TEMA BULANAN : “Menerima dan Memberlakukan Keadilan Allah”
TEMA MINGGUAN : “Etika Pengucapan Syukur”
BACAAN ALKITAB : 1 Tesalonika 5:12-22
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Etika adalah Ilmu Pengetahuan tentang asas-asas akhlak. Sedangkan pengucapan syukur adalah sebuah tin-dakan atau perbuatan dalam rangka berterima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan berkat. Manusia hidup, bekerja, bergerak dan berjuang berasal dari TUHAN. Dalam hubungan pengertian ini maka kita dapat mengatakan bahwa pengucapan syukur harus diwujudkan dalam semua tingkah laku baik perkataan maupun perbuatan, dengan kata lain tindakan itu harus mewarnai seluruh aspek kehidupan kita. Zaman ini ditandai oleh kemajuan yang pesat di segala bidang kehidupan, di satu pihak kemajuan tersebut telah membawa dampak yang positif namun pada pihak lain telah meng-akibatkan dampak negatif yang membawa manusia dalam suatu kehidupan tanpa pegangan. Proses kemajuan, manusia merasa bahwa segala yang diperolehnya terjadi karena usaha dan kekuatannya, padahal wewenang hidup dan berkat kehidupan pun berasal dari Tuhan. Pada gilirannya manusia kemudian secara sadar atau tidak sadar melupakan Tuhan sebagai pencipta dan sumber kehidupan.
Kita mengucap syukur oleh karena Tuhan menyatakan kasih setia-Nya dalam kehidupan kita. Kita mengucap syukur, karena sebagai orang percaya kita mengakui bahwa hidup ini ada dan dinikmati karena anugerah-Nya semata. Tetapi tahukah kita bahwa pengucapan syukur jika disalah mengerti akan menjadi ajang pesta pora, mabuk-mabukkan yang tidak terkendali, sehingga pada akhirnya dapat berakibat terjadinya perkelahian (pertengkaran). Karena itu tema minggu ini adalah “Etika Pengucapan Syukur”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Tesalonika adalah kota terpadat dan makmur di kerajaan Yunani kuno di Makedonia. Kota ini didirikan sekitar tahun 315 SM oleh raja Cassander (Kassandros). Nama Tesalonika diambil dari nama permaisurinya yaitu Tesalonike. Kota ini merupakan pusat perdagangan dan pangkalan armada negara Romawi. Sebagai kota pelabuhan, penduduk yang berada di Tesalonika sangat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Paulus merupakan pendiri jemaat di Tesalonika, khususnya setelah ia meninggalkan Filipi pada perjalanan misinya (penginjilannya) yang kedua (Kisah Para Rasul 17).
Surat 1 Tesalonika merupakan bagian terakhir dari surat Paulus yang pertama atau kitab tertua dalam perjanjian baru dan ditulis pada permulaan tahun 50M. Khusus 1 Tesalonika 5:12-22 merupakan nasehat-nasehat terakhir dari Rasul Paulus yang ditujukan kepada jemaat Tesalonika mengenai kewajiban praktis dalam kehidupan orang percaya baik dalam bergereja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Rasul Paulus menunjukkan kepada mereka apa yang menjadi kewajiban mereka terhadap para pemimpin (ayat. 12-13) sebab para pemimpin gereja lebih memikirkan pekerjaan dan kewajiban yang kepadanya mereka dipanggil. Pekerjaan mereka sangat berat, sangat terhormat dan bermanfaat bagi banyak orang. Karena itu Rasul Paulus menasehati supaya jemaat menghormati dan mendukung mereka yang bekerja dan memimpin jemaat sebab mereka telah bekerja keras memimpin dan melayani jemaat. Dalam lingkungan gereja kepemimpinan itu dikerjakan dan dilakukan secara bersama-sama dan ini berarti tanggung jawab, saling menghormati, saling mendukung mutlak diperlukan.
Selanjutnya ada nasehat yakni kewajiban jemaat terhadap pemimpin untuk hidup dalam damai satu dengan yang lain dan setidak-tidaknya tidak pernah menimbulkan perpecahan di antara para pemimpin dan jemaat sebab kalau hal itu terjadi maka yang pasti akan menghambat keberhasilan pekerjaan para pemimpin dan pembangunan jemaat, bahkan untuk mengucap syukur. Memang pada dasarnya para pemimpin dan jemaat harus menghindari segala sesuatu yang akan menjauhkan kasih sayang seorang dari yang lain bahkan jemaat pun harus hidup dalam damai satu sama lain.
Para pemimpin agar tegas terhadap mereka yang hidup dengan tidak tertib dalam hal ini harus menegur mereka jika berperilaku tidak baik dengan kata lain jemaat harus memiliki etika. Dalam kehidupan berjemaat sering dijumpai ada seba-gian orang yang hidup tanpa menurut aturan yang berlaku ini, menjadi kewajiban pemimpin maupun orang percaya untuk memperingatkan dan menegur mereka, menghibur yang tawar hati, membela yang lemah dan sabar terhadap semua orang, termasuk hal pengucapan syukur. Tentu saja hal ini tidak mudah untuk dikerjakan dan dilakukan, harus dilakukan dengan penuh kasih. Nasehat ini harus diperhatikan sebab jemaat harus menahan diri dengan segala cara untuk tidak membalas dendam. Jika ada orang yang berbuat tidak baik atau berbuat jahat, maka tidak boleh membalasnya dengan melakukan hal yang sama malahan harus mengampuni sebagaimana yang telah diajarkan oleh Allah kepada orang percaya untuk saling mengasihi dan mengampuni, karena Allah telah terlebih dahulu mengampuni dosa manusia. (Ayat 14-15)
“Bersukacitalah senantiasa” (Yunani: chairo) artinya bersukacita. Nasehat Paulus ini dapat dimengerti sebagai sukacita spiritual dimana orang harus selalu merasa senang sebab jika bersungguh-sungguh bersukacita di dalam Tuhan maka dapat bersukacita senantiasa. Di dalam Dia sukacita akan menjadi penuh dan akan dianggap keliru jika tidak bersukacita setiap waktu meskipun kadang kala dilukai oleh berbagai iri dan dengki. “Tetaplah berdoa” terdiri dari dua kata yaitu, (Yunani: adialeiptos) artinya selalu, tetaplah, tidak putus-putusnya dan (Yunani: proseuchomai) yang artinya berdoa, berdoalah (bersembahyang). Kedua kata ini meng-artikan tindakan untuk bersukacita senantiasa,dengan tetap berdoa. Dan akan tetap memiliki sukacita jika lebih banyak berdoa. Karena itu harus terus-menerus berdoa tanpa jemu, tanpa lelah, dan terus berdoa kepada Allah. Dengan berdoa, dapat mencurahkan seluruh isi hati dan berbagai tantangan pergumulan yang dihadapi. (Ayat 16-17)
“Mengucap syukurlah” (Yunani: Eucharisteo) artinya mengucap syukur, berterima kasih atau bersyukur, memper-sembahkan doa syukur. Rasul Paulus berkata, inilah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu supaya kita mengucap syukur, sebab Allah sudah berdamai dengan kita di dalam Kristus Yesus. Di dalam Dia, oleh Dia, dan demi Dia, Allah mengizinkan jemaat untuk bersukacita senantiasa, dan meminta jemaat untuk selalu mengucap syukur dalam keadaan apapun. (Ayat 18). Mengucap syukur adalah bagian penting dalam kehidupan orang percaya yang tidak boleh diabaikan dan disepelehkan. Sebab mengucap syukur dalam hal dikehendaki Allah dalam Yesus Kristus.
Paulus menutup suratnya dengan memberikan nasehat supaya jemaat tidak memadamkan Roh, tidak menganggap rendah nubuat-nubuat, menguji segala sesuatu dan memegang yang baik serta menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan. Jadi etika bersyukur menunjukkan kwalitas relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama serta sikap hidup yang dikehendaki Tuhan.
Makna dan Implikasi Firman
Hidup orang percaya dalam bergereja maupun dalam kehidupan sehari-hari harus memiliki tanggung jawab kepada para pemimpin yakni menghormati dan mendukung dalam kasih terutama para pemimpin yang sudah bekerja keras, memimpin dan menegur jemaat. Hidup dalam damai merupakan kewajiban dari jemaat terhadap para pemimpin dengan tidak menimbulkan perpecahan satu dengan yang lain. Para pemimpin harus mengajar dan memotivasi jemaat supaya tahu mengucap syukur dan beretika mengadakan ucapan syukurnya.
Para pemimpin agar tegas terhadap mereka yang hidup tidak tertib, menegur mereka yang berbuat salah, menghibur mereka yang sudah bertobat agar tidak tawar hati dan terpuruk dalam rasa bersalah mereka, membela dan menguatkan jemaat yang putus asa dan lemah iman.
Sabar terhadap semua orang : tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi dengan kebaikan. Praktek iman untuk melakukan kebaikan nampak juga dalam etika pengucapan syukur yang telah menjadi tradisi iman. Etika pengucapan syukur dari orang percaya hendaknya mem-punyai sikap yang wajar dan dengan senang hati memberi persembahan dalam bentuk uang atau hasil pertanian lainnya.
Sebagai persekutuan orang percaya agar selalu tetap bersukacita, tekun berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal termasuk ada etika pengucapan syukur kepada Tuhan sebagai sumber berkat.
Bila kita merenungkan kasih dan kebaikan Tuhan maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengucap syukur kepada-Nya, apapun keadaan yang kita hadapi. Hidup yang mengucap syukur adalah hidup yang penuh kemenangan dan kebahagiaan. Karena semuanya itu datang dari hati yang melekat pada Tuhan. Etika pengucapan syukur jangan dinodai dengan perilaku pesta pora atau mabuk-mabukkan, tetapi hendaklah hidup kita berkenan kepada Tuhan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Bagaimana Etika Pengucapan Syukur menurut bacaan dalam 1 Tesalonika 5 : 12-22?
- Apa bentuk-bentuk pengucapan syukur yang dipraktekkan oleh orang percaya?
- Bagaimana makna pengucapan syukur yang memberi penekanan pada pesta iman bukan pesta pora ?
POKOK – POKOK DOA:
Warga gereja menghormati mereka yang sudah bekerja keras untuk membangun persekutuan jemaat
Warga gereja hidup dalam damai seorang dengan yang lain
Warga gereja diberi kemampuan untuk terus bersukacita, tetap berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal
Warga gereja menjauhkan diri dari segala bentuk kejahatan.
Warga gereja melakukan hal yang baik dan berkenan di hadapan Tuhan
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK II
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Kemuliaan Bagi Tuhan: Aku Hendak Bersyukur
Doa Penyembahan: NNBT No. 3 Mari Kita Puji Allah
Pengakuan Dosa: NKB No. 14 Jadilah Tuhan Kehendak-Mu
Janji Anugerah Allah: KJ No.39 Ku Diberi Belas Kasihan
Puji-Pujian: KJ No. 293 Puji Yesus
Pengakuan Iman:NKB No.72 Nama Yesus Berkumandang
Ses Pembacaan Alkitab:NKB No.119 Nyanyikan Lagi Bagi-Ku
Persembahan: KJ No. 288 Mari Puji Raja Sorga
Nyanyian Penutup: Bernyanyilah Bagi Tuhan Hua
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.