam hidup sebagai orangtua dan anak untuk saling menjaga dan juga saling mengingatkan bahwa semua yang kita punya berasal dari TUHAN yang adalah anugerahNYA, baik itu anak kita, maupun orangtua kita. Sebagaimana tema perenungan kita di minggu ini tentang anak adalah mahkota mengisyaratkan bahwa orangtua memilki tanggungjawab serta wewenang untuk menjadikan berkat TUHAN ini yaitu anak kita sebagai sesuatu yang berharga dan tak ternilai dalam menjalani kehidupan yang dianugerahkan TUHAN itu. Karena dalam Alkitab Mahkota (Ibrani: רזֶנֵ – Nezer; רתֶכֶּ – Keter; הרָטָעֲ – ‘Atarah) menjadi lambang kedaulatan dan kuasa. Mazmur 89:20; Ester 2:17,Kidung Agung 3:11. Menjadi lambang kehormatan atau kemenangan, Amsal 4:9; 16:31; Yesaya 62:3; Filipi 4:1; Ibrani 2:9. Dan juga menjadi lambang kesempurnaan dan kekayaan anugerah Allah bagi umat-Nya. Mazmur 65:12; 103:4; Yesaya 28:5; Yehezkiel 16:12; Yakobus 1:12; 1 Petrus 5:4; Wahyu 2:10; 3:11. Dan dalam teks perjanjian baru mahkota diterjemahkan dari dua kata yaitu στέφανος, Stephanos dan διάδημα, Diadêma. Dan mahkota ini seringkali diberikan sebagai penghargaan atas kemenangan atas suatu kejuaraan/kompetisi. Dengan demikian maka kita dapat memahami kalau anak adalah mahkota berarti anak kita adalah kehormatan kita, anak kita adalah sesuatu yang berharga dalam hidup dan karenanya kita akan mendidik mereka agar mereka meraih kemenangan-kemenangan dalam hidup yang bukan hanya menjadikan mereka pemenang untuk diri mereka sendiri tapi juga menjadi kebanggaan orangtuanya dan tentu menyenangkan hati TUHAN. Sebab kita tahu bersama pertumbuhan anak-anak kita dewasa ini tidak akan terlepas dari kehidupan yang sekuler, cenderung anti sosial, bahaya hedonisme dan konsumerisme serta kemajuan teknologi yang menjadi kebutuhan yang tidak bisa terlepas dari manusia.
Apabila salah memanfaatkannya, maka pasti kita akan diperhamba oleh semuanya itu. Karenanya untuk meraih kemenangan dalam hidup yang dijalani maka Amsal 17:1-17 menjadi titik acuan dalam pencapaian keberhasilan. Kita melihat bagaimana Pengamsal mengingatkan agar kehidupan yang dijalani ;
- Bersyukur atas apa yang diberikan TUHAN (ayat 1, lebih baik sekerat roti yang kering disertai ketentraman daripada makanan daging serumah disertai perbantahan). Sekerat roti kering tidak hanya bermakna kuantitas yang sangat sedikit tapi juga kualitas yang sangat sederhana. Memang baik rumah penuh daging (Ibr. יחֵבְזִ zibeekh dari חבַזֶ zebakh, adalah daging yang dimakan bersama-sama penyembah setelah dipersembahkan kepada TUHAN) tapi apa gunanya jika setelah beribadah mereka makan daging tapi kemudian disertai perbantahan/perseteruan, apalah artinya semua itu.
- Memiliki keterampilan dan pendidikan yang baik supaya tidak dipermalukan (ayat 2, budak yang berakal budi akan berkuasa atas anak yang membuat malu, dan akan mendapat bagian warisan bersama-sama dengan saudara-saudara anak itu). Disini kita melihat penggunaan kata Ibrani ליכִּשְׂמַ Mas’kil. Menarik untuk mempelajari kata Mas’kil ini, sebab kata ini menjadi dasar dari kata yang sudah kita kenal seperti skill (keterampilan), dan school (sekolah). Kata Ibrani ליכִּשְׂמַ Mas’kil, berasal dari verba: לכַשָׂ Sakal, artinya: perilaku cerdas, menggunakan akal-budi/ pengertian. Dalam penggunaan bahasa Ibrani Modern, kata Mas’kil diberikan sebagai gelar untuk kehormatan ilmiah, sarjana/ cendekiawan/ pakar/ ahli, yaitu gelar bagi orang sekolahan yang pintar dan cerdas dan bijaksana. Sehingga disini kita akan memahami bahwa alangkah malunya orangtua jika anaknya tidak memiliki pendidikan dan ketrampilan. Karena ia dapat digantikan oleh budak orangtuanya. Memang pada masa itu tidak ada budak yang keberadaannya sebaik budak yang ada di Israel. Karena mereka diperhitungkan juga sebagai anggota keluarga, menganut agama tuannya serta belajar dan memiliki pendidikan. Sehingga seorang anak mau tidak mau harus memiliki Mas’kil/akal budi sehingga dia tidak membuat malu dan bisa kehilangan haknya atas warisan keluarganya.
- Sebagai mahkota dan kehormatan yaitu anak dan nenek moyang mereka (ayat 6) maka kehidupan yang diuji oleh TUHAN harus berpusat kepada:a. hati (ayat 3) yang terus melakukan kebaikan dan kebenaran/bukan pembohong (ayat 4), tidak menganggap remeh orang lain (ayat 5) dan kemudian bergembira atas kecelakaan orang lain (ayat 6) karena mereka yang bergembira itu akan mendapatkan penghukuman.b. Berusaha untuk mengucapkan kata-kata yang bagus dan layak, kata-kata yang pantas bagi orang yang benar supaya tidak menjadi orang bebal (ayat 7). c. Tidak berusaha untuk menyuap orang lain dengan hadiah (ayat 8). d. Menjadi seorang pemaaf sehingga disukai oleh banyak orang dan tidak mengungkit-ungkit kesalahan supaya persahabatan tetap terjaga (ayat 9)
- Menjadi orang yang berpengertian dan bukan bebal (ayat 10), karena orang durhaka hanya mencari kejahatan sehingga dia akan mendapatkan penghukuman/utusan yang kejam (ayat 11). Ingatlah kebebalan yang menghasilkan kebodohan lebih berbahaya daripada beruang betina yang kehilangan anaknya (ayat 12).
- Belajar untuk terus melakukan kebaikan sekalipun mungkin kita dijahati karena jika kita membalas kebaikan dengan kejahatan maka maka kejahatan tidak akan menghindar dari rumahnya (ayat 13).
- Menjadikan diri kita untuk tidak terlibat dalam perbantahan sebelum memulai lebih baik mundur, karena perbantahan itu di ibaratkan seperti membuka jalan air (ayat 14)
- Jangan memutar balikkan kebenaran dengan kesalahan karena itu adalah kekejian bagi TUHAN (ayat 15)
- Seberapa banyaknya uang yang kita miliki tidak dapat membeli atau menjadikan kita berhikmat (ayat 16)
- Menjadi sahabat sejati yang mengasihi setiap waktu bahkan menjadi seperti keluarga/saudara bagi sahabat kita yang mengalami kesukaran/kesusahan (ayat 17).
Saudaraku yang mengasihi dan dikasihi TUHAN melalui bacaan ini kita dapat merefleksikan diri sebagai orangtua yang adalah kehormatan anak-anak dan anak-anak yang adalah mahkota orangtua,
Pertama, apa yang TUHAN beri harus dinikmati dengan syukur dan penuh sukacita. Bukan persoalan daging atau roti tapi bagaimana mampu bersyukur atas berkat TUHAN dan hidup mencukupkan diri dengan apa yang TUHAN beri. Karena terkadang gengsi yang lebih tinggi dari kenyataan, tahu to kalau pesta, penampilan (gaya hidup) luar biasa walaupun apa yang kita upayakan untuk menghadirkan itu semua pinjam sana pinjam sini. Bahkan terkadang ada orangtua yang kemudian mengesampingkan kebutuhan anaknya yang penting orangtuanya gaul abis.
Kedua, menjamin anak-anak memiliki masa depan yang baik adalah wujud iman orangtua terhadap TUHAN. Orangtua harus memberikan perhatian dan bahkan mau berkorban untuk masa depan anaknya. Ia harus menjamin pendidikan anak-anaknya serta mengupayakan keterampilan yang mau tidak mau harus dimiliki oleh anak-anaknya. Karena memang benar pendidikan formal itu penting tapi pendidikan informal juga harus dimiliki oleh anak-anak kita. Dan jangan biarkan anak-anak kita terbuai/dimanja dengan fasilitas yang kita miliki dan menjadikan mereka masa bodoh dan selalu beranggapan bahwa semuanya ada dan tersedia. Ingat apa yang dibahasakan pengamsal dalam bacaan ini di ayat yang kedua. Jangan sampai pula kita sebagai anak menganggap remeh pendidikan, keterampilan dan akhirnya kita kehilangan masa depan. Sebab kita mengabaikannya dan akhirnya membuat orang lain yang menikmatinya. Ingat akal budi yang menghasilkan hikmat dan pengetahuan tidak dapat dibeli.
Ketiga, berusaha untuk terus benar dalam TUHAN agar supaya tidak jatuh dalam dosa yang dapat membuat kita membiasakan diri untuk mendengar bahkan menjadi seorang pendusta, juga membuat kita merasa diri lebih hebat dari orang lain sehingga meremehkan orang lain. Hal lain ketika jauh dari kebenaran dalam TUHAN membawa kita menjadi orang-orang yang tidak peka terhadap orang lain bahkan cenderung bergembira karena kesusahan orang lain. Menjadikan kita juga sebagai orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan termasuk didalamnya menyuap orang lain.
Keempat, hidup yang benar dalam TUHAN menjadikan kita mampu terus menerus berbuat baik dan mampu melakukannya dalam segala situasi dan keadaan yang dijalani dalam kehidupan. Terus belajar dalam hidup ini untuk berbuat baik sekalipun kita mendapatkan perlakuan yang tidak baik. Mungkin dihina, disakiti bahkan mungkin disingkirkan dan kehilangan apa yang kita punyai baik harta ataupun kedudukan dan jabatan. Tetap benar dalam ketidakbenaran yang dilakukan orang lain tentu tidaklah mudah apalagi jika ada kesempatan atau peluang untuk membalas apa yang dilakukan orang lain terhadap kita. Tapi kita diingatkan jangan pernah memutarbalikkan kesalahan menjadi kebenaran atau sebaliknya.
Kelima, menjaga dan melatih diri untuk tidak hidup dalam perbantahan, karena perbantahan ada pada orang yang tidak memiliki pengetahuan/akal budi, ada pada orang bebal yang bodoh. Sebelum memulainya sebaik kita mundur, mengapa? Karena orang yang melakukan perbantahan tidak akan pernah habis dan tidak akan berhenti. Hal ini akan terus diungkit-ungkit dalam kehidupan. Karenanya kita diingatkan untuk menghindarinya. Dengan demikian maka kehidupan akan berjalan baik dan penuh dengan damai sejahtera dan persaudaraan. Dan ketika ada dalam kehidupan persahabatan dengan orang lain maka akan tetap terjaga dan terpelihara dalam kasih dan akhirnya persahabatan yang dibangun adalah persahabatan yang tulus dan murni seperti seorang saudara satu dengan yang lainnya.
Akhirnya saudaraku, ingatlah bahwa anak adalah peniru terbaik, jadi berikanlah mereka sesuatu yang hebat, pantas, layak dan benar untuk ditiru. Amin.