TEMA BULANAN: “Menerima dan Memberlakukan Keadilan Allah”
TEMA MINGGUAN: “Kebenaran Versus Dusta”
BACAAN : Kisah Para Rasul 5:1-11
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Tak dapat kita pungkiri dua terminologi kebenaran dan dusta memiliki keterkaitan, bagaikan dua sisi yang sangat berten-tangan dari satu mata uang, yang tak pernah terpisahkan. Dalam realita masyarakat, ketika ada kebenaran, pasti di sekitarnya ada dusta, demikian juga sebaliknya. Kebenaran dan dusta adalah dua kata yang berbeda dan memiliki arti tersendiri. Kebenaran dari kata dasar “benar” berarti “ keadaan (hal yang sebagainya) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya, kelurusan hati, kejujuran. Sedangkan “dusta” berarti tidak benar, bohong (KKBI).
Kebenaran menjadi dasar dari sebuah kepercayaan, inte-gritas iman, keamanan dan stabilitas. Dan ketika kebenaran di-ganti dengan kebohongan, maka nilai-nilai di atas akan meng-hilang dari kehidupan manusia. Sebab ketidakbenaran atau dusta adalah dosa yang sering dipakai oleh iblis, untuk me-muaskan keinginan pribadi, apakah itu ada hubungannya de-ngan menyetujui kebohongan atau menyatakan suatu kesaksian palsu. Oleh sebab itu, mengapa kebenaran itu penting? Karena kehidupan ini memiliki konsekuensi bagi setiap kesalahan.
Di tengah-tengah fenomena yang terjadi, dimana dusta lebih mendominasi seseorang untuk membenarkan diri. Saat ini jemaat-jemaat sedang melaksanakan pesta iman, pesta peng-ucapan syukur, firman Tuhan ini mau mengajak pribadi, keluarga maupun jemaat untuk selalu melakukan kebenaran, apalagi berhubungan dengan memberi persembahan yang merupakan bagian dari tanda syukur kita kepada Tuhan. Karena itu dengan alasan ini maka tema bulanan “Menerima dan Memberlakukan Keadilan Allah” dan tema mingguan “Kebenaran versus Dusta”.
PEMBAHASAN TEMATIS
n Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kitab Kisah Para Rasul, seperti halnya Injil Lukas, dialamatkan kepada seorang yang bernama “Teofilus” (Kis.1 :1). Dan penulis kedua kitab ini adalah Lukas “Tabib…. yang kekasih (Kol. 4:14). Ditulis sekitar tahun 60-an M. Adapun tujuannya mengisahkan permulaan berdirinya gereja dan perkembangannya serta peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja untuk memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus. Oleh karena itu tema kitab Kisah Para Rasul : Penyebaran Injil yang penuh keberhasilan melalui kuasa Roh Kudus.
Khusus Kisah Para Rasul 5:1-11, tidak terlepas dari pasal sebelumnya (Kisah 4:32-37). Penulis Kisah Para Rasul men-ceritakan bagaimana cara hidup jemaat mula-mula yang terinspirasi dengan motivasi pelayanan yang dilakukan Para Rasul melalui kesaksian mereka tentang kebangkitan Kristus. Jemaat yang dikuasai kuasa Roh Kudus, menunjukkan kesaksian iman yang luar biasa, bertekad untuk hidup sehati dan sejiwa, dan ini bukan hanya kata-kata, sampai-sampai mereka menganggap segala sesuatu yang mereka punyai sebagai milik bersama, sehingga bersepakat untuk menjual kepunyaan mereka, tanah atau rumah dan membawa hasil penjualannya kepada rasul-rasul untuk dibagikan, sehingga ada keseimbangan antara yang kuat dan lemah supaya tidak seorangpun yang berkekurangan di antara jemaat.
Ayat 1-2. Adapun Ananias dan Safira, sepasang suami isteri yang memiliki nama yang indah, Ananias berarti Allah yang memberikan dan Safira berarti yang cantik. Ternyata nama yang indah, belum menjamin kelakuan mereka. Kedua suami istri ini, supaya mereka tidak kelihatan ketinggalan, melakukan hal yang sama seperti Barnabas dan orang-orang lain (Kis.4: 37) menjual sebidang tanah untuk diletakkan di depan kaki rasul-rasul. Sepengetahuan istrinya, Ananias menahan sebagian hasil penjualan untuk dirinya sendiri. “Menahan” (kata kerja Yunani, Nosphizomai,) yang berarti menahan bagi dirinya sendiri, menyelewengkan). Untuk tindakan ini Ananias dan Safira tidak komitmen pada hasil penjualannya, terbukti ketika mereka tidak jujur dan berdusta dengan motivasi ingin dihargai. Ananias dan Safira ingin mendapat pengakuan dan mau menonjolkan diri, padahal mereka tidak dapat melaksanakan sepenuhnya. Dengan demikian, mereka menghina Allah dan menipu orang lain, saat berpura-pura menyerahkan hasil penjualan itu kepada rasul-rasul. Mereka tamak terhadap kekayaan dunia, dan tidak percaya pada Allah dan pemeliharaan-Nya.
Ayat 3-10, Ananias berharap mendapat nama dan pujian, justru Petrus menegur dia, Petrus memberikan tuduhan yang tak terbantahkan akan kejahatan itu. Petrus tidak menuduh bahwa Ananias menipu dia, tetapi menipu Roh Kudus. Adalah sebuah kesalahan besar jikalau kita melakukan sesuatu berdasarkan kehendak sendiri dan bukan pada kehendak Roh Kudus. Dalam hal ini Petrus mengetahui bahwa hati Ananias penuh niat untuk berbuat jahat dan karena itu tidak memberi dia waktu untuk bertobat. Petrus menunjukkan sumber dosanya: Pertama, hatinya dikuasai Iblis menjelaskan bahwa apa pun yang bertentangan dengan Roh, berasal dari roh yang jahat yang dikuasai oleh iblis dan dikuasai keduniawian. Melalui perbuatan ini tampaklah bahwa Ananias membiarkan Iblis memenuhi hatinya. Sebab ia tidak “sehati” dengan orang-orang percaya. Kedua, Ananias mendustai Roh Kudus. Kata mendustai (Yunani: pseudomai) berarti mengingkari, berbohong, sikap palsu atau menfitnah. Tindakan ini sebagai mengingkari Roh Kudus yang ada pada dirinya tetapi juga Roh Kudus yang ada pada para rasul. Dari perkataan Petrus jelas terindikasi Ananias tidak wajib menjual hartanya dan menyerahkan hasil penjualannya. Kalau pun dilakukan itu merupakan suatu tindakan murni dan bukan kewajiban yang dipaksakan, baik sebelum maupun sesudah tanah dijual, mereka boleh memakainya sesuai keinginan mereka. Tetapi yang terjadi adalah tindakan ini merusak persekutuan jemaat dengan berdusta dan menipu Allah.
Ananias mati dan langsung dikuburkan supaya mayatnya tidak membusuk mengikuti tradisi Yahudi, ketika dia diper-hadapkan dengan dosanya. Ananias tidak diberi kesempatan untuk membela diri, karena dia memahami kesalahannya yang telah mendustai Roh Kudus, karena Roh Kudus itu tinggal dan diam dalam hati. Mendustai Roh kudus adalah dosa yang tidak diampuni. Hukuman terhadap Ananias tampak keras, namun diyakini inilah keadilan Allah, bagi orang yang tidak adil dimana hukuman ini dimaksudkan untuk, memelihara kehormatan Roh Kudus yang saat itu belum lama dicurahkan dan untuk mencegah orang lain agar tidak melakukan kesombongan yang sama. Berita kematian Ananias tidak begitu cepat sampai kepada Safira, sebab ia berada jauh dari tempat itu, dan tidak mengetahui apa yang terjadi. Berharap mendapatkan ucapan terima kasih dari semua orang atas kedatangannya, sebagai seorang dermawan. Tetapi karena terbukti bersalah dan melaku-kan dosa yang sama dengan suaminya dan bersepakat menyampaikan cerita yang sama pula maka ia harus ambil bagian dalam hukuman suaminya.“Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?”. Petrus menunjukkan kesalahan mereka, yaitu mencobai Roh Tuhan, sama seperti Israel mencobai Allah dipadang gurun (Keluaran 17:2). Mereka mencobai Allah, seolah-olah Dia sama seperti diri mereka sendiri.
Ayat 11, Peristiwa yang menimpa Ananias dan Safira, menimbulkan kesan pada orang banyak, dimana persekutuan jemaat, semakin menghormati Roh Kudus, takut dan kagum terhadap Allah dan penghakiman-Nya, sekaligus mengajarkan kepada mereka untuk bersungguh-sungguh dengan Roh Kudus. Pemurnian kehidupan jemaat mula-mula melalui peristiwa Ananias dan Safira melahirkan ketaatan dan pertama kali istilah atau kata jemaat digunakan. Kisah yang diambil dari kehidupan jemaat perdana ini merupakan realita bahwa dibalik kehidupan jemaat yang rukun dan melakukan kebersamaan ternyata juga memiliki sisi gelap.
Makna dan Implikasi Firman
Hidup dalam kebenaran tidaklah mudah. Kitab Kisah Para Rasul 5:1-11 mau mengingatkan setiap orang percaya bahwa betapa pentingnya melakukan kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan atau apa adanya. Tindakan kebenaran adalah respon iman dan merupakan wujud ketaatan pada Tuhan. Walaupun di satu sisi, tak dapat kita pungkiri budaya kita sekarang ini telah beralih pada sikap kepuasan diri sendiri yang mana banyak kesalahan-kesalahan yang tak hanya di toleransi tetapi juga disarankan sebagai hal yang benar. Akibatnya, banyak dari kita yang merasa nyaman jika kita berdusta atau tidak berterus terang kepada orang lain.
Kisah Ananias dan Safira memberi pelajaran bagi kita, bahwa Tuhan memberlakukan penghukuman-Nya, bukan karena mereka menahan sebagian dari hasil penjualannya, tapi hukuman itu diberlakukan karena Ananias dan Safira bersepakat untuk berdusta dan tidak jujur dengan pemberiannya, berarti mereka tidak komitmen. Mereka mendustai Roh Kudus, karena iblis sudah ada dalam hati mereka. Konsekuensi dari perbuatan itu, mereka berdua mati secara tragis. Peristiwa ini menjadi pembelajaran bagi kita bahwa Allah kita adalah Allah yang adil dalam bertindak. Keadilan Tuhan tidak bisa disamakan dengan keadilan manusia. Keadilan Tuhan adalah sempurna, utuh dan tak bercacat, dimana semua yang Tuhan rencanakan, putuskan dan kerjakan selalu didasarkan pada keadilan. Tuhan mengasihi orang yang hidup dalam kebenaran dan memberikan penghargaan atas setiap perbuatan baik yang kita lakukan, tapi Tuhan sangat menentang segala bentuk kefasikan. Karena itu, ia akan menjatuhkan hukuman atas setiap pelanggaran dan dosa. Inilah bukti bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang adil dan tidak bisa dipermainkan dengan cara apapun seperti yang dilakukan oleh Ananias dan Safira.
Bagian Alkitab ini hendak pula memberikan pelajaran iman yang amat penting, untuk menggunakan kekayaan dan harta yang adalah berkat Tuhan yang harus disyukuri. Tuhan menghendaki kita memberi dengan rela dan sukacita sebagai buah iman kita kepada Tuhan. Dan bukan menjadi ajang untuk pencitraan dan mencari popularitas, memberi tetapi dengan ambisi untuk kepentingan mencari nama, apalagi demi kepentingan tertentu, kita memberi diri untuk ada dalam kesepakatan melakukan hal-hal yang tidak baik.
Gereja terpanggil untuk terus memperlengkapi anggotanya untuk hidup dalam kebenaran dan meninggalkan dusta, menyerahkan diri sepenuhnya dalam tuntunan Roh Kudus untuk membentengi diri dari godaan iblis. Agar kita jangan seperti Ananias dan Safira yang mendapatkan hukuman setelah mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Jelaskan yang saudara mengerti tentang Kebenaran Versus Dusta dalam pembacaan Kisah Para Rasul 5 : 1 – 11 ?
- Apakah yang dapat kita pelajari dari kisah Ananias dan Safira ini untuk diimplementasikan dalam kehidupan berjemaat ?
- Bagaimana bentuk pengucapan syukur yang jujur, tulus dan yang dikehendaki Tuhan?
NAS PEMBIMBING: 2 Korintus 9:7-8
POKOK – POKOK DOA:
Melakukan kebenaran dalam berkata dan bertindak, serta menyerahkan sepenuhnya kehidupan ini di bawah tuntunan Roh Kudus.
Menerima dan memberlakukan keadilan Allah sebagai respon iman dan wujud ketaatan pada Tuhan
Mengingatkan jemaat bahwa kekayaan bukanlah jaminan keselamatan, tapi sebagai sarana untuk menjadi berkat bagi orang lain.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK IV
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: KJ. No. 21 Hari Minggu, Hari Yang Mulia
Pembukaan: NNBT No. 6 Allah Bapa Yang Kumuliakan
Pengakuan Dosa & Pengampunan: Bertobatlah
Ses Pembacaan Alkitab: NNBT No.12 Diamlah
Persembahan: NKB No.199 Sudahkah Yang Terbaik Kuberikan
Nyanyian Penutup: NNBT No. 35 Tuhan Kau Gembala Yang Baik.
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.