TEMA :“Peace Starts With Me (Perdamaian Mulai Dari Diri Sendiri)”
BACAAN ALKITAB: Kejadian 32:1-21
Shalom….
Terpujilah Tuhan Allah yang oleh anugerah-Nya telah memperkenankan kita memasuki tahun baru sebagai tahun rahmat Tuhan bagi orang yang mempercayakan hidupnya kepada Tuhan.
Hari ini juga bertepatan dengan perayaan hari perdamaian dunia. Sehubungan dengan hal itu tema khotbah adalah Peace starts with me (Perdamaian dimulai dari diri sendiri). Tema ini digaungkan untuk menggugah nurani setiap umat manusia agar menyatu bersama membangun perdamaian dunia. Dunia yang bebas peperangan, permusuhan dan kebencian.
Dunia seperti ini digambarkan kitab Kejadian seperti Taman Eden, dimana ada: Hidup harmoni dengan Pencipta, dan sesama ciptaan yaitu seluruh mahkluk di muka bumi ini. Tentu tidak mudah membangun dunia damai di tengah kebisingan, egoisme manusia yang mencari dan meraup kenikmatan yang berpusat pada diri sendiri.
Seorang ibu pernah menjumpai Bunda Theresa, sosok fenomenal peraih Nobel yang mendedikasikan dirinya dalam pelayanan kepada orang-orang miskin. Ibu ini, berkeinginan untuk mengambil bagian di dalam perdamaian dunia. Kata Bunda Theresa, pulanglah ke rumahmu. Artinya perdamaian dunia tidak dimulai dari orang lain melainkan mulai dari keluarga sendiri, diri sendiri.
Bacaan kita hari ini menceritakan tentang Yakub yang begitu ketakutan bertemu dengan saudara kembarnya, Esau. Ia takut karena ia mengambil hak kesulungan saudaranya dengan cara yang tidak jujur atau menipu. Namun kita tidak boleh terjebak di dalam polemik ini, melainkan melihatnya dari persepsi iman, bahwa Allah berdaulat merancangkan apa yang terbaik bagi umat-Nya kendati umat-Nya pernah melakukan kesalahan. Kembali ke soal Yakub, ia meninggalkan mertuanya, Laban dan melanjutkan perjalanan untuk mengubah kembali masa lalu yang pahit dengan membangun keluarga yang rukun dan damai. Yakub memulaikan perjalanan hidupnya bersama dengan Tuhan. Kita percaya hanya orang yang selalu memulaikan perjalanan hidupnya bersama dengan Tuhan, maka dia dapat mengubah masa lalu yang pahit dan kelam menjadi masa kini dan masa depan yang membahagiakan dan menyejahterakan.
Yakub memiliki rancangan strategis untuk memulaikan perdamaian dengan saudaranya. Metode ini sangat tepat untuk menggugah nurani persaudaraan dan menghilangkan kemarahan atau kebencian. Ia mulai dengan doa, merancang waktu yang tepat langkah demi langkah, menggunakan kata-kata yang bijak untuk mengambil hati atau mendapatkan kasih kakaknya, Esau. Ia menyuruh utusannya berjalan lebih dahulu dan menyampaikan kepada Esau, pengalaman hidupnya sebagai orang asing dan bagaimana ia berjuang keras untuk mendapatkan isteri, dan menikmati hidup sejahtera di tanah orang. Ia pergi hanya dengan tongkat, kini pulang dengan keluarga dan kekayaan berlimpah.
Ia membagi dua pasukan untuk menjumpai Esau. Dalam kekalutan dan kesesakan hatinya ia berdoa memohon bahwa Tuhan yang menyuruhnya kembali (Pulkam) akan berbuat baik kepadanya. Ia mengaku akan ketidaklayakan terhadap kasih setia Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan akan melepaskan dan menjadikan keturunannya seperti pasir di laut yang tidak dapat dihitung.
Esau yang memiliki 400 orang pasukan yang bersama dengan dia menjumpai. Yakub memiliki prasangka yang buruk, ia berpikir kakaknya Esau akan membunuhnya. Dalam keadaan seperti ini, ia tidak mengandalkan kekuatannya, ia mengandalkan Allah yang berjanji padanya.
Hal ini seringkali juga kita lakukan, jika kita berlutut di hadapan Allah, maka kita dapat berdiri tegak di hadapan siapapun. Ketika kita mengangkat tangan maka Allah akan turun tangan untuk menolong umat-Nya. Selanjutnya Yakub menyiapkan persembahan atau tanda kasih untuk Esau. Masing masing menurut jenisnya; kambing betina, kambing jantan, domba betina domba jantan, unta, lembu betina, lembu jantan, keledai betina dan keledai jantan. Jadi ada 9 (Sembilan) kumpulan. Yakub sengaja mengatur jarak setiap kumpulan untuk memperlambat waktu pertemuannya dengan Esau. Cara ini sangat strategis untuk menunjukkan penghormatannya kepada kakaknya, Esau. Cara ini disebutnya sebagai upaya mendamaikan hati orang yang membenci atau memusuhinya.
Keteladanan Yakub untuk mengambil hati atau mendapatkan kasih harus kita lakukan dalam membangun perdamaian dengan sesama. Hanya dengan kesabaran, kerendahan hati dan sikap yang mau mengalah, berani mengakui kesalahan maka kita dapat menghentikan kegeraman/kemarahan. Itulah langkah demi langkah untuk mendamaikan diri dengan mereka yang membenci kita. Yakub tidak meminta Esau mendamaikan dirinya, tapi ia sendiri berinisiatif untuk menenangkan/mendamaikan hati Esau. Setelah langkah demi langkah ditempuh, pada akhirnya ia akan melihat muka Esau dan berharap diterima dengan baik.
Di tengah dunia yang penuh kekerasan dan permusuhan, orang percaya dipanggil untuk mampu berdamai dengan siapa saja, termasuk dengan orang yang memusuhi kita. Kita dipanggil membalas kejahatan dengan kebaikan. Cara damai harus kita bangun untuk memenangkan hati sesama kita. Hal ini harus dilakukan dengan kesabaran, pengampunan dan berkelanjutan sambil terus mengandalkan Tuhan.
Menjadi seorang agen/pelopor perdamaian tidak mudah, ada banyak orang yang melakukan sebaliknya. Bukan mencari sahabat melainkan lebih suka mencari musuh. Seorang pendamai haruslah sosok yang rendah hati, tekun berdoa dan mau menenangkan hati orang lain. Semoga tahun baru ini kita hidup dalam perdamaian dengan semua orang, jangan karena pemilihan atau lainnya kita menjadi musuh terhadap yang lain apalagi keluarga sendiri. Tahun baru ini harus menjadi tahun perdamaian bagi kita semua, di mulai dari diri sendiri. Amin