DODOKUGMIM.COM – Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus
Sebagai orang tua, kita dapat secara mendalam mempengaruhi arah kehidupan anak-anak kita dengan tingkah laku kita kepada mereka. Saya percaya sebagai suami-suami dan istri-istri kita dapat menetapkan arah bagian seluruh keluarga kita. Sebagai seorang pemilik usaha, kita dapat menolong menetapkan arah bagi para pegawai kita. Dengan cara hidup kita, kita mempunyai kesanggupan untuk menolong membentuk dan mengukir masa depan siapa pun yang kita pengaruhi.
Dan masing-masing-masing-masing dari kita mempunyai pengaruh atas seseorang. Saudara mungkin tidak menganggap diri sendiri sebagai seorang pemimpin, tetapi saudara mempunyai suatu lingkungan pengaruh yang paling tidak — seseorang atau suatu kelompok yang menghormati saudara. Bahkan jika saudara adalah orang muda (pemuda atau remaja), seseorang menghargai pendapat dan cara hidup saudara.
Hidup yang memberi arti, pengaruh dan teladan inilah yang disampaikan Rasul Paulus kepada Titus, untuk diberitakan kepada jemaat di Kreta yang hidup ditengah-tengah orang-orang Kreta yang digambarkan sebagai “pembohong, binatang buas, pelahap yang malas” (Titus 1:12).
Paulus menulis surat ini sebagai panduan bagi Titus untuk melaksanakan tugasnya dalam mengawasi gereja itu sekaligus permintaan kepada Titus untuk mengajar umat percaya di sana tentang hidup kudus. Dalam Titus 2:1-10, Paulus menekankan perilaku terhormat dan perbuatan baik dalam gereja dan mendorong Titus untuk menolong jemaat bertumbuh dalam iman dengan menekankan nilai penting dari orang-orang yang sudah lama percaya dalam meneladankan iman Kristen. Tentu pengajaran yang sehat itu penting, tetapi iman bukan hanya perlu dikatakan, melainkan juga ditunjukkan lewat perbuatan.
Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus
Setiap kali Rasul Paulus mendirikan satu jemaat, ia menunjuk penatua-penatua untuk mengurus gereja tersebut (Kisah Parah Rasaul 14:23). Para pakar Alkitab tidak bisa memastikan siapa yang mendirikan gereja di Kreta, tetapi waktu Paulus mengetahui bahwa gereja tersebut tidak memiliki penatua untuk menggembalakan orang-orang yang baru percaya, ia mengutus Titus untuk membina, mengatur dan mengawasi gereja tersebut (Titus 1:5). Titus menerima perintah dan arahan yang bermanfaat untuk tanggung jawabnya di dalam gereja. Paulus tidak hanya mengajar, tetapi juga memberi contoh bagaimana memberitakan “apa yang sesuai dengan ajaran sehat” (ayat 1).
Paulus menulis bahwa laki-laki tua dan perempuan tua dalam hal ini orang tua (ayah dan ibu) harus dapat menguasai diri, berkelakuan baik, dan mengasihi. Kepada laki-laki yang tua, supaya “hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan” (ayat 2). Hal ini menggambarkan tentang gaya hidup para bapak sehari-hari. Sebagian besar anak mendapatkan konsep-konsep mereka tentang siapa Tuhan sebenarnya dan seperti apa Ia dari ayah-ayah mereka. Jika ayah mereka jahat dan kasar, akhirnya anak-anak itu akan bertumbuh dengan suatu pandangan yang menyimpang tentang Tuhan. Jika si ayah penuh kasih, baik hati, berbelaskasihan, dan adil, anak itu akan mengerti lebih baik karakter Tuhan.
Demikian juga perintahnya kepada perempuan-perempuan yang tua, supaya “hidup sebagai orang yang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajar hal-hal yang baik” (ayat 3), dari teladan para ibu inilah akan menjadi bekal bagi generasi selanjutnya, yakni “perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar firman Allah jangan dihujat” (ayat 4-5). Seorang perempuan tua (ibu), mempunyai kesempatan dan tanggung jawab untuk memberi pengaruh kepada anak-anaknya melalui gaya hidupnya. Perkataannya yang mengomeli putra remajanya, “Kamu sangat pemalas; kamu tidak akan pernah mencapai apa pun! Jika kamu tidak memperbaiki diri kamu tidak akan pernah masuk perguruan tinggi. Kamu mungkin. Akan terlibat masalah.”
Jenis kata-kata negatif seperti itulah yang akan menghancurkan seseorang lebih cepat dibanding yang dapat saudara bayangkan. Kepada orang muda, Paulus mengingatkan “nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik, … jujur, sehat dan tidak bercela” (ayat 6-8). Pada usia muda, kecenderungan untuk meniru orang tua mulai pudar. Pada usia muda mereka sedang mencari jati diri dan dalam rangka itu mereka membuat jarak dan menjauhkan diri dengan orang tua. Untuk itu, Paulus mengingatkan supaya “nasihatilah mereka dalam segala hal”, karena mereka mendekatkan diri dengan teman sebaya dengan jalan banyak meniru penampilan, perbuatan dan gaya hidup teman-teman sebaya. Semua teladan dari kawan sebaya biasanya langsung ditiru, tanpa memperhitungkan baik atau buruknya. Teladan memang mempunyai daya yang kuat bagi orang muda, lebih-lebih teladan dari pendidik dan pemimpin.
Paulus juga mengingat para hamba, “hendaklah taat, … jangan membantah, jangan curang, tulus dan setia” (ayat 9-10). Ini semua adalah ajaran yang sehat, dan mereka menerapkan ajaran yang berbeda dengan hamba lainnya. Maka tuan-tuan mereka akan melihat dengan jelas apa yang istimewa dari hamba kristiani, sehingga melalui mulut tuan-tuan mereka ajaran Allah akan dipermuliakan.
Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus
Paulus selalu ingat bahwa jemaat Kristen, sebagai suatu fenomena baru, merupakan sesuatu yang menarik untuk dicermati dari dunia luar. Di dalam surat kepada Titus, ia memberi nasihat tentang bagaimana setiap kelompok yang berbeda dalam jemaat — laki-laki tua, perempuan tua, perempuan muda, laki-laki muda, para hamba — dapat memberikan contoh terbaik bagi dunia yang selalu mengawasi itu. Tujuannya adalah “lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita” (ayat 8).
Sudahkah dunia menjadi malu dengan kehadiran kita? Ataukah dunia turut bahagia dan bergembira dengan hal-hal buruk yang kita lakukan? Hari ini, saatnya sebagai keluarga Kristen (ayah, ibu, anak-anak dan pekerja) untuk memberi pengaruh bagi dunia di sekitar kita. Mungkin pelayanan kita biasa-biasa saja. Tidak istimewa. Tidak luar biasa. Tidak hebat. Kita tidak punya kedudukan. Tetapi kita diajak untuk ‘Membina Keluarga Dengan Ajaran Sehat.’ Kita terpanggil menjadi saksi Kristus melalui tutur kata dan perilaku hidup sehari-hari. Maka hidup kita memberi arti dan menjadi arti, serta memberi pengaruh dan teladan bagi orang lain maka Tuhan Yesus, Juruselamat kita dipermuliakan!
Amin.