TEMA BULANAN :“Hidup Sejahtera Bagi Semua Ciptaan”
TEMA MINGGUAN :“Menyambut Kasih Karunia dengan Kerendahan Hati”
Bacaan Alkitab : Lukas 1:26-38
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Di minggu Adven yang keempat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa orang Kristen mulai disibukan dengan menyiapkan berbagai kebutuhan untuk perayaan Natal Yesus Kristus. Memang tidak salah membeli kebutuhan lahiriah jika itu sesuai dengan kemampuan kita. Namun, dalam kenyataannya yang sering menonjol dalam persiapan tersebut justru bukan menyambut makna natal yang sesungguhnya. Biasanya yang menjadi prioritas persiapan perayaan adalah kostum, pesta, hiasan, makanan, minuman dan sebagainya. Persiapan ini adalah hanya demi gengsi (prestise), mengejar kehormatan (cari nama) dan semata-mata untuk memuaskan keinginan lahiriah belaka. Biaya pengeluaran untuk persiapan tersebut tidak identik dengan ungkapan syukur yang dipersembahkan dalam merayakan natal Yesus.
Harus dipahami bahwa kelahiran Yesus adalah wujud nyata dari kasih karunia Allah yang datang untuk menyelamatkan umat manusia. Ia dilahirkan dalam keadaan yang sangat sederhana dengan palungan sebagai tempat pembaringan-Nya.
Maria, sosok perempuan desa yang sederhana diberi kasih karunia untuk mengandung dan melahirkan Yesus oleh Roh Kudus. Ia menerima kasih karunia ini dalam ketaatan sebagai seorang hamba. Teladan Maria ini menjadi acuan tema minggu ini “Menyambut Kasih Karunia Dengan Kerendahan Hati.” Kerendahan hati adalah sikap yang diperlukan untuk menerima kasih karunia Allah. Kita diajak memaknai minggu Adven ini dengan mencontohi Maria yang dengan kerendahan hati menerima apa yang dilakukan Tuhan kepadanya tanpa membantah dan menolak.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Lukas adalah bagian pertama dari dua tulisan Lukas yang dialamatkan kepada seseorang yang bernama Teofilus, artinya, “seorang yang mengasihi Allah” (Lukas 1:1,3; Kisah Para Rasul 1:1). Roh Kudus memakai Lukas menulis dengan tujuan agar jemaat yang bukan Yahudi memiliki Injil yang lengkap dan cermat tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus sampai pada hari Ia terangkat ke Sorga. Jemaat yang sudah bertobat akan mendapatkan tulisan atau buku mengenai kebenaran yang diajarkan oleh saksi mata dan pelayan Firman (Lukas 1:3-4). Lukas menekankan cakupan universal dari Injil bahwa Yesus datang untuk membawa kasih karunia bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi. Injil Lukas diawali dengan pemberitahuan kelahiran Yohanes Pembaptis dan kelahiran Yesus. Khusus Lukas 1:26-38 berisi pemberitahuan tentang kelahiran Yesus.
Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, sebuah kota yang terpencil di negeri itu, tempat yang tidak memiliki reputasi. Tempat yang tidak ternama namun tidak boleh menjadi suatu alasan untuk berburuk sangka terhadap orang-orang yang kepadanya Allah berkenan. Allah menyuruh malaikat pada bulan keenam atau setelah Elisabet mulai mengandung, pergi kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf dari keluarga Daud. Nama perawan itu Maria. Malaikat itu berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai”, salam atau sapaan ini dimaksudkan untuk membangkitkan sesuatu di dalam diri Maria, yaitu: harga dirinya sendiri karena ia tergolong dalam status sosial yang rendah. Di masa itu, orang Yahudi menganggap perempuan adalah masyarakat kelas dua. Salam ini menyatakan rasa hormat dengan maksud baik kepada Maria. Maria yang dikaruniai, kata Yunani yang dipakai adalah ‘Kecharitomene’, yaitu sesuatu yang ada pada Allah yang menyebabkan Ia memberikan karunia kepada orang yang tidak berlayak untuk menerimanya. Kata ini menunjuk bahwa Maria menerima kebaikan dari Allah, padahal ia tidak layak mendapatkan (undeserved favour of God) kasih karunia itu. Ia memperoleh kehormatan untuk menjadi seorang ibu, bahkan hadirat Allah bersama Maria: “Tuhan menyertai engkau.”
Maria adalah seorang perawan yang masih dalam status bertunangan dengan Yusuf. Kata Yunani yang diterjemahkan ‘perawan’ adalah “Parthenos” dan kata ini tidak pernah digunakan untuk menunjuk kepada perempuan yang sudah menikah. Di samping itu, kata-kata Maria dalam ayat 34, yang berbunyi ‘aku belum bersuami’ (‘I know not a man’=aku tidak tahu/kenal laki-laki) dan ini jelas menunjukkan bahwa ia betul-betul masih perawan.
Yesus lahir dari seorang perawan, yang dikandung dari Roh Kudus. Hal ini sesuai dengan nubuat Firman Tuhan (Yesaya 7:14). Anak yang dikandung dan dilahirkan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Yesus adalah anak Allah yang menjadi manusia, bahkan Dialah Allah itu sendiri. Ia lahir dalam kekudusan bukan lahir sebagai manusia berdosa, karena itu Ia menebus dosa manusia. Ia akan menjadi besar dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, Bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.
Maria terkejut dengan peristiwa yang dialaminya, ia meresponi perkataan malaikat Tuhan yang memberikan kepadanya suatu kepercayaan, tanggung jawab atau kasih karunia yang luar biasa ini dengan mengatakan, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab Malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau, sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Hal yang sama juga terjadi pada Elisabet, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Hal ini menegaskan bahwa menerima kasih karunia Allah hanya dapat dialami oleh Maria dan Elisabet jika kuasa Roh Kudus menaungi mereka. Artinya Allah bekerja melalui Roh Kudus untuk menggenapi kehendak-Nya, mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin, sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.
Penerimaan Maria terhadap kasih karunia itu diwujudkan di dalam ketaatan seorang hamba. Ia dengan rendah hati berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Walaupun respon ini memiliki konsekuensinya, seperti menimbulkan kesalahpahaman Yusuf, ejekan dan hinaan orang-orang disekitarnya atau dari keluarganya sendiri bahkan kemungkinan ia akan dihukum mati berdasarkan hukum Perjanjian Lama (Ulangan 22:20-21), namun Maria tetap tunduk dan tidak membantah. Ia menunjukkan sikap iman yang kokoh dan kerendahan hati sebagai seorang hamba yang taat. Sikap inilah yang merupakan nilai hidup yang diperoleh dari penghormatan yang dalam kepada Tuhan Allah.
Makna dan Implikasi Firman
Berbicara kasih karunia dalam konteks dimana orang Kristen berada pada minggu-minggu menyambut Natal Yesus Kristus tentu tidak lepas dari kisah dipilihnya seorang perawan Maria oleh Tuhan Allah. Maria disapa oleh malaikat dengan perkataan “engkau yang dikaruniai”, yang juga berarti penuh kasih karunia. Istilah ini mengacu kepada orang yang menerima kemurahan atau kasih karunia dan bukan sumber kasih karunia itu sendiri. Ia adalah manusia biasa yang diberi kasih karunia dan bukan sumber karunia itu sendiri. Ia menerimanya dengan ketaatan dan kerendahan hati. Sikap seperti inilah yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang percaya untuk menerima karunia keselamatan, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus adalah sumber kasih karunia yang telah datang untuk menye-lamatkan umat manusia karena itu semua manusia harus menyambut kasih karunia-Nya dengan mengutamakan sikap hati yang benar dan bukan persiapan lahiriah atau sere-monial belaka.
Maria mampu menerima kasih karunia itu karena dinaungi oleh kuasa Roh Kudus. Dengan demikian hanya oleh kuasa Roh Kuduslah yang memampukan orang percaya untuk hidup di dalam kasih karunia yang menyelamatkan. Itulah sebabnya kita diajak untuk membuka ruang hati kita dipenuhi kuasa Roh Kudus, mintalah kepada Tuhan agar Ia menaungi hati kita untuk hidup di dalam ketaatan dan kerendahan hati.
Gereja yang sedang mempersiapkan diri menyambut natal Yesus Kristus memahami bahwa karya keselamatan bagi umat manusia yang berpuncak pada pengorbanan Yesus di kayu salib, berawal dari inisiatif Tuhan Allah yang mengutus Anak-Nya menjadi manusia. Untuk itu pemberitaan gereja di minggu Adven ini adalah mengajak jemaat mencontohi sikap hidup yang ditunjukkan Maria. Ia menyambut dengan keren-dahan hati, apa yang diberlakukan kepadanya tanpa mem-bantah dan menolak. Kerendahan hati adalah salah satu dari nilai-nilai spiritualitas Kristiani yang harus terimplikasi melalui cara hidup sehari-hari. Kerendahan hati membuka jalan yang membawa seseorang kepada Tuhan untuk mengalami kuasa-Nya, sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.
Pada setiap tanggal 22 Desember dirayakan peringatan hari ibu. Ibu-ibu diajak untuk mencontohi Maria yang sederhana, taat dan setia melakukan kehendak Tuhan sekali pun menghadapi berbagai resiko. Demikian juga jika ada di antara ibu-ibu yang mendapat kepercayaan menjadi pemimpin atau pelayan, maka janganlah menjadi angkuh dan sombong, jalankan tanggung jawab publik tanpa mengabaikan peran domestik sebagai isteri dan ibu yang menuntun suami dan anak-anaknya untuk mengalami kasih Tuhan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa yang dimaksud dengan kasih karunia menurut perikop Lukas 1:26-38?
- Bagaimana sikap Maria menyambut kasih karunia Tuhan?
- Berikanlah contoh bagaimana cara hidup umat yang sudah mendapat kasih karunia Tuhan.
NAS PEMBIMBING: Mazmur 149:4
POKOK-POKOK DOA:
Peran warga Gereja untuk terus mewartakan kasih karunia Tuhan Allah.
Menyambut dan merayakan Natal dengan pelayanan diakonal.
Situasi yang aman dan damai pasca pemilihan kepala daerah
Dukungan bagi pemimpin yang terpilih
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU ADVEN IV
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: KJ. No. 87 Gapuramu Lapangkanlah.
Nas Pembimbing : NNBT No. 7 Mari Puji Tuhan Yesus.
Hukum Tuhan: NKB No. 194 Kau Tetap Tuhanku Yesus.
Pengakuan Dosa: NKB No. 14 Jadilah Tuhan, Kehendak-Mu
Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 143 Janji Yang Manis
Ses Pembacaan Alkitab: NKB No.116 Siapa yang berpegang
Persembahan : KJ No.289 Tuhan, Pencipta semesta.
Nyanyian Penutup: KJ. No. 83 Terbitlah Bintang Timur.
ATRIBUT:
Warna dasar biru muda dengan simbol empat buah lilin berwarna ungu.