
DODOKUGMIM.COM – Kita biasa mendengar kata musyawarah untuk mufakat. Berembuk, duduk bersama mencari solusi supaya menemukan satu kesepakatan yang tentu untuk kebaikan. Sayangnya mufakat yang ditemukan disini, justru mengarah pada sesuatu yang negative. Ayat 1 menyatakan “pagi – pagi benar imam-imam kepala bersama tua – tua dan ahli – ahli taurat dan seluruh mahkamah agama sudah bulat mufakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawaNya dan menyerahkannya kepada Pilatus”. Berarti dibawanya Yesus kepada Pilatus adalah hasil kesepakatan, konspirasi imam kepala, ahli taurat dan mahkamah agama. Tokoh – tokoh penting itu, mensiasati sebuah situasi yang mencelakakan orang lain. Mengawali hari dengan melakukan kejahatan. Hari yang Tuhan berikan, seharusnya diawali dengan sesuatu yang mendatangkan berkat dan manfaat, bukan merancang rancangan kecelakaan bagi orang lain.
Jelas di ayat 1, Yesus dibawa pada Pilatus, Gubernur Romawi yang bertugas di Yudea. Sebenarnya bisa saja Mahkamah Agama yang menjatuhkan hukuman pada Yesus karena pemerintah Romawi mengizinkan mahkamah agama Yahudi menjatuhkan hukuman berat jika ada pelanggaran tetapi mahkamah agama menginginkan Pilatus yang menjatuhi hukuman tetapi Pilatus juga mungkin ragu, karena ia tahu siapa Yesus. Tetapi ia menjalankannya juga. Pertanyaan pertama yang diajukan Pilatus di ayat 2 “Engkaukah Raja orang Yahudi” Jawab Yesus “engkau sendiri mengatakannya”. Tuduhan terhadap Yesus telah sampai ke telinga Pilatus. Tanpa restu dan dukungan dari Pemerintah Roma, orang yang mengaku diri Raja dianggap sebagai pemberontak. Secara tidak langsung dengan pertanyaannya itu, Pilatus langsung menuduh Yesus sebagai pemberontak, ditambah lagi banyak tuduhan yang dialamatkan kepadaNya oleh siapa? Ayat 3 “lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia” Berbagai tuduhan yang memberatkan sudah disebutkan oleh imam – imam kepala yang semuanya untuk memuluskan rencana jahat mereka. Ada pertanyaan lanjutan Pilatus di ayat 4 “Tidakkah Engkau memberi jawab?lihatlah betapa banyaknya tuduhan terhadap Engkau” bagaimana reaksi Yesus atas tuduhan – tuduhan itu, nyata di ayat 5 “tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus merasa heran”. Perhatikan reaksi Yesus yang tenang, walau mungkin ada yang berkecamuk dalam hatinya. Karena memang, kadangkala kita dituntut untuk memilih reaksi yang tepat ketika berhadapan dengan situasi yang sulit. Reaksi yang ditunjukkan Yesus bukan reaksi yang arogan dan tanpa pertimbangan. Karena ada orang yang memperjuangkan kebenaran malah menjadi salah, karena reaksi yang ditunjukkan kurang elegan dan cenderung melanggar etika. Memang benar tidak salah, tetapi berteriak, mengancam, bahkan menggunakan barang tajam itu tidak dapat dibenarkan. Seandainya kita berada dalam situasi seperti itu, dituduh berbagai macam hal, padahal kita tidak pernah melakukannya, maka sudah pasti, dengan suara kita akan membantah semua tuduhan itu. Sedangkan, ada yang terbukti salah, kadang – kadang ada orang yang mengelak untuk mengaku. Berdalih dengan berbagai cara, padahal nyata – nyata bersalah. Sudah bersalah, tapi selalu mengelak bahkan bersumpah demi nama Tuhan. Untuk membersihkan diri dari tuduhan ada yang bawa – bawa nama Tuhan. Dituduh, difitnah tidak membuat Yesus hilang kendali. Tidak ada perkatan kotor yang keluar dari mulutnya.
Diamnya Yesus tak membuat mereka menyerah untuk menghukum Dia, sampai – sampai, orang yang tak bersalah ditukar dengan yang nyata – nyata penjahat kelas berat. Ayat 6 – 9“Telah menjadi kebiasaan untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap tiap hari raya itu menurut permintaan orang banyak. Dan pada waktu itu adalah seorang yang bernama Barabas sedang dipenjarakan bersama beberapa orang pemberontak lainnya. Maka datanglah orang banyak dan meminta supaya kebiasaan ini diikuti juga”. Pada hari raya Paskah, pemerintah Roma biasanya membebaskan seorang tawanan dari penjara. Barabas yang dikenal sebagai penjahat yang kejam malah dibebaskan. Barabas ini dipenjarakan karena terlibat dalam pemberontakan melawan pemerintah Roma, ketika mereka memperjuangkan kemerdekaan bangsa Yahudi. Orang banyak memaksa untuk mengikuti kebiasaan itu. Situasi ini telah dirancang oleh imam – imam kepala, tua – tua Yahudi dan mahkamah agama. Mereka tau akan ada kebiasaan itu dan menggiring Pilatus untuk ada di situasi itu, supaya Yesus benar – benar dihukum.
Apa jawab Pilatus, ayat 10 – 11 “Pilatus menjawab mereka dan bertanya : apakah kamu menghendaki, supaya kubebaskan orang Yahudi ini?. Ia memang mengetahui bahwa imam – imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki”. Pilatus bertanya sekali lagi, seakan hendak menyadarkan mereka bahwa orang ini tidak ditemukan kesalahanya. Dengan pertanyaannya itu, Pilatus hendak menggugah mereka untuk memikirkan kembali tindakan jahat itu. Kadangkala, kita berada disitusi yang salah, tetapi masih ada saja jalan yang akan membawa kita pada kebenaran. Kalau kita salah dan ada yang bertanya lagi. Pikirkan kembali, mungkin ada yang salah ini, berbaliklah sebelum terlambat. Kedengkian imam kepala yang memicu terjadinya kejahatan itu. Kalau ada pertanyaan seperti itu Pilatus hendak mengusahakan, mungkin ada yang akan memberikan pembelaan terhadap Yesus, tetapi ternyata tidak. Mereka tetap kekeuh, tak mau berubah pendirian. Di tambah lagi imam-imam kepala tetap berusaha memberatkan Yesus, seperti di ayat 11 “tetapi imam-imam kepala menghasut orang banyak untuk meminta Barabaslah yang dibebaskannya bagi mereka”. Tak puas, tak ada rasa belas kasih, mereka menghasut, pengaruhi lagi orang banyak untuk meminta agar Barabas dibebaskan dan Yesus disalibkan.
Dengan pertanyaan di ayat 12 yaitu “Jika begitu, apakah yang harus ku perbuat dengan orang yang kamu sebut raja orang Yahudi ini? Pilatus rupa mo bilang bagini “ngoni yang bilang, dia Raja orang Yahudi”. Yaa, sepertinya Pilatus hendak menyatakan bahwa menghukum Yesus itu bukan kehendaknya sebagai gubernur. Pilatus pun sebenarnya bimbang dalam situasi ini, tetapi suara orang banyak lebih didengarkannya daripada suara hati nuraninya sendiri yang mengatakan bahwa Yesus tidak bersalah. Kebenaran yang sesungguhnya telah tertutup oleh ketidakbenaran yang direncanakan dengan matang. Karena pada akhirnya di ayat 13 – 15 “Maka mereka berteriak lagi katanya : Salibkanlah dia. Lalu Pilatus berkata kepada mereka “tetapi kejahatan apa yang telah dilakukannya? Namun mereka makin keras berteriak “salibkan dia” Dan oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak, ia membebaskan Barabas bagi mereka. Tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan”. Orang – orang yang berteriak salibkan Dia, itu mungkin ada di antara mereka yang pernah merasakan jamahan Yesus sehingga sembuh, pernah diberi makan dalam kumpulan orang yang menikmati 5 roti dan 2 ikan atau pernah diberi semangat dengan pengajaranNya yang meneduhkan, tetapi malah di situasi itu, dalam hasutan imam kepala dan tekanan euphoria, tega berteriak salibkan dia.
Situasi ini memang harus terjadi supaya nubuat digenapi, tetapi ada banyak hal yang kita dapatkan yaitu Pertama, bersikap tenanglah dalam situasi yang tertekan, jangan gegabah mengeluarkan perkataan yang kotor dan tak berfaedah, Kedua, jangan menjadi penyebab penderitaan orang lain, jangan membuat orang lain terjebak dalam kesalahan supaya dihukum. Ketiga, nyatakanlah yang benar, jika benar, katakan benar, jika salah, katakan salah. Jangan karena takut kehilangan jabatan maka kebenaran digadaikan, yang salah kita jadikan benar dan yang benar kita jadikan salah, Keempat, karena Yesus telah mengalami betapa sakitnya difitnah, dituduh, maka jangan jadikan mulut dan lidah kita ini alat untuk memfitnah, menuduh dan menyudutkan orang lain. Jangan jadikan mulut dan lidah kita bagaikan pedang yang membunuh harga diri orang lain, yang merusak sukacita orang lain, merendahkan martabat orang lain dan membuat orang lain tersinggung dan kecewa. Tuhan Yesus menolong kita menjadi alat kesaksianNya dalam kata dan tindakan. Amin.