DODOKUGMIM.COM, TOMOHON – Gusdurian koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi, Muhammad Anshori, hadir sebagai pemateri dalam Seminar Agama Dan Negara yang digelar Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) Yayasan Ds. A.Z.R Wenas, di GMIM Maranatha Paslaten, Jumat (4/10/2019). Ia menyampaikan materi tentang Berteologi Dalam Konteks NKRI Dari Perspektif Islam Dan Kristen.
Di hadapan civitas akademika UKIT, pria yang akrab disapa Anshori mengeritik cara beragama yang hanya menekankan pada simbol-simbol tanpa menerapkan nilai yang diajarkan dalam agama. “Harusnya kamu malu dengan Salibmu kalau ternyata kamu masih korupsi, melakukan kekerasan dalam rumah tangga dan lainnya. Saya pun harus malu dengan sarung saya jika melakukan hal yang sama,” tegas dia.
Anshori menyatakan bangsa ini sedang membutuhkan putra-putrinya yang tak sekadar beragama tapi benar-benar mengamalkan etika yang diwajibkan dalam agama. “Yang lebih dibutuhkan publik bukan apa agamamu, tapi etikamu!” serunya.
Menurutnya, semakin tinggi iman seseorang maka akan nampak nilai-nilai kebaikan yang dirasakan orang lain. “Semakin kamu beriman, kamu semakin muslim atau semakin kristiani. Semakin kamu bertindak atas dasar kemanusiaan, keadilan, kesederhanaan bahkan menampilkan nilai-nilai kearifan lokalnya yang didasarkan pada kemanusiaan,” tambah dia.
Xenophobia atau ketakutan yang dapat menimbulkan kebencian terhadap orang atau sesuatu yang asing atau berbeda, kata Lattu, harus dihilangkan dalam merajut bingkai teologi di Negara Pancasila ini.
Koordinator Departemen Seminar Pdt. Dr. Marhaeni Mawuntu menjelaskan, seminar tersebut digelar untuk membangun kesadaran penting peran dunia pendidikan dalam menanamkan menuturkan nilai-nilai agama yang membangun bangsa.
“Kita sedang berhadapan dengan upaya-upaya untuk menggoyang NKRI. Kita harus menyikapi persoalan ini secara serius,” kata Mawuntu.
Hadirnya dua pembicara tersebut, lanjutnya, diharapkan dapat menambahkan pengetahuan tentang kehidupan bersama di NKRI, sekaligus membangkitkan kembali komitmen dan semangat menjaga bangsa.
“Seminar ini menjadi tanda positif, bahwa GMIM tidak hanya memikirkan urusan internal, tapi juga tentang konsep berbangsa,” ujarnya.(dodokugmim/nandabone/geraldywantania)