DODOKUGMIM.COM –Pekerjaan pelayanan adalah sebuah pekerjaan yang indah. Demikian indahnya sehingga ada banyak orang yang berlomba – lomba hanya untuk sekedar meraih sebuah jabatan yang bernama “hamba Tuhan”. Dengan berbagai motivasi, mereka yang menyebut dirinya hamba itu menerima jabatan pelayanan.
Pertanyaannya : apakah mereka menyadari bahwa tugas indah itu adalah juga tugas kehambaan yang menuntut banyak pengorbanan dan kesiapan?? Atau hanya sekedar memandang dari luar, menilai dari sampulnya dengan mimpi mendapatkan keamanan, kenyamanan, sanjungan dan penghargaan?? Ini motivasi yang terlihat ketika orang mengambil keputusan untuk menjadi pengikut Yesus dan mengerjakan pekerjaan pelayanan.
Para murid juga adalah manusia yang punya banyak keinginan. Entah itu disanjung, dihormati, diberi tempat yang istimewa. Beberapa kali Yesus menegaskan tentang pokok ini, agar murid – muridNya mengerti bahwa mengikut Dia, tidak akan mendapatkan semua yang mereka harapkan itu. PengajaranNya mengandung kejujuran seorang pemimpin yang rendah hati. Yesus tidak hendak mempengaruhi para murid dengan berbagai bentuk kenyamanan dan keistimewaan agar mereka bersedia tetap mengikut Dia. Malahan dengan gamblang Dia menegaskan tentang betapa susahnya mengikuti Dia.
Disini Yesus sepertinya hendak memurnikan motivasi melayani para murid dan orang – orang lain yang mengambil keputusan untuk mengikuti Dia. Dengan kemurnian motivasi maka pikiran dan hati mereka tidak hanya terarah pada diri sendiri tetapi terarah pada Tuhan Yesus. Waktu itu Yesus memang sudah sangat terkenal dengan mujizat – mujizat yang dibuatNya. Di pasal sebelumnya Yesus pernah menyembuhkan seorang wanita yang telah 18 tahun dirasuk roh sehingga bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri dengan tegak. Hanya dengan perkataan “hai ibu, penyakitmu telah sembuh”. Juga seorang yang sakit busung air, yang hanya dipegang tangannya langsung sembuh. Belum lagi penyembuhan – penyembuhan lain yang membuat orang banyak tercengang. Maka tidak heran di ayat 25a disebutkan “pada suatu kali banyak orang berduyun – duyun mengikut Yesus dalam perjalananNya” kata berduyun- duyun menandakan bahwa orang yang mengikutiNya itu sangat banyak. Yesus menjadi sangat populer waktu itu. Bukankah ini impian banyak orang?? Menjadi terkenal dan populer?? Ada banyak cara yang dilakukan orang, dari cara – cara yang wajar maupun kurang wajar hanya untuk menjadi populer. Ada banyak jalan yang ditempuh supaya dikenal banyak orang. Yesus tidak silau dengan segala kepopuleran itu. Dia tidak lupa diri dan bertindak gegabah. Malahan reaksi yang berbeda diperlihatkannya disini.
Ayat 25b – 27 “Sambil berpaling Ia berkata : Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak – anaknya, saudara- saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu” Sebelum berjalan terlalu jauh, orang – orang yang mengikut Yesus itu, langsung diberi peringatan tentang konsekuensi mengikuti Dia. Membenci bapa, ibu, istri, anak, saudara laki –laki, saudara perempuan ini bukan berarti bahwa kita harus membenci, menghinakan, mengabaikan keluarga untuk mengikut Yesus. Tetapi maksudnya ketika kita berkeputusan untuk mengikut Yesus, keputusan itu tidak akan dipengaruhi hanya karena kita terikat dengan orang tua, istri, suami, saudara bahkan nyawa kita sendiri. Fokus kita yang utama adalah mengikut Yesus karena kita mengasihiNya melebihi cinta dan kasih kita kepada orang tua, saudara, istri, suami bahkan diri kita sendiri. Benci disini lebih mengarah pada mengabaikan kepentingan dan kebutuhan keluarga, orang tua dan kebutuhan kita sendiri. Jangan malah sebaliknya, kita melayani hanya untuk memuaskan keinginan orang tua, anak, saudara bahkan keinginan kita sendiri. Sehingga dipertegas dengan kata “memikul salib”. Berarti mengikut Yesus identik dengan penderitaan karena salib itu lambang kehinaan dan penderitaan.
Melanjutkan pengajaranNya, Yesus mengambil sebuah perumpamaan di ayat 28 – 32 “Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau – kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaannya itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan – jangan semua orang yang melihatnya mengejek dia, sambil berkata : orang itu mulai mendirikan tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadap lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat – syarat perdamaian”. Dari perkataannya ini, Yesus mengajak orang – orang yang mengikutiNya itu, untuk berpikir jernih, mempertimbangkan dengan matang keputusan itu. Karena keputusan mengikut Yesus bukan keputusan biasa melainkan keputusan luar biasa. Harus mengetahui dan memikirkan apa sebenarnya tujuan mereka, untuk apa mereka ikuti Dia, siapa dia dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Orang yang berstatus sebagai murid harus bijaksana melangkah dan menentukan arah. Tidak sembarang berjalan, mengikuti tanpa pertimbangan dan alasan yang kuat. Ibarat juga seorang prajurit yang berperang, harus mampu melihat kemampuan diri, apakah mampu?apakah sanggup? jangan – jangan malah ketika berhadapan dengan tantangan yang sulit malah mundur di tengah jalan ? Pertimbangan – pertimbangan ini dibutuhkan supaya keputusan mengikut Yesus adalah keputusan yang final dan tak akan disesali di kemudian hari.
Di ayat 33 Yesus menyatakan ungkapannya yang terkesan sangat tegas “Demikian pulalah tiap – tiap orang di antara kamu yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu”. Yesus kembali menegaskan, lepaskanlah semuanya, entah itu keinginan untuk menjaga harta benda, keinginan untuk mendapatkan harta benda, keinginan untuk meraih penghargaan dan pujian, keinginan untuk mendapatkan posisi dan jabatan yang menguntungkan. Lepaskanlah semuanya itu agar kita dapat mengikut Dia tanpa beban, tanpa keinginan dan hanya dengan satu tujuan, untuk menjadi muridNya yang setia. Karena jika kita mengikut Yesus, melayani Dia dengan motivasi tertentu, seandainya satu waktu kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, maka semangat melayani akan hilang dan kita akan menyatakan mundur tanpa diminta.
Mengambil perumpamaan tentang garam, Yesus berkata di ayat 34 – 35a “garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya baik di ladang maupun untuk pupuk dan orang yang membuangnya saja. siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar””. Orang – orang yang mengikut Dia, diharapkan menjadi garam yang mampu berfungsi yang mengawetkan, memberi rasa dan mencegah kebusukan. Jika kehadiran kita tak mampu memberi rasa yang mendatangkan sukacita, bukan mencegah malahan membusukkan keadaan dengan tindakan dan sikap yang jauh dari kehendak Tuhan maka garam itu telah menjadi tawar. Garam yang sudah tawar tidak akan berguna lagi, pasti akan dibuang dan diinjak orang. Maka tetaplah jadi garam yang mampu memberi rasa sukacita, bahagia, menghadirkan damai sejahtera. Tetaplah jadi garam yang mampu mencegah keretakan dan menghadirkan kedamaian. Kiranya keputusan kita mengikut Yesus didasarkan atas motivasi yang murni, kokoh, kuat dan tidak akan tergoyahkan oleh apapun. Amin.