TEMA BULANAN : “Meningkatkan Integritas, Kompetensi dan Soliditas Pelayanan”
TEMA MINGGUAN : “Meratap Tanda Pertobatan!
Pembacaan Alkitab : Zakharia 12:1-14
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Situasi dan kondisi di masa kini masih belum stabil, mulai dari situasi dunia yang masih sementara berbenah diri karena dampak covid 19 kemudian di bangsa dan negara kita Republik Indonesia masih diperhadapkan dengan berbagai persoalan di berbagai bidang kehidupan yang membuat kita juga turut merasakan dampak dari kebijakan-kebijakan yang ada. Sebagai orang yang percaya kita juga terus diajak untuk senantiasa berdoa, bermohon campur tangan Tuhan supaya pemerintah diberikan kekuatan serta kemampuan untuk dapat menanggulangi berbagai bencana yang terjadi, baik bencana alam maupun non alam seperti wabah virus corona dan lain- lain.
Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) baru saja melaksanakan Pemilihan di aras Wilayah dan di bulan ini akan meiaksanakan Pemilihan di aras Sinode. Bersamaan dengan itu kita sudah memasuki penghayatan Minggu-Minggu Sengsara Tuhan Yesus. Ada banyak persoalan yang masih harus diselesaikan secara bersama sebagai persekutuan umat Tuhan, di antara mungkin masih tersisa luka-luka batin dampak dari proses pemilihan baik itu di aras jemaat dan wilayah yang mengakibatkan rasa soliditas dalam pelayanan memudar. Ada juga yang masih mempertahankan konsep- konsep lama yang hanya mementingkan diri sendiri dalam pelayanan walaupun sudah berada di periode yang baru. Tetapi yang lebih memprihatinkan lagi pertobatan yang sesungguhnya mulai meredup dalam persekutuan orang percaya, sehingga yang ada adalah pertobatan semu dan bukan sesungguhnya.
Berkaitan dengan pertobatan yang sesungguhnya, seharusnya dinampakkan dari sikap meratap sambil memohon belas kasihan Tuhan Allah. Untuk itulah kita dituntun dengan tema “Meratap tanda Pertobatan”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Zakharia berarti “Tuhan mengingat”. Pasal 1:1 dikatakan bahwa Zakharia adalah anak dari Berekhya, cucu dari Ido (Ezr. 5:1; 6:14) yang adalah kepala sebuah keluarga imam (Neh. 12:16). Zakharia mulai berkarya pada bulan kedelapan tahun kedua zaman Darius memerintah di Persia, yakni dari tahun 522-518 SM. Kitab Zakharia berisi sastra atau tulisan apokaliptik (artinya menyingkap, membuka rahasia) yang berfokus pada akhir zaman. Jenis tulisan ini umumnya berisi penglihatan dan gambaran simbolis berupa hewan (kuda 1:7- 21), malaikat (2:1-5), roh jahat dan angka. Nabi Zakharia mempunyai pandangan atau visi jauh ke depan mengenai umat Israel yang baru pulang dari pembuangan di Babel supaya mereka hidup setia di dalam Tuhan dan menata kehidupan keagamaan mereka dengan membangun kembali Bait Suci yang melambangkan kehadiran Tuhan Allah dalam hidup mereka.
Perkataan “ucapan ilahi” menunjuk pada kata “wahyu” yang artinya “Tuhan berfirman, Tuhan berkata, Tuhan berbicara”. Dengan pengertian ini, maka apa yang diucapkan oleh nabi Zakharia adalah “Perkataan atau Firman Tuhan”, dia hanyalah alat Tuhan untuk menyampaikan maksud Tuhan kepada umat-Nya. Apa isi wahyu itu? Wahyu atau ucapan ilahi itu didasarkan pada la yang adalah pencipta alam semesta, yang meletakkan dasar bumi. Tuhan Allah yang berdaulat itu begitu mengasihi umat-Nya, sehingga la membuat mereka menjadi pertanda kehadiran-Nya di muka bumi ini, yakni menjadikan umat-Nya bagaikan ”pasu” artinya piala yang berisi anggur sebagai simbol penghakiman Allah (Yes. 51:17, 22 : Why 14:10). Murka Allah akan menimpah bangsa-bangsa yang tadinya menyepelehkan umat Tuhan, mereka akan menjadi pening, akan mendapat Iuka parah, bagaikan penunggang kuda mereka akan menjadi gila. Umat Tuhan juga disimbolkan bagaikan “anglo berapi” (wadah terbuka yang diatasnya berisi bara/api). Artinya bangsa-bangsa yang menyerang Israel akan dilahap atau dihanguskan oleh api yang berasal dari Tuhan Allah. Umat Israel akan selamat dan tetap tinggal di tempat mereka dengan damai sejahtera.
Selanjutnya dikatakan bahwa Tuhan akan mencurahkan Roh (Ibr. ruwach artinya Roh Tuhan, nafas, semangat, nyawa) pengasihan (Ibr. Khane, artinya kasih karunia, belas-kasihan, mengasihi) dan roh permohonan (Ibr. tachanuwn, artinya bermohon, doa permohonan). Tuhan akan menunjukkan belas kasihan-Nya kepada keluarga dan keturunan Daud serta penduduk Yerusalem serta menjawab doa permohonan mereka. Umat Tuhan yang dimaksud menunjuk secara umum seluruh orang Israel, tetapi juga setiap keluarga untuk meratap (Ibr. caphad, artinya menangisi, berkeluh-kesah). Setiap keluarga akan meratap atau menangisi perbuatan salah dan dosa mereka seperti meratapi anak tunggal atau anak sulung mereka. Hal ini menekankan bahwa ratapan itu melintasi waktu dan generasi yang diberlakukan secara kolektif, tetapi juga secara pribadi atau keluarga. Bahkan ada juga yang menangis sambil berbicara hendak menyatakan ratapan yang dialaminya.
Kalimat “…. memandang kepada dia yang telah mereka tikam.” (ay.10). Betapa dalamnya ratapan dan tangisan tersebut sambil memandang kepada dia yang mereka tikam sebagai tanda pertobatan yang sungguh-sungguh. Muncul pertanyaan “siapakah dia” yang dimaksud dalam ayat ini, apakah menunjuk pada nabi Zakharia atau kepada seseorang dari zaman yang akan datang? Injil Yohanes kemudian mencatat penggenapan nubuat nabi Zakharia ini pada penyaliban Yesus Kristus (Yoh. 19:37; Wahyu 1:7. Pada saat prajurit Romawi menikam lambung-Nya dengan tombak (Yoh 19:34), maka keluarlah darah dan air. Hal itu merupakan titik puncak semua penghinaan yang ditimpahkan kepada Yesus Kristus dan dengan pengorbanan-Nya di kayu salib seluruh umat manusia ditebus dari dosa mereka karena penumpahan darah ‘ Yesus tersebut. Sebaliknya air menyimbolkan penyucian. Pertobatan hanya teijadi ketika kita dipersekutukan dengan Yesus Kristus.
■Makna dan Implikasi Firman
■ Pengakuan Iman Rasuli, Nicea-Konstantinopel dan Konfesi Gereja Masehi Injili di Minahasa, diawali dengan ungkapan “percaya kepada Allah Bapa Pencipta langit dan bumi”, ungkapan ini berasal dari apa yang dikatakan dibanyak bagian Firman dalam Alkitab seperti juga yang ditulis oleh nabi Zakharia. bahwa Tuhanlah yang membentangkan langit dan meletakkan dasar bumi. la adalah Allah Pencipta dan Pemelihara kehidupan ini. Allah yang begitu peduli dengan umat manusia yang adalah ciptaan-Nya yang termulia. Kepedulian Tuhan Allah ditunjukkan melalui kedatangan Anak-Nya Yesus Kristus ke dunia ini sebagai wujud nyata kasih-Nya kepada kita (Yoh 3:16).
■ Meratap adalah tanda pertobatan hendak mengartikan kepada kita bahwa meratap atau menangis bukan semata- mata supaya dilihat orang atau hanya sekedar ekspresi saja, melainkan meratap haruslah lahir dari hati yang terdalam sebagai bentuk dari penyesalan akan dosa-dosa yang sudah diperbuat. Mohon pengampunan dari Tuhan, sebab hanya Dialah yang sanggup mengampuni kita dan mentahirkan segala kesalahan kita. Kemudian ada pertobatan yang sungguh-sungguh, meninggalkan segala perbuatan yang salah dan keliru, serta hidup baru dalam Kristus. Ketika kita melakukan kerja dan tanggung-jawab, kita bersikap jujur dan benar, melakukan pelayanan di jemaat dan wilayah dengan sebaik-baiknya, semangat belajar untuk meraih harapan dan cita-cita ke depan.
■ Sebagai Gereja secara institusi/organisasi maupun pribadi, diajak juga untuk berdoa dalam kesungguhan, memohon belas kasihan Tuhan Allah bagi bangsa dan negara supaya terus dilindungi oleh Tuhan. Berdoa supaya umat Tuhan tetap hidup mengandalkan Tuhan, menjaga kekudusan rumah tangga serta tetap setia di dalam Tuhan. Menggumuli generasi muda supaya mereka hidup secara bertanggung-jawab dan tetap mempertahankan jati diri sebagai orang percaya.
■ Kita akan memandang kepada “Dia yang tertikam” sambil terus membangun komitmen rajin berdoa. belajar Firman dan giat bekerja. Bahkan juga terus terpanggil untuk memberitakan kabar keselamatan kepada banyak orang.
■ Gereja Masehi Injili di Minahasa bertepatan dengan pemilihan di aras Sinode. Tentunya bagian perenungan dari Kitab Nabi Zakharia ini akan semakin memperkuat motivasi pemilihan itu sendiri, sehingga kita akan memandang kepada Dia yang tertikam serta mati di kayu salib untuk keselamatan kita.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI.
- Apa yang dapat kita pahami tentang “Meratap tanda Pertobatan” dari perikop Zakharia 12:1-14?.
- Bagaimana kita mewujudnyatakan pertobatan dalam hidup sehari-hari?
- Menurut saudara, masih perlukah kita meratap di masa kini? Jelaskan!
NAS PEMBIMBING: Yohanes 19:36-37
POKOK-POKOK DOA :
Ada ratapan yang lahir dari hati terdalam untuk menyesali dosa-dosa yang sudah dilakukan
Pertobatan yang sungguh-sungguh dari orang percaya untuk hidup dalam kesetiaan kepada Tuhan
Pelaksanaan Pemilihan di aras Sinode
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN.
MINGGU SENGSARA II.
NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Persiapan: KJ.No. 169 “Memandang Salib Rajaku”
Ses. Nas Pemb: Ydh. 836 Salib Tuhan
Pengakuan Dosa : “Bertobatlah”
Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 17 “Agunglah Kasih Allahku”
Ajakan Untuk Mengikut Yesus di Jalan Sengsara : KJ.NO 372
“Inginkah Kau Ikut Tuhan”
Persembahan : KJ.NO. 450 “Hidup Kita Yang Benar”
Penutup: NNBT. No. 35 “Tuhan, Kau Gembala Yang Baik”
ATRIBUT
Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengucapan, salib dan mahkota duri.