Saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati oleh Tuhan kita Yesus Kristus, bacaan kita di saat ini berbicara tentang integritas seorang pelayan Tuhan. Dalam hal ini menurut konteks bacaan dalam kitab 1 Petrus 5: 1-11 dapat kita pahami tentang integritas sebagai seorang penatua/penilik jemaat. Ini merupakan salah satu prasyarat dalam rangka menjadi seorang pemimpin di jemaat. Seorang penatua di tuntut untuk dapat meneladani, mengayomi, atau menjadi contoh dalam kehidupan jemaat. Tentu ini bukan hanya merupakan suatu nasehat saja, melainkan keharusan (wajib) dalam menjadi seorang penatua yang adalah seorang gembala.
Saudaraku yang diberkati oleh Tuhan kita Yesus Kristus, Rasul Petrus menasihatkan kepada para pembaca yakni orang-orang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapodokia, Asia Kecil dan Bitinia yakni kepada orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah Bapa…. (1 Ptr.1:1) bahwa sebagai orang yang memegang jabatan sebagai “penatua” atau “gembala di dalam jemaat ” ia harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Yang pertama sebagai penatua atau gembala di dalam jemaat mereka tidak boleh memaksakan kehendaknya dengan cara apapun, melainkan harus dengan sukarela melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Allah(ay. 2). Yang kedua sebagai penatua/gembala di jemaat harus menjadi teladan(ay 3). Tentu dengan maksud agar sebagai seorang gembala menjadi contoh bagi kawanan domba yang digembalakan. Yang ketiga adalah merendahkan diri seorang terhadap yang lain. (ay. 5). Nasihat-nasihat yang disampaikan rasul Petrus mengingatkan kepada para pembaca bahwa memang untuk menjadi seorang Penatua atau gembala haruslah memperhatikan beberapa hal, seperti dalam pokok-pokok yang pertama bacaan kita saat ini. Karena sebagai seorang pelayan atau hamba Tuhan yang dipercayakan sebagai seorang penatua ataupun sebagai seorang gembala di jemaat harus memegang teguh apa yang menjadi nasihat dari rasul Petrus. Memang benar bahwa menjadi Penatua ataupun sebagai gembala kita tidak bisa memaksakan apa yang menjadi keinginan peribadi, apalagi menjadikan jabatan pelayanan gerejawi sebagai sarana untuk memuaskan nafsu ingin berkuasa atas orang lain. Menjadi seorang pelayan Tuhan yang melayani jemaat haruslah menjadi peribadi yang mau mendengarkan apa kata Tuhan, apa maksud Tuhan, dan apa rencana Tuhan. Dengan pemberian diri sebagai seorang hamba yang dipercayakan untuk mengerjakan pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan, tentu harus diberangi dengan sikap hidup yang dapat menjadi teladan atau contoh yang baik karena pemberitaan firman Tuhan bukan hanya dengan kata-kata melainkan apa yang menjadi sikap hidup; yakni tutur kata,dan bersikap atau berperilaku, tidak sombong, dan selalu rendah hati. Bahkan dalam ayat 5 dikatakan bahwa orang muda harus memberi hormat kepada orang-orang yang lebih tua, itu tandanya Alkitab mengajarkan norma hidup dalam bermasyarakat.
Saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati oleh Tuhan kita Yesus Kristus, nasihat rasul Petrus kepada orang-orang pemegang jabatan penatua atau sebagai gembala adalah tentang kekuatiran. Yesus sendiri mengajarkan dalam Injil Matius 6: 25-34 tentang hal kekuatiran. Kunci mengatasi kekuatiran adalah di dalam Dia, yakni mencari kerajaan Allah dan segala kebenaran-kebenarannya bahkan dalam ayat 7 Rasul Petrus mengatakan bahwa ada satu jaminan yaitu jalan keluar yang terbaik dari segala kekuatiran adalah penyerahan kepada Allah, maka Dia yang akan memelihara jiwa. Karena kekuatiran dapat menjadi senjata Iblis untuk menjatuhkan orang-orang yang telah dipilih Allah yang telah dipercayakan untuk menjadi Penatua atau gembala. Oleh karena itu untuk melawan siasat si jahat maka hanya dibutuhkan keteguhan iman, iman yang tidak akan pernah goyah walaupun tantangan dan pergumulan, bahkan penderitaan silih berganti. Menjadi pengikut Kristus, adalah orang-orang yang memiliki iman yang teguh. Oleh karena itu, kepada siapa yang telah dipercayakan dalam tugas dan tanggung jawab sebagai seorang penatua dan sebagai gembala yang merupakan bentuk panggilan dari Allah sendiri maka Allah akan memperlengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan sehingga walaupun penderitaan dan kesukaran dalam pelayanan itu ada, namun damai dan sejahtera dari Allah akan terus memberkati sampai selama-lamanya. Saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati oleh Tuhan, sebagai warga Gereja Masehi Injili di Minahasa pada tanggal 15 kita sebagai jemaat telah melaksanakan pesta iman, yakni memilih Diaken dan Penatua di masing-masing kolom. Ada yang berjalan dengan sukses, ada yang harus diperhadapkan dengan tantangan dalam pemilihan: baik itu kesiapan diri, yang menolak secara peribadi ataupun ada yang menolak oleh karena keluarga. Ini menjadi fenomena yang terjadi dalam proses pemilihan di aras jemaat untuk diaken dan penatua. Bahkan pada tanggal 17 di aras jemaat kita pun akan memilih penatua-penatua dalam Pelayanan Kategorial Pria/Kaum Bapa, Pelayanan Kategorial Wanita/Kaum Ibu, Pelayanan Kategorial Pemuda, Pelayanan Kategorial Remaja, Pelayanan Kategorial Anak Sekolah Minggu. Tentu firman Tuhan di saat ini mengingatkan kepada kita semua beberapa hal dalam rangka menjadi seorang pelayan Tuhan. Mau mendengar apa kata TUHAN dan mau melaksanakan perintah Tuhan, jangan memaksakan kehendak apalagi ingin berkuasa, mau merendahkan diri seorang terhadap yang lain, kokoh dan teguh dalam segala penderitaan dan kesukaran, bahkan memiliki iman yang teguh. Oleh karena itu yang harus kita ingat yang sudah terpilih jangan jadi sombong (jangan tinggi hati), yang belum terpilih jangan berkecil hati apalagi sakit hati. Tuhanlah pemilik ladang pelayanan, sehingga siapapun yang dipakai oleh Tuhan, kita percaya mereka ini adalah orang-orang yang dipercayakan oleh Tuhan untuk menjalankan tugas pelayanan di periode, 2022-2026. Tuhan Yesus memberkati. AMIN