
DODOKUGMIM.COM –Tidak ada di antara kita yang mengharapkan kekacauan menimpa kehidupan kita. Rumah tempat tinggal yang di dalamnya begitu berantakan sungguh tidak enak jika dipandang. Pikiran yang dipenuhi berbagai beban membuat kita berada pada kondisi yang tidak nyaman. Pada intinya kita selalu mengharapkan segala sesuatu yang baik akan selalu kita alami. Keinginan ini seharusnya membawa kita untuk melihat suatu tatanan dan konsep kehidupan yang terarah, teratur, sesuai dengan capaian-capaian yang diinginkan. Ketika setiap capaian itu menjadi nyata, maka kita akan mengalami dan merasakan kegembiraan, sukacita, dan damai sejahtera.
Saudara/saudari, berbicara tentang suatu keteraturan, salah seorang tokoh Alkitab dalam Perjanjian Baru yakni Paulus membuat suatu konsep dalam kehidupan umat Kristen di Korintus, yakni tuntunan dalam beribadat dan penggunaan karunia-karunia rohani. Tentu saja ada hal yang perlu diluruskan oleh seorang Paulus sehingga ia memberi perhatian pada suatu cara perihal beribadatan. Jemaat korintus memiliki ciri khusus nan penting, yakni penggunaan karunia-karunia rohani. Dalam bahasa Yunani disebutkan “Kharisma” yang menekankan pada kebaikan dan kemurahan Allah dalam memberikan kemampuan dan tanggung jawab khusus kepada para pengikut Kristus. Karunia-karunia itu dimaksudkan agar dapat membentuk pelayanan mereka dalam menggapai orang-orang yang hendak menjadi anggota umat Allah. Karunia-karunia itu dimaksudkan untuk menguatkan tubuh Kristus (Jemaat) lewat kehidupan yang penuh sukacita, damai sejahtera, dan pelayanan serta peribadatan yang benar.
Paulus mengakui keabsahan semua karunia yang ada di jemaat Korintus. Mereka pun ingin menggunakannya sehingga beberapa orang ingin secara serentak dapat mengambil bagian dalam ibadah jemaat. Paulus memperingatkan mereka bahwa Allah tidak menghendaki kekacauan tetapi damai sejahtera. Itu berarti bila karunia digunakan dalam jemaat, dan jikalau Allah benar-bsenar mengilhami mereka, semestinya karunia-karunia roh itu dijalankan dengan cara yang membangun seluruh jemaat. Karunia diberikan oleh Allah, dan oleh karena itu ia mempunyai tempat dalam pertemuan-pertemuan jemaat. Sekalipun bebeda-beda, jemaat adalah bagian dari tubuh Kristus, sama seperti tubuh manusia yang terdiri dari banyak anggota yang masing-masing memiliki fungsi agar tubuh dalam keadaan baik. Setiap fungsi yang berlainan harus membantu memperlancar keseluruhannya. Melalui perikop ini Paulus bermaksud hendak mengarahkan jemaat untuk suatu kesatuan. Tidak boleh ada persaingan apa lagi yang satu menghina yang lain, saling melayani, melengkapi, memperhatikan satu dengan yang lain, seperti tubuh mempersatukan semua anggota, demikian Kristus mempersatukan semua anggota jemaat.
Sudara/saudari, salah satu hal menonjol yang dilihat oleh Paulus melalui perikop ini adalah Glosolalia, dalam pengertian lain bahasa lidah, atau dalam hal ini bahasa roh yang dimiliki oleh jemaat di Korintus. Dalam pertemuan-pertemuan jemaat dikuasai oleh kelompok-kelompok kecil yang menggunakan prinsip kebebasan sejati bersikeras melakukan sekehendak hatinya. Ibadah seakan-akan menjadi “padang gurun rohani” berbahasa lidah, dengan kebebasan melakukannya sehingga ibadah tidak dapat dimengerti. Paulus mengatakan bahwa hal ini tidak mendatangkan kebaikan tetapi keburukan (1 Korintus 11:17). Oleh karena itu Paulus membimbing mereka melalui pengertian akan penggunaan karunia-karunia rohani.
Saudara/saudari. Dalam kehidupan bergeraja dan berjemaat, semua anggota diharapkan kehadirannya, dibutuhkan untuk memberi diri dalam pelayanan. Dengan ini kita telah mengeksekusi suatu keputusan yang tepat sebagai bagian dari tanggung jawab kita. Memberi diri ini pun dimaksudkan agar dalam menjalani kehidupan sebagai umat Kristen kita harus saling menghormati untuk membangun, menumbuhkan kehidupan rohani pribadi dan sesama. Ketika kita memiliki karunia-karunia, berbahasa lidah, mengajar, bernubuat dan berbagai karunia lainnya, itu sama-sama dibutuhkan, dari kesemuanya itu memiliki kedudukan penting dalam pertumubuhan hidup beriman hari-hari ini dan seterusnya. Oleh karena itu hendaknya karunia-karunia ini dipakai denga benar sebaia pertanggung jawaban kepada Allah yang mempercayakannya.
Dalam berbagai aspek kehidupan, buatlah tatanan-tatanan yang sifatnya teratur dan terarah, mengarahkan hidup agar hari demi hari menjadi lebih baik. Memberi diri dan berkontribusi dalam dalam pelayanan, jangan menganggap diri tidak dapat berbuat apa-apa bagi pertumbuhan iman secara pribadi bahkan juga banyak orang. Setiap kita memerlukan pengendalian diri serta kerendahan hati, agar kita sadar bahwa karunia-karunia ini adalah untuk hormat bagi Tuhan. Kita mau menjadi pribadi yang selalu ingin belajar untuk hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan, mau berjalan bersama, solid, mengikuti setiap regulasi agar terhindar dari kekacauan dan tidak menjadi penyebab dari kekacauan itu sendiri.
Saudara/saudari, bagaimana pun dalam hidup ini perbedaan tidak dapat dihindari, sedalam apa pun kita melihat diri kita, tentu saja akan berbeda ketika kita memandang orang lain. Tidak sedikit orang yang terperangkap pada stigma bahwa perbedaan adalah pemicu konflik, kesimpulan ini begitu terburu-buru. Justru manusia perlu mengalami perjumpaan dengan yang berbeda untuk melihat bahwa kelebihan dan kekurangan dapat saling melengkapi, memberi warna, memperkaya satu dengan yang lain ketika itu diimplementasikan dengan kasih. Milikilah karunia-karunia roh itu untuk menjadi alat Tuhan. Jadilah berkat untuk semua ciptaan. Amin