Tema Bulanan : Solidaritas yang Paripurna
Tema Mingguan: Jadilah Pewarta Kebangkitan
Bacaan Alkitab: Markus 16: 1-8
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Hingga sekarang Kebangkitan Yesus sulit diterima oleh masyarakat sekuler bahkan mereka yang memiliki agama sekalipun. Karena mereka meragukan bukti kebenaran di seputar peristiwa Kebangkitan Yesus. Kita harus mengakui ini karena kebangkitan Yesus adalah peristiwa Ilahi, yang harus dibuktikan dengan data firman Tuhan yang ada. Tantangan berat lainnya yakni masifnya berita hoax akhir-akhir ini di media sosial yang sering memperlemah tugas misioner gereja untuk bersaksi di tengah dunia. Jangan-jangan kesaksian gereja ditanggapi hanya sebagai propaganda agama semata. Kementrian Kominfo menyampaikan di Indonesia ada 800 ribu situs penyebar hoax. Mabes Polri mengingatkan ada 3500 hoax dalam sehari {https://kominfo.go.id} Pemerintah dan Sat-Gas dalam perjuangan Penanggulangan Pandemi Covid19 sering diserang dengan berita hoax. Umat beragama juga dihadapkan dengan gencarnya ujaran kebencian (hate speech). Gereja tidak terkecuali, sering menjadi alamat ujaran kebencian. Umat Kristen dilabel kafir dengan sebutan sumber dari segala yang haram. Tidak jarang kita dengar dakwahdakwah ‘mereka yang di sana’ menista keyakinan kita mempertanyakan keilahian Yesus; kelahiran-Nya dari perawan tanpa proses biologis, sudah disangsikan bagaimana pula mempercayai kebangkitan-Nya.
Tapi gereja harus menjawab keraguan dunia bahwa
Kristus bangkit bukanlah rekayasa sejarah. Gereja mula-mula berani memberitakan kebangkitan-Nya, dan mereka tahu kebangkitan Kristus adalah kebenaran yang paripurna. Kepercayaan pada Kebangkitan Kristus justru telah melahirkan gereja. Maka gereja seharusnya “Jadilah Pewarta Kebangkitan”, demikianlah tema yang digagas mengingatkan tugas misionernya sebagai pewarta kebangkitan, warta yang harus masif tentang karya Allah yang menyelamatkan.
PEMBAHASAN TEMATIS Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Salah satu latarbelakang penting dalam Injil Markus tentang tema ini ialah Yesus berhadapan dengan keyakinan orang Saduki yang tidak percaya tentang kebangkitan (Mark 12:18-27). Selanjutnya, kaum Saduki dan para lawan Yesus meragukan ke-Ilahian-Nya. karena itu tidak heran Injil Markus dibuka dengan kalimat ini: Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.
Fakta yang mencolok dari berita kebangkitan adalah kaum perempuan sebagai saksi pertama. Keempat kitab Injil serentak mencatat laporan ini. Sungguh mengejutkan dan terasa aneh karena perempuan pada jaman itu bukanlah tipe orang yang dapat dipercaya untuk urusan kesaksian. Tapi Injil Markus punya kiat tersendiri untuk konsisten dalam pemberitaannya, agar fokus berita tidak diletakkan pada keterlibatan perempuan dalam peristiwa kebangkitan, tetapi Yesus yang bangkit adalah subjek dari seluruh cerita dalam sejarah keselamatan Allah.
Keterlibatan figur perempuan, yang pasti punya makna tersendiri. Markus menarasikan kunjungan mereka ke kubur yang sebelumnya tidaklah lebih dari sebuah kebiasaan dengan ritual merempahi/ meminyaki jenazah. Demikianlah lazimnya adat Yahudi jika memandang yang mati itu adalah orang penting. Keterlibatan kaum perempuan itu harus dipandang sebagai cara Allah menjadikan mereka mitra, dalam rencana-Nya.
Di kubur, mereka menyaksikan realitas yang berbeda dari rencana semula. Batu penutup kubur sudah bergeser/terguling dari tempatnya semula. Hari masih pagi sudah ada sosok lain dikubur itu. Sebab di benak perempuan itu pagi adalah waktu yang tepat untuk merempahi mayat supaya aktifitas mereka tidak terganggu karena di ruangan kubur yang sempit. Perhatian beralih dengan penampakkan orang muda yang berbusana serba putih. Markus (berbeda dengan Matius dan Yohanes) dalam memberi keterangan sosok yang ada dalam kubur itu, tidak menyebut bahwa itu adalah Malaikat (ay 5). Ia menggambarkannya sebagai “orang muda” Yun; neaniskon = artinya pemuda. Markus tidak menyebut Malaikat secara tersurat ada gagasan untuk menggambarkan kebangkitan Yesus tidak melulu sebagai peristiwa atau misteri yang sulit diselami. Markus bertujuan agar para pembaca memahami tulisannya dalam konteks yang nyata dan sederhana, kesaksian yang tidak mengundang polemik. Gambaran tentang orang muda juga adalah cara Markus menerangkan bahwa Allah berdaulat menggunakan siapa saja demi memenuhi maksud-Nya. Orang muda itu adalah “utusan Tuhan” sederhananya “orang yang dipakai oleh Tuhan”. Utusan Tuhan dalam keterangan Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak hanya merujuk pada Malaikat tapi juga Manusia biasa. Yesaya menyebut dirinya utusan Tuhan. Yohanes Pembaptis disebut sebagai utusan Tuhan, Rasul Paulus menyebut dirinya sebagai utusan Tuhan. Daud sampai 3 kali disebut “orang muda” setelah berhasil mengalahkan Goliat (1 Sam 17:55-58). Jika utusan Tuhan hadir di kubur dalam bentuk “orang muda”, jelas maksudnya bahwa ia membawa berita dari Sang Pengutus. Lihat; Ia tidak ada di sini dan tempat Ia dibaringkan sudah kosong. Inilah kesaksian yang hendak disampaikannya. Singkat dan sepintas saja keterangan tersebut, tentu sulit bagi perempuan untuk menerima. Ajakan untuk tidak takut sebelumnya memiliki maksud, sebab ketakutan adalah penghalang bagi mereka memahami peristiwa itu dengan jernih. Karena itu Calvin sang Reformator mengatakan kenakanlah pikiran Kristus dalam memahami berita Paskah, agar wibawa peristiwa itu tidak diragukan.
Sekarang pergilah dan katakanlah… demikian amanat penting. Yesus telah bangkit adalah berita yang datangnya dari Tuhan sendiri, dan itu harus dipercaya. Ingat siapa yang menolak utusan Tuhan dan menolak berita yang disampaikannya sama halnya menolak Tuhan. (Band I Sam
8:7).
Markus berusaha meringkas kisah kebangkitan Yesus bahwa sudut pandangnya adalah tindakan Allah yang menyelamatkan. Bagaimana kabar baik itu dapat menerobos ke dalam dunia; bukan karena para wanita, bukan pula karena para murid, melainkan hanya oleh Allah sendiri, menjadikan berita itu kudus dan tidak terbinasakan. Dia-lah yang menggagas para perempuan itu berubah jadi penting dan menjadikan murid-Nya bangkit setelah kisah kematian yang tragis dan menyedihkan itu. Ternyata kebangkitan menurut Injil Markus juga dipandang sebagai proses pemuridan yang sustainable-berkelanjutan.
Tidak heran perempuan yang bingung di pagi itu, langsung disuruh pergi untuk mengabarkannya kepada murid-murid dan khusus untuk Petrus. Mereka harus pergi menyampaikan peristiwa yang tidak pernah mereka duga. Kenapa karena hakekat berita itu begitu berharga, penting, berita itu dasyat. Inilah pangkal iman Kristen yang sesungguhnya. Bagaimana jadinya iman kita jika Yesus tidak bangkit. Karya selamat Allah yang spesial ini harus diwartakan secepatnya. Perempuan itu adalah massenger ulung; sebab dengan singkat mereka menyampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan temantemannya.
Makna dan Implikasi Firman
Doktrin gereja tentang kebangkitan Yesus adalah yang paling fundamental. Keyakinan akan Kebangkitan adalah dasar iman Kristen. Paulus mengatakan jika realitas kebangkitan Yesus disangkal maka iman Kristen menjadi hampa dan sia-sia. (1 Kor 15:17). Kebangkitan Yesus sudah sejak awalnya telah melahirkan semangat reformasi yang luar biasa. Perempuan yang diubah menjadi sosok penting, yakni menjadi saksi pertama dari sebuah perihal yang penting, sungguh tidak terduga jika mengingat tradisi Yahudi yang diskriminatif terhadap perempuan. Kebangkitan Yesus tidak hanya mengubah derajat mereka, lebih dari itu mereka kini menjadi mitra Allah, duta untuk dunia yang meragukan keIlahian Yesus. Bagi orang percaya gerakkan emansipasi sesungguhnya sudah mulai dari Alkitab, oleh dan dari Allah sendiri. Namun cerita tentang kebangkitan bukanlah penonjolan issu tentang gender. Pesan penting yang tertuang adalah Allah yang membebaskan. Bukan hanya perempuan yang dimerdekakan, tapi segenap manusia. Allah membebaskan apa yang tidak bisa dibebaskan oleh manusia manapun. Dosa dan kematian adalah belenggu yang sulit ditaklukkan. Hanya kebangkitan Yesus satu-satunya jalan untuk memenangkannya. Inilah level tertinggi berita Alkitab. Oleh sebab itu tidak heran murid-murid-Nya begitu bersemangat mewartakan Yesus yang bangkit. Mereka jadi militan, bersedia pergi ke ujung bumi, bahkan mereka bersedia mati syahid. Mereka bersaksi bahwa Kebangkitan Kristus bukanlah hoax, namun benar-benar karya Agung Allah menyelamatkan manusia.
Di tengah wajah dunia yang memburuk karena polusi, di tengah ekonomi yang terpuruk, kematian yang tinggi karena Covid-19, angka kejahatan yang meningkat, narkoba yang mengancam, kekristenan yang acapkali dikecam, tidak ada berita yang bisa menenangkan jiwa kita selain kita mendengar bahwa Yesus sudah membebaskan dan memenangkannya untuk kita, untuk seluruh dunia. Allah amat peduli; solidaritas-Nya teruji dan terbukti. Paskah Yesus Kristus memberi kita identitas baru yakni anak-anak yang dimenangkan, sebagai anak kerajaan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
- Markus menyebut bahwa Kebangkitan Yesus sebagai berita yang “kudus dan tak terbinasakan” apa maksudnya? 2. Mengapa gereja harus jadi Pewarta Kebangkitan?
- Bagaimana menjadi Pewarta Kebangkitan di tengah maraknya berita hoax dan ujaran kebencian yang sering dialamatkan pada orang Kristen?
NAS PEMBIMBING: 1 Korintus 15:14
POKOK-POKOK DOA
Gereja konsisten bersaksi tentang Kebangkitan Kristus dan memberantas hoax.
Memulai Pemulihan dalam pelayanan Gereja. Dukungan pada wanita untuk berprestasi Anak-anak agar punya masa depan cerah.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN HARI RAYA PASKAH I
NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Persiapan: KJ No. 188 Kristus Bangkit! Soraklah.
Ses Nas Pembimbing: DSL No.93. Malam Lenyap Pengakuan Dosa: Naper No.5. Yesus Hu Yang Ajaib.
Pemberitaan Anugerah Allah: S’bab Dia Hidup
Persembahan: KJ No.263. Yang T’lah Menang
Penutup: KSK No.25. Saksikan Nimat
ATRIBUT
Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dan salib berwarna kuning.