TEMA BULANAN : “Memelihara Keutuhan Ciptaan”
TEMA MINGGUAN : “Tanah, Rahmat Allah bagi Kehidupan
BACAAN ALKITAB: Imamat 25:1-7
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara air sekaligus penopang akar. Allah menciptakan dunia dan segala isinya, termasuk “tanah” sebagai bagian penting dimana manusia tinggal, hidup dan berkarya di atas tanah yang diciptakan TUHAN. Manusia membutuhkan tanah, karena itu tanah memiliki nilai yang tinggi. Demi kebahagiaan dan kesuksesan, maka orang akan berusaha memiliki tanah dengan lokasi yang strategis untuk membangun rumah, sekolah, tempat usaha dan tanah yang subur untuk pertanian. Tanah memang unik, karena tanah adalah berkat Allah untuk kehidupan.
Di negeri ini, kita berdiri di atas tanah Indonesia dan diberi kebebasan berkarya serta menikmati anugerah kehidupan. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 17.504 pulau, memiliki tanah yang subur. Hal ini menjadi satu kebanggaan yang patut disyukuri, karena setiap yang ditanam akan mem-buahkan hasil yang dapat dinikmati dan memberi kesejahteraan bagi manusia. Bahkan dari tanah itu, manusia dapat menikmati kejayaan hidup karena hasil pertanian dan perkebunan.
Realita masa kini dengan adanya tanah yang memberi kemakmuran, ternyata manusia terjebak pada sikap mengejar keuntungan. Di beberapa tempat tanah terus-menerus dipaksa berproduksi sehingga mengakibatkan lahan kritis yang ber-dampak kurangnya pangan, sebaliknya ada lahan tidur yang tidak diolah, sengketa tanah yang berujung konflik berke-panjangan, sementara ada orang memiliki banyak tanah tapi sebaliknya masih ada juga yang tidak memiliki tanah. Tanah dapat menjadi berkat tapi juga kutuk sebab kemakmuran tanah bisa membuat orang menjadi lupa diri dan berpaling dari TUHAN. Karena itu manusia harus menghormati kemerdekaan tanah, memelihara keutuhan ciptaan TUHAN dengan cara: menjaga, mengolah dan melestarikan kesuburannya agar tetap memberi hasil yang maksimal. Untuk mewujudkan hal ini, maka dipilihlah tema minggu ini: “Tanah, Rahmat Allah bagi Kehidupan”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kitab Imamat secara umum menceritakan tentang bagai-mana TUHAN memberikan berbagai hukum dan peraturan kepada Musa dan umat Israel. Imamat (Inggris Leviticus) yang diambil dari nama salah satu suku Israel “Levi” atau “Lewi” yaitu satu suku Israel yang secara khusus ditunjuk melayani dalam kemah Tuhan, dan nama Kitab Imamat diambil karena tanggungjawab para imam dan orang Lewi pada umumnya. Pokok dalam kitab ini ialah kesucian Allah, dan manusia harus hidup kudus dan beribadat supaya tetap mempunyai hubungan baik dengan TUHAN, Allah Israel.
Khusus Imamat 25:1-7 berbicara tentang tanah perjanjian yang akan mereka duduki sebagai berkat Allah, karena itu umat wajib menghormati Allah dengan cara mematuhi aturan tentang tahun Sabat atas tanah yang bertujuan untuk memastikan bahwa tanah Israel ‘Erets Yisrael’ benar-benar memberi kesejahteraan. Untuk memahami hal ini, maka tafsiran teks Alkitab ini diuraikan sebagai berikut: Ayat 1; Peraturan ini disampaikan kepada Musa, di gunung Sinai disebutkan secara istimewa, dimana umat Israel dianggap tinggal di kaki gunung itu selama seluruh peristiwa yang diriwayatkan dalam kitab itu, dan gunung Sinai adalah tempat kudus bagi TUHAN menampakkan diri untuk berfirman kepada Musa dan memberikan dua Loh batu atau sepuluh hukum Tuhan (Lihat. Kel 19:12; 20; 24:12). Ayat 2; We syavet a’ arets syabbat, ‘maka tanah itu harus mendapat perhentian’.Sesudah enam tahun masa tanam, pemeliharaan dan panen, maka tahun ke-7 tanah dibiarkan tidak ditanami selama 1 tahun. Ayat 3-4; Enam tahun adalah masa untuk bercocok tanam, menikmati dan mengumpulkan hasil, kemudian tahun ketujuh adalah tahun sabat. “Sabat, masa perhentian penuh”. (Bdk. Kel. 23:10-11). Ketika tanah tidak dipaksa untuk berproduksi, humus tanah kembali dan tanah siap ditanami lagi. Tanaman dan rerumputan yang tumbuh selama tahun itu akan membuat tanah yang dibajak lebih kaya humus dan subur. Disamping itu sama seperti manusia beristirahat selama hari sabat setiap minggu, demikian tanah mengalami sabat setahun dalam tujuh tahun, sebagai tanda hubungan erat antara Allah dengan manusia dan antara Allah dengan tanah dimana pemilik tanah yang sesungguhnya adalah Tuhan. Ayat 5; “apa yang tumbuh sendiri”: menunjuk secara tepat kepada gandum yang tumbuh sendiri ketika tanah dibiarkan dan ditinggalkan begitu saja. “yang tidak dirantingi”: Nazir (bahasa Ibrani), bandingkan ungkapan “seorang nazir Allah” dalam Hakim-hakim 13:5. Artinya tanaman yang tumbuh secara liar, tidak dipakai untuk diri sendiri melainkan diserahkan kepada Allah dan digunakan untuk sesama. Disamping itu meninggalkan tanah hingga tandus adalah sesuatu yang sangat perlu bagi para petani yang tidak tahu tentang pupuk atau panen-panen perputaran. Dalam hal ini tanah tetap subur sebagai hasil dari pembentukan humus (sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam tanah). Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap kebertahanan dan kualitas kesuburan tanah sehingga mereka memperoleh panen-panen yang lebih baik. Ayat 6-7; Di tahun Sabat, Allah tetap menjamin kebutuhan hidup manusia yaitu pemilik tanah dan pekerjanya boleh makan apa yang tumbuh sendiri di ladangnya. Kel. 23:10-11, dimana tanaman itu diperuntukkan bagi orang miskin dan sisanya bagi ternak dan margasatwa (binatang hutan). Jadi pada tahun sabat, mereka tidak akan lapar. Dengan mempraktekkan Sabat untuk tanah, umat Israel diingatkan bahwa tanah diberikan bukan untuk memuaskan kerakusan manusia, sebab tanah mempunyai hak dan keberadaannya sendiri yang harus dihormati agar tercipta keseimbangan alam.
Makna dan Implikasi Firman
Tanah adalah rahmat Allah bagi kehidupan manusia dan ternak. Allah yang menciptakan tanah, dengan demikian pemilik tanah yang sesungguhnya adalah TUHAN Allah. Manusia bukan pemilik sesungguhnya, manusia hanya dimandatkan untuk mengurus dan memelihara serta mengelolah tanah, sehingga manusia wajib menghormati Allah sebagai pencipta dan pemilik tanah.
Hukum sabat sebagai perintah TUHAN, tujuannya agar umat tidak memperlakukan tanah secara sewenang-wenang dan memeras sampai batas terakhir kemampuannya demi keuntungan manusia. Manusia wajib menaati peraturan siklus tanah dengan cara menghargai tahun sabat sehingga tercipta keseimbangan alam. Sebagai contoh ada kebiasaan di kampung tertentu bahwa tanah diistirahatkan satu kali musim tanam.
Manusia wajib membangun relasi yang baik dengan Allah, sesama dan lingkungan artinya manusia tidak boleh egois dan serakah ekonomi. Pemanfaatan tanah bukan semata-mata terus-menerus mencari keuntungan pribadi melainkan harus berbagi dengan kaum miskin, ternak dan margasatwa. (bdk Mat 22:37-40)
Management waktu: Bekerja dan istirahat. Seperti manusia memiliki waktu untuk beristirahat, demikian tanah butuh waktu istirahat dan tidak dipaksakan untuk terus berproduksi, (Bdk Ef 5:16).
Tanah sebagai anugerah Allah yang harus disyukuri. Jika ada konflik atas kepemilikan tanah atau konflik pembagian hasil panen, maka hal itu harus diselesaikan dengan baik sebab manusia hanya meminjamnya untuk sementara dan ditugaskan sebagai pengurus yang wajib mengatur tanah dengan benar di hadapan Allah.
Memperingati Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober, jemaat diingatkan tentang tanah air Indonesia. Hal ini memberi inspirasi bagi orang Indonesia pada umumnya dan warga gereja pada khususnya untuk menjaga keutuhan ciptaan TUHAN termasuk tanah air Indonesia. (Bdk Mzm 65:9).
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa yang saudara pahami tentang “tanah, rahmat Allah bagi kehidupan” menurut Imamat 25:1-7
- Mengapa sabat bagi tanah dibutuhkan dalam memelihara keutuhan ciptaan Tuhan?
- Bagaimana peran gereja dan pemerintah dalam peman-faatan tanah yang benar?
NAS PEMBIMBING: Keluaran 20:11
POKOK – POKOK DOA:
Bersyukur untuk tanah yang dianugerahkan Tuhan bagi kesejahteraan manusia.
Tanah Indonesia yang semakin subur dan usaha pertanian semakin maksimal.
Sengketa tanah diantara warga gereja, kiranya Roh kudus mengingatkan bahwa pemilik tanah yang sesungguhnya adalah Tuhan.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK IV
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: KJ No. 19. Tuhanku Yesus Raja Alam Raya
Pembukaan: KJ No. 21. Hari Minggu Hari Yang Mulia
Pengakuan Dosa: PKJ No. 265. Bukan Kar’na Upahmu
Berita Pengampunan: NKB.3 No.4 Setia-Mu, Tuhanku
Ses Pemb Alkitab: KJ No. 52 Sabda Tuhan Allah
Persembahan:KJ.No.337 Betapa Kita Tidak Bersyukur
Penutup: KJ No. 335. Manusia Yang Meluku
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.