TEMA BULANAN : “Menerima dan Memberlakukan Keadilan Allah”
TEMA MINGGUAN : “Allah Adil di tengah Kejahatan dan Kelaliman Manusia”
Bacaan Alkitab : Mazmur 7:1-18
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Tiada hari tanpa berita kekerasan dan kejahatan yang terjadi. Ketidakadilan dalam berbagai aspek kehidupan terjadi di berbagai tempat di belahan bumi ini. Berbagai alasan di balik tindakan kekerasan antara lain karena sakit hati, dendam, jabatan/kedudukan, dan materi. Yang sangat menyedihkan, sering ketidakadilan dilakukan dengan alasan untuk sebuah kebaikan seperti membenarkan tindakan, memperjuangkan keadilan walau tanpa perikemanusiaan. Salah menjadi benar asalkan untuk kepentingan banyak orang. Bahkan ada kekerasan dilakukan sekelompok orang mengatasnamakan agama dan keyakinan.
Banyak yang telah menjadi korban ketidakadilan sehingga penderitaan, ketakutan, dan kehilangan peng-harapan akan masa depan. Di tengah kejahatan yang tiada habisnya, keadilan Allah seringkali dipertanyakan. Bagaimana sikap Allah terhadap segala kejahatan yang terjadi di dunia ini dan apa tindakan Allah terhadap ketidakadilan dan kelaliman manusia? Pasti Allah yang adil, menyatakan kuasa-Nya, kepada siapapun manusia tanpa dapat dipengaruhi oleh dunia ini. Karena itu keadilan Allah hanya dapat dipahami manakala kita kembali pada kesaksian Alkitab. Keadilan Allah telah ada bahkan sebelum dunia dijadikan. Keadilan Allah tetap akan ada karena memang demikianlah yang Allah kehendaki. Keadilan Allah mencerminkan kepribadian Allah yang adil. Dalam keadilan-Nya, tak ada keputusan-Nya yang keliru dan selalu tepat dan Ia tidak pernah berkompromi dengan segala kejahatan. Untuk itulah tema minggu ini adalah “Allah Adil di tengah Kejahatan dan Kelaliman manusia”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Mazmur 7, adalah mazmur dari Daud, yang merupakan nyanyian ratapan (ratapan berarti tangisan yang disertai dengan kata-kata). Nyanyian ratapan (Ibrani: Shiggayown) hanya digunakan dalam Mazmur 7:1 dan Habakuk 3:1. Kata “Shiggayown” menggambarkan realita kehidupan pemazmur yang penuh dengan airmata dan kepedihan yang kemudian disyairkan menjadi satu nyanyian. Pemazmur berada dalam situasi itu disebabkan oleh Kush, orang Benyamin. Suku Benyamin adalah salah satu suku dari dua belas suku Israel. Nama suku ini mengikuti nama anak bungsu Yakub dan Rahel (Kejadian 35:16-17). Kush, dari suku Benyamin tidak muncul dalam cerita-cerita tentang Daud. Yang jelas Kush, orang Benyamin ini membuat Daud dikejar-kejar untuk dihabisi.
Ayat 2-3. Pemazmur menempatkan dirinya di bawah perlindungan Allah dan memohon keselamatan dari Allah terhadap orang-orang yang mengejarnya. Dengan berucap: “Ya Tuhan, Allahku, pada-Mu aku berlindung; selamatkanlah aku” Pemazmur mengakui keterbatasannya sebagai manusia sekaligus mengakui kebesaran Tuhan. Upaya orang-orang ini, digambarkan seperti singa yang menerkam dan menyeret mangsanya. Singa, binatang buas, menangkap mangsanya dengan cara menerkam, melompat dan menubrukkan badannya lalu mencekam, memegang erat-erat dengan cakar. “Dengan tidak ada yang melepaskan” (Ibrani: ayin natsal) maksudnya dengan tidak seorangpun akan menyelamatkan/ memberi pertolongan.
Ayat 4-6. Pemazmur tidak hanya meminta keadilan Tuhan dinyatakan, tapi ia meminta Tuhan menghukumnya bilamana ia tidak memberlakukan keadilan Allah. “Jika ada kecurangan di tanganku” maksudnya kecurangan dipandang sebagai perbuatan yang melekat pada tangan seperti halnya dusta merupakan perbuatan jahat yang melekat pada mulut seseorang (band 1 Samuel 24:12; Yesaya 1:15). Kecurangan (Ibrani: evel) berarti berbohong, menipu, memperdaya orang. Melakukan yang jahat terhadap orang yang hidup damai dengan aku” (Ibrani: shalam) dapat juga berarti menyalah-gunakan hubungan baik yang telah terbangun. “Merugikan” (Ibrani: chalats) berarti mempersenjatai diri. “Merugikan orang yang melawan aku dengan tidak ada alasannya” berarti mempersenjatai diri untuk melawan musuh tanpa alasan. Berbuat curang, melakukan yang jahat, merugikan orang berarti tidak hidup dalam keadilan Allah. Bagi pemazmur, siapapun yang berbuat demikian patut mendapat peng-hukuman Allah; tidak terkecuali pemazmur. Tanpa keraguan, Pemazmur meminta Tuhan menghukumnya bilamana ia berbuat jahat, melalui serangan musuh yang menangkap dan menginjak-injak hidupnya ke tanah dan menaruh kemuliaannya ke dalam debu. Bagi Pemazmur, kekalahan terhadap musuh dipandang bukan karena kekuatan dan kehebatan musuh tapi karena Allah menyerahkannya kepada musuh. Ketika jatuh ke tangan musuh, kehormatan tercabut dan nama baiknya lenyap. Pada pemahaman Pemazmur, tidak seorang pun yang berlaku jahat luput dari penghukuman Allah karena penghukuman Allah itulah keadilan Allah.
Ayat 7-12. Pemazmur memohon kepada Tuhan untuk segera bertindak bangkit, berdiri, bangun, untuk melawan segala kejahatan dan ketidakadilan. Tuhan Allah adalah Hakim bagi segala bangsa. Hakim (Ibrani: Shaphat) adalah seseorang yang menegakkan keadilan dan kebenaran dengan cara mengadili, menghukum orang yang bersalah dan meneguhkan orang yang benar. “meneguhkan” (Ibrani: kuwn) berarti menegakkan, mengokohkan. “Bertakhtalah” (takhta berarti singgasana atau kursi duduk resmi bagi penguasa untuk menjalankan tugas) dan “Tuhan mengadili” merupa-kan ungkapan pemazmur menggambarkan Allah sebagai Hakim. Sama seperti ungkapan Rasul Paulus, dalam Roma 14:10b menuliskan “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.”Sebagai Hakim, Allah adalah Hakim yang adil dan yang murka (sangat marah) setiap saat. Tentunya kemurkaan Allah muncul karena kejahatan, kelaliman, ketidakadilan yang terjadi. Bagi orang-orang yang tulus hati, Allah adalah perisai. Perisai adalah perlengkapan perang yang bermanfaat untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Perisai seringkali disalut dengan emas atau tembaga (2 Samuel 8:7; 1 Raja-raja 14:27). Ada juga yang dibuat dari kayu berbentuk persegi panjang. Perisai terbungkus kain tebal atau kulit binatang dan dilumuri minyak (2 Samuel 1:21; Yesaya 21:5) atau direndam di dalam air sebelum digunakan, sehingga ketika panah api menghujam perisai, panah api itu padam.
Ayat 13-17. Inilah keadilan Allah. Tidak seorangpun yang melakukan ketidakadilan akan bebas dari peng-hukuman. Orang yang melakukan kejahatan, disadari atau tidak, sedang membawa diri mereka pada penghukuman Allah. Pedang, busur dan anak panah merupakan peralatan perang untuk menyerang lawan. Bagi mereka yang melakukan kejahatan, senjata itu akan seperti kata pepatah “senjata makan tuan”. Artinya sesuatu yang direncanakan untuk mencelakakan orang lain berbalik mengenai diri sendiri. Dengan orang terperosok ke dalam lobang, pasti orang itu tidak dapat menyelamatkan dirinya. Tapi bagi mereka yang lalim/bertindak sewenang-wenang, akan seperti kata pepatah “barang siapa menggali lubang, ia akan terperosok ke dalamnya.” Artinya siapa yang berbuat jahat terhadap orang lain, maka dialah yang akan mendapat celaka akibat perbuatannya.
Ayat 18. Pemazmur menutup nyanyian ratapannya dengan ucapan syukur, dimana hanya Allah yang sanggup melindungi dan menyelamatkannya, karena Allah adalah Tuhan yang Mahatinggi. Dan alasan inilah pemazmur bersyukur karena Tuhan itu adil bahkan di tengah kejahatan dan kelaliman manusia.
Makna dan Implikasi Firman
Allah adalah Hakim yang adil. Sebagai Hakim, Allah meneguhkan orang benar dan mendatangkan penghukuman bagi yang bersalah. Penghukuman dari Allah tidak memandang orang termasuk umat Tuhan yang melakukan ketidakadilan, tidaklah luput dari penghukuman Allah. Karena penghukuman Allah itulah keadilan Allah. Penghukuman cepat atau lambat akan berlaku.
Allah adalah tempat berlindung juga saat dalam penderitaan. Apalagi dewasa ini sering saja ada orang yang suka membenci dan mempersalahkan kita tanpa sebab. Namun sebagai orang percaya kita andalkan Tuhan Allah dalam Yesus Kristus sumber kelepasan kita.
Sebagai gereja yang adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Tuhan Yesus selalu saja ada badai dan gelombang yang sering menerpa kita seperti Covid 19. Namun kita percaya Tuhan akan selalu menolong dan melindungi gereja-Nya. Waspada dalam pelayanan, karena ada saja iblis suka merongrong orang percaya, supaya jatuh pada perbuatan jahat dan kelaliman. Sebagai warga gereja kita harus perbanyak meditasi dan doa di rumah dan dimana saja kita berada.
Allah sebagai Hakim tidak akan pernah berpihak pada ketidakadilan dan kelaliman sekalipun itu dilakukan dengan dalih untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Siapapun orangnya, termasuk korban dari suatu ketidakadilan, tak akan dapat dibenarkan memperjuangkan keadilan itu dengan cara melakukan ketidakadilan. Karena di hadapan Tuhan, salah adalah salah dan benar adalah benar dan Allah tidak pernah berkompromi dengan kejahatan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Bagaimana Daud menghadapi situasi ketidakadilan dan kelaliman yang dilakukan Kush, orang Benyamin ?
- Bagaimana kita memahami keadilan Allah di tengah kejahatan yang tiada habisnya, berdasarkan perikop bacaan kita dalam Mazmur 7:1-18?
- Apa peran gereja dalam menerapkan keadilan Allah?
POKOK-POKOK DOA:
Jemaat dimampukan melakukan kebenaran, keadilan dan kebaikan.
orang-orang yang menjadi korban ketidakadilan.
Bagi mereka yang bertindak sewenang-wenang, yang melakukan kejahatan dan kelaliman supaya bertobat
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK II
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Kemuliaan Bagi Tuhan: NNBT No. 2 Dunia Tercipta Oleh Kar’na Tuhanmu
Doa Penyembahan: NKB No.34 Setia-Mu Tuhanku, Tiada Bertara
Pengakuan Dosa: KJ No. 467 Tuhanku Bila Hati Kawanku
Janji Anugerah Allah: NKB No. 195 Kendati Hidupku Tent’ram Dan Senang.
Puji-pujian: NNBT No. 9 Ku Akan Selalu Bersyukur
Ses Pemb Alkitab: KJ No. 52 Sabda Tuhan Allah
Pengakuan Iman: KJ No.280 Aku Percaya
Persembahan: KJ No. 367 Pada-Mu Tuhan Dan Allahku
Nyanyian Penutup: NNBT No. 34 Tuhanlah Perlindunganmu
ATRIBUT
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.