DODOKUGMIM.COM– Syalom! Damai di hati! Saudaraku,
Kita baru melewati libur panjang sehubungan dengan perayaan Idul Fitri saudara-saudara kita kaum muslim. Banyak yang bepergian bahkan sampai ke luar daerah. Tidak sesulit waktu yang lampau untuk mencari petunjuk jalan karena beberapa aplikasi yang dapat membantu. Kita tidak harus sering berhenti saat berjumpa orang dan bertanya arah atau jalan menuju tempat tujuan kita…
Beberapa aplikasi di smartphone kita sangat membantu saat melakukan perjalanan ke suatu tempat yang baru, walaupun kadang kita juga dibuat berputar-putar dengan petunjuk yang diberikan sehingga kita justru tersesat karena terlalu banyak jalan yang ditunjukkan, saya sendiri pernah mengalaminya…
Salah satu hal yang perlu diperhatikan supaya semakin tinggi akurasi petunjuk arah yang diberikan oleh aplikasi yang kita gunakan adalah meng-update aplikasi tersebut.
Saudaraku,
Hidup adalah satu perjalanan. Banyak ‘aplikasi’ yang dapat kita jadikan petunjuk dalam perjalanan kita, tapi berhati-hatilah supaya tidak salah memilih aplikasi yang dapat membuat kita tersesat.
Saya mau menawarkan Alkitab sebagai ‘Aplikasi Utama (prime application)’ petunjuk jalan kehidupan kita. Dalam perenungan saat ini saya mau “meng-updatenya” dengan belajar dari Amsal 2 menjadi penuntun kita berjalan di jalan yang benar.
Saudaraku,
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Amsal berarti misal, umpama, perumpamaan.
Dalam bahasa Inggris kitab ini dikenal dengan Proverbs: (a collection or moral sayings and counsels forming a book of canonical Jewish and Christian Scripture). Kumpulan perkataan-perkataan dan Pemikiran-Pemikiran yang menuntun dalam Kitab Suci Kristen dan Yahudi.
Dalam Webster New Collegiate Dictionary Proverb berarti: a brief popular epigram or maxim. (sebuah peribahasa yang padat dan mengandung kearifan atau sebuah perkataan populer yang menyatakan kebenaran umum dan tata krama).
Dalam pasal 1 dicacat dengan jelas bahwa tujuan Amsal adalah untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna, untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda, untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak.
Itu semua dapat dicapai dengan hidup takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan mengawali segala kata hikmat dalam kitab Amsal ini. Seperti halnya satu ruangan yang penuh dengan harta karun, kunci yang diperlukan untuk bisa masuk di dalamnya adalah Amsal 1:7a.
Takut akan Tuhan akan menuntun kita menemukan harta karun dalam kitab Amsal.
Fear of God is the key! (Takut akan Tuhan adalah kuncinya!)
Saudaraku,
Serentetan petunjuk mengenai sikap yang benar terhadap hikmat dipaparkan penulis dari ayat 1-4 Amsal pasal 2 bacaan kita saat ini. Mencermati semua sikap ini, kita belajar bahwa untuk memperoleh hikmat, harus ada usaha yang serius, tidak mengenal lelah, bersemangat, dan terbuka untuk dipimpin oleh hikmat. Mencari hikmat melibatkan pikiran, indera, hati, dan kemauan. Sikap ini dimiliki oleh orang yang tahu dan yakin bahwa hikmat yang didasari takut akan Tuhan adalah hikmat yang paling berharga bagi hidupnya. Karena hikmat bersumber pada Allah, maka kita perlu menyediakan waktu untuk mendengar firman-Nya dengan teratur dan sungguh-sungguh. Kita perlu membuka hati dan pikiran kita mempelajari firman Tuhan. Kita perlu menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan di dalam doa dan persekutuan pribadi, dan melakukan firman Tuhan setiap hari.
Jalan hidup orang yang berhikmat jauh berbeda dengan orang yang tidak memiliki hikmat. Hikmat akan menuntun, sehingga kita tidak berjalan di jalan yang gelap; hikmat akan menguatkan sehingga kita tidak tergoda perempuan jalang (terjemahan BIS/BIMK: “perempuan nakal”; New Revised Standard Version [NRSV] “loose woman” (wanita sesat/tidak bermoral). Dengan hikmat pula kita akan hidup bermoral tinggi dan luhur, dan yang terutama kita akan memiliki pengenalan akan Tuhan.
Hidup berhikmat sebenarnya adalah hidup dalam batas pagar kebenaran Tuhan. Orang yang berhikmat berdisiplin diri untuk hidup dalam batas pagar. Sebaliknya, orang yang tidak berhikmat melintasi batas pagar dan akhirnya terjatuh ke dalam dosa. Kadang kita tergoda untuk melewati batas pagar “sedikit saja.” Kita mulai berbohong dan membelokkan kebenaran. Kita melakukan hal yang salah dan menyebutnya “kesempatan”.
Hidup dalam batas pagar menuntut disiplin dan kedewasaan yang tinggi. Kita sendirilah yang menetapkan batasnya berdasarkan firman Tuhan dan kita sendirilah yang tahu bila kita melanggarnya. Jika kita telah telanjur salah melangkah, berhenti dan berbaliklah. Berhenti sekarang akan lebih baik daripada berhenti kemudian. Orang yang berhikmat dan takut akan Tuhan adalah orang yang berani berhenti dan kembali masuk ke dalam pagar.
Saudaraku,
Dalam ‘perjalanan kita’ belajar tentang hikmat dalam kitab Amsal tidak akan pernah mencapai tujuan jika tidak melihat hikmat dalam Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Baru, Yesus digambarkan sebagai orang yang hikmat-Nya lebih besar daripada hikmat Salomo (Matius 12:42). Hikmat Yesus digambarkan sedemikian besar, sehingga orang di tempat asal-Nya pun tidak tahu dari mana Ia memperolehnya (Matius 13:54; Markus 6:2). Surat Kolose mengatakan bahwa Yesus adalah kunci kepada misteri Allah … dan “di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan” (Kolose 2:3). Paulus mempertentangkan hikmat manusia, yang adalah kebodohan, dengan hikmat Allah (1 Korintus 1:18-2:16). Misteri hikmat Allah adalah bahwa Allah telah mengirim Yesus untuk mati di kayu salib demi mengampuni dosa dan menyelamatkan mereka yang percaya pada pemberitaan tentang Dia. Bagi mereka yang tidak percaya, pemberitaan ini sepertinya adalah kebodohan, karena mereka menggunakan hikmat dunia, bukan hikmat yang diberikan Allah.
Saudaraku,
Melangkah dalam perjalanan kehidupan kita saat ini tidak mudah. Banyaknya jalan di depan kita sering membuat kita bingung memilih jalan yang tepat dan benar, bahkan tak jarang kita tergoda memilih jalan menyenangkan meski itu salah sehingga membuat kita semakin tersesat.
Lewat pemberitaan beberapa media cetak lokal, kita memperoleh informasi ada beberapa orang yang menjadi korban karena penyalahgunaan minuman keras (miras), padahal itu dalam acara suka duka – pasti sebelumnya ada ibadah… tapi karena sudah minum miras berlebihan tali persaudaraan rusak dengan pertumpahan darah. Mohonlah hikmat supaya ibadah itu selalu menjadi ‘prime-time’ di acara suka duka, sehingga persaudaraan semakin rukun dan damai di mana berkat-berkat Tuhan dicurahkan (Mazmur 133).
Saat ini kita juga bergumul karena pandemi belum berakhir sudah ada lagi penyakit hepatitis akut yang banyak menyerang anak-anak 16 tahun ke bawah. Karena itu, kita harus lebih memberi perhatian kepada anak-anak kita. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyampaikan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) di Eropa pada tanggal 23 April 2022. Harian Tribun Manado, Selasa 10 Mei 2022 hal. 2 mencatat sudah ada 15 kasus Hepatitis Akut di Indonesia. Protokol kesehatan tidak boleh kendor.
Selain di sisi kesehatan, kita juga bergumul dengan gejolak ekonomi global akibat perang Rusia-Ukraina, harga-harga Bahan pokok kebutuhan sehari-hari semakin naik. Kita diserang di sektor-sektor vital: kesehatan dan ekonomi.
Banyak tawaran yang membuat kita jatuh di tengah kesulitan yang kita hadapi ini. Banyak yang tergoda dengan tawaran investasi yang bisa membuat kaya mendadak atau yang dikenal dengan crazy rich (secara harafiah berarti ‘kaya gila’, tapi idiom ini berati ‘kaya raya sekali’). Mereka berpose di mobil-mobil mewah untuk memamerkan kekayaan mereka, tapi ternyata diperoleh dengan menipu orang. Salah seorang diantara mereka pun pernah berkata di akun medsosnya bahwa ‘Tuhan pun bingung membuat dia menjadi susah.’ Tak lama berselang yang bersangkutan langsung ‘dicambuk’ Tuhan. Kedok mereka (para ‘crazy rich’) terbongkar dan harus berurusan dengan pihak kepolisian, harta disita dan mereka ditahan.
Saudaraku,
Meski banyak jalan di depan kita, pilihlah Tuhan Yesus meski susah dan menderita (pikul salib). Dia pasti selalu mengaruniakan kita hikmat untuk terus berjalan di jalan yang benar. Karena hanya Dialah satu-satunya jalan dan kebenaran dan hidup” (Yohanes 14:6). Amin!