TEMA BULANAN : “Penataan Persekutuan adalah Cerminan Kualitas Pelayanan”
TEMA MINGGUAN : “Akulah DIA!”
BACAAN ALKITAB : Yohanes 18:1-11
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang segambar dan serupa dengan Allah (Imago Dei). Diciptakan-Nya manu-sia dan dikarunia berbagai kelebihan sebagai anugerah Tuhan untuk mengekpresikan talentanya sehingga menghasil-kan sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas, yang walaupun dibalik kelebihan manusia ada kelemahan dan kekurangan. Salah satu kelemahan dan keberdosaan manusia dapat dilihat ketika manusia jujur berani mengaku kesalahan-nya di mata hukum. Banyak suka berkelit dengan memakai seribu dalih dan alasan demi pembenaran bahkan orang lain dijadikan kambing hitam. Sangat berbeda dengan apa yang dilakukan Yesus ketika Ia sedang dicari oleh sepasukan prajurit bersama Yudas si pengkhianat itu. Yesus tidak lari dan melarikan diri dari kenyataan, dan merasa takut atau berpura-pura menghindar dari penangkapan itu, tetapi justru Yesus yang lebih dahulu maju dan bertanya kepada mereka: Siapakah yang kalian cari? Jawab mereka : Yesus dari Nazaret. Kemudian dengan tulus, lantang dan berani Yesus menjawab: Akulah Dia. Pengakuan Yesus ini akan menjadi refleksi dari Gereja termasuk orang percaya di masa Raya Minggu Sengsara keempat ini.
PEMBAHASAN TEMATIS:
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Nama Ibrani YHWH sesungguhnya berkaitan dengan kata Ibrani hayoh“adalah” yang berarti “Aku adalah Dia yang ada” atau “Akulah yang akan tetap ada”. Dalam Injil Yohanes, Yesus juga memakai ungkapan “Aku adalah” untuk menghubungkan dirinya dari hakekat Allah ini untuk meng-gambarkan apa yang Allah berikan kepada-Nya agar ia lakukan bagi manusia. Yesus memperkenalkan sebagai Dia yang menyediakan semua kebutuhan (Yohanes 6:35) bahkan Injil Yohanes telah menunjukkan bahwa Yesus sudah ada sejak awal dalam rencana Allah : “Sebelum Abram jadi, Aku sudah ada (Yohanes 8:58).
Dalam prolog ditegaskan bahwa Yesus adalah Tuhan dan bahwa Ia praeksistensi artinya Ia sudah ada sebelum segala makhluk ada. Logos (Firman) tidak hanya bersama-sama dengan Allah pada mulanya, tapi adalah Allah (1:1) dan Logos inilah yang menjadi manusia dalam Kristus. Beberapa kali Yesus menampilkan hubungan ke-Anak-an-Nya sendiri dengan Bapa. Rencana penyelamatan diberlakukan oleh Bapa melalui Anak: karena kasih untuk dunia maka Allah mengaruniakan Anak-Nya (3:16). Anak adalah utusan melalui siapa Allah Bapa menyatakan diri-Nya 1:18). Tuntutan Yesus bahwa Ia Anak Allah adalah dasar gugatan di depan Pilatus bahwa menurut hukum Yahudi Dia harus mati (19:7). Demikian juga halnya yang disaksikan oleh Yohanes 18:1 -11 dimana sesudah Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya maka Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan pergi ke seberang Sungai Kidron dan di situ ada taman yang oleh para penulis kitab Sinoptis menamai tempat itu dengan taman Getsemani (Markus 14:32; Matius 26:36; Lukas 22:39-46). Kemudian Yesus masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya untuk berdoa, kemudian Yesus menyendiri ke tempat tertentu untuk berdoa dengan maksud agar Dia diberikan kekuatan oleh Bapa-Nya yang di sorga dalam menghadapi perderitaan yang akan dijalani (ayat 1). Demikian halnya dengan Yudas mengetahui tempat itu karena mungkin ia juga sering bersama Yesus ke tempat itu. Setelah Yesus selesai berdoa tiba-tiba Yudas dengan sepasukan prajurit dan penjaga Bait Allah yang di suruh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan sulu, lentera dan senjata untuk datang menangkap Yesus (ayat 2-3). Bagi Yesus sepatutnya Yudas tidak perlu menangkap Yesus dengan cara kekuasaan dan militer karena Yudas lupa bahwa Yesus adalah sebagai anak Allah yang punya kuasa. Sesungguhnya Yesus telah lebih dahulu mengetahui apa yang harus Ia alami atau menimpa diri-Nya. Sehingga Yesus tidak menunggu, Yudas untuk mengutarakan apa maksud keha-diran mereka di tempat itu. Yesus sendiri yang lebih dahulu bertindak melangkah ke depan dan menyapa para prajurit serta bertanya: “Siapakah yang kamu cari?” bahkan ada tiga kali Yesus bertanya “Siapakah yang kamu cari?”. Jawab mereka: “Yesus dari Nazaret”. Jawaban Yudas dan para Prajurit bahwa yang mereka cari adalah Yesus dari Nazaret mau menjelaskan bahwa kemungkinan besar di kota kota sekitar Nazaret ada/banyak yang bernama Yesus sehingga mereka tidak salah menangkap-Nya. Kemudian kata Yesus kepada mereka: “Akulah Dia,” jawaban Yesus merupa-kan momen yang tepat dalam rangka memperkenalkan diri-Nya sendiri bahwa Dia-lah Yesus dari Nazaret. Ketika para Prajurit mendengar perkataan Yesus bahwa Dialah Yesus dari Nazaret, maka serdadu dan prajurit-prajurit sangat terkejut karena perkataan Yesus itu, sehingga mereka mundur dan jatuh ke tanah Yudas dan prajurit itu terkejut dan jatuh karena sesungguhnya mereka berhadapan dengan Yesus sebagai anak Allah yang memiliki wibawa tetapi juga memiliki kuasa yang dari Allah Bapa-Nya sehingga kata-kata-Nya mengan-dung kuasa yang sangat ajaib (ayat 4-6; Markus1:27). Kemudian dengan ketenangan sebagai seorang Raja, Yesus telah memperingatkan mereka bahwa Ia telah menunjukan diri-Nya yang mereka cari itu, sehingga Yesuspun meminta supaya murid-murid yang bersama Dia dibiarkan pergi. Maka genaplah firman karena mereka yang engkau serahkan kepada-Ku tidak seorangpun yang Ku biarkan binasa. Pernyataan Yesus ini sesungguhnya menggambarkan sifat penderitaan-Nya sehingga Ia membiarkan diri-Nya ditangkap dan dihukum agar nyata bagi kebenaran dan pengampunan dari dosa (ayat 9).
Simon Petrus adalah seorang murid Yesus yang kepribadiannya sangat cepat memberikan reaksi bahkan ia orang yang selalu ada di garda terdepan untuk membela Yesus. Dalam peristiwa ini sepertinya Petrus ingin membela Yesus, dengan cara memutuskan telinga kanan Malkhus hamba seorang Imam Besar (ayat 10). Namun apa yang di lakukan Simon Petrus adalah cara yang keliru atau salah, sebab apa yang ia lakukan merupakan simbol kekerasan yang sangat bertentangan dengan ajaran Yesus seperti dalam hukum kasih 1 Petrus 3:9; Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan 1 Tesalonika 5:15, jangan membalas jahat dengan jahat sabagaimana kebiasan orang Israel di Perjanjian lama seperti gigi ganti gigi, mata ganti mata, kejahatan di balas dengan kejahatan. Yesus memberikan pengajaran contoh dan teladan kepada para murid bahwa siapa yang main pedang, maka ia akan di makan oleh pedang, kejahatan harus dibalas dengan kebaikan.
Pedang Simon Petrus itu tidak mengurangi penderitaan Yesus tetapi justru semakin memberatkan, oleh karena orang-orang Yahudi bermaksud untuk mengadukan Yesus kepada Pilatus dengan tuduhan pemimpin pemberontak dan pedang Simon Petrus itu dapat dipakai sebagai bukti untuk pengaduan itu. Yesus dengan tegas mencela perbuatan Petrus itu, sehingga disuruhNya ia menyarungkan pedang itu, sambil berkata : “Bukankah aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?” (ayat 11). Hal ini menggambarkan bahwa Yesus rela menemui maut dan tetap rela untuk berkorban, sehingga mereka tidak boleh mengangkat senjata duniawi dan rencana penyelamatan Allah harus terlaksana di bumi dimana Yesus-lah yang menggenapi semua pengharapan bangsa Yahudi (Matius 26:39-40).
Makna dan Implikasi Firman
Yesus adalah Anak Allah yang diutus oleh Bapa di sorga untuk pengampunan dan penebusan dosa serta penye-lamatan bagi dunia khususnya orang percaya, hal itu Dia buktikan dengan cara menyerahkan diri dengan tidak melakukan perlawanan sedikitpun ketika dicari Yudas dan pengikutnya sekaligus bentuk ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya yang di sorga.
Gereja sebagai suatu persekutuan yang telah mengaku percaya bahwa Yesus sebagai Tuhan dunia dan Juruselamat, seharusnya juga cermin dan mencerminkan suatu persekutuan yang senantiasa terus menyuarakan suara kenabian, kebenaran dan keadilan serta tidak boleh terpengaruh arus perkembangan dunia termasuk kekua-saan duniawi melalui politik praktis. Gereja harus dan siap menderita yang dimulai dari orang-orang percaya dan wajib untuk menjauhkan diri dari pola hidup cari gam-pang, cari nyaman atau hanya berlindung dari suasana nyaman dengan mengabaikan daya kritis atas segala penyimpangan yang sedang terjadi di dalam gereja mau pun di luar gereja itu sendiri. Gereja harus kritis dan realistis supaya tidak akan kehilangan wibawa sebagai garam dan terang dunia.
Minggu sengsara ini sesungguhnya menguatkan, mengo-kohkan iman orang percaya atas segala pergumulan dan penderitaan yang dilalui selang hampir satu tahun ini atas mewabahnya pandemi Covid 19 karena tidak sedikit orang dirumahkan, bisnis, pertanian, perikanan, pari-wisata, belajar mengajar, tidak berdaya karena daya beli masyarakat menurun. Namun kuasa dan janji Tuhan sampai hari ini kepada setiap orang percaya tetap ada sehingga aktivitas keagamaan dan ekonomi masyarakat sudah mulai pulih kembali.
Kekayaan, kekuasaan, jabatan, reputasi dan lain-lain adalah anugerah Tuhan kepada setiap orang percaya yang harus dan terus disyukuri kepada-Nya yang Empunya dunia, gereja dan pelayanan. Namun kita diingatkan bahwa itu hanya sebagai sarana dan bukan tujuan hidup dalam arti jangan menjadikan apa yang kita miliki untuk dipakai sebagai sesuatu untuk disombongkan, apalagi menindas kaum marginal yang terpinggirkan ditengah-tengah masyarakat. Di era erupsi ini dengan segala dampaknya orang dapat saja mengandalkan diri sendiri, materi. Namun sebagai orang percaya kita diajarkan bahwa segala pemberian Tuhan yang kita miliki itu penting, tetapi yang lebih penting adalah mengandalkan Yesus sebab Dia adalah Tuhan yang berkuasa.
Kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan teknologi) dan dampak dari eforia kekuasaan yang sedang terjadi di era ini dapat saja manusia tidak takut lagi melakukan kesalahan, pelanggaran dan kejahatan, namun berbeda dengan Yesus bahwa Ia memilih untuk tidak takut ditangkap, disalibkan bahkan mati di kayu salib dalam rangka melakukan kebenaran, karena setiap pengakuan yang benar punya konsekwensi atau resiko dan pengakuan Yesus bahwa Akulah Dia, maka resikonya adalah salib dan penderitaan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Jelaskan dan apa yang saudara pahami tentang jawaban Yesus : “Akulah Dia” dalam kesaksian Yohanes 18:5.
- Menurut saudara apa perlu gereja sebagai institusi dan orang percaya menderita? Jika perlu berikan komentar.
- Menurut saudara apakah suara kenabian gereja bahwa Yesus adalah Tuhan masih dibutuhkan dan didengar di zaman ini. Berikan alasannya.
NAS PEMBIMBING: Yeremia 10 : 10a
POKOK-POKOK DOA:
Untuk semua orang percaya agar tetap kuat dan teguh dalam iman kepada Tuhan Yesus ketika diperhadapkan dengan berbagai masalah kehidupan.
Mendoakan warga dan pelayanan gereja di masa new normal ini agar terus berjalan dalam tuntunan Tuhan.
Berdoa bagi bangsa dan Negara agar terus menjaga, merawat dan mewujudkan tali kasih persaudaraan sebagai anak bangsa sehingga persatuan dan kesatuan tetap terpelihara.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
MINGGU SENGSARA V.
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: NKB No. 3 Terpujilah Allah
Ses. Nas Pembimbing: NNBT No. 19 Allah Besar Agung Nama-Nya
Pengakuan Dosa: NNBT No. 10 Y Tuhan Yang Kudus
Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 34 Setia-Mu Tuhanku, Tiada Bertara
Ajakan Untuk Mengikut Yesus di Jalan Sengsara: KJ No. 363 Bagi Yesus Kuserahkan
Persembahan: NKB No. 197 Besarlah Untungku
Penutup: KJ No. 407 Tuhan Kau Gembala Kami
ATRIBUT:
Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengucapan, salib dan mahkota duri.