TEMA: “Sambutlah Yesus Dengan Hati Yang Bersukacita”
BACAAN ALKITAB: Lukas 2:8-20
Saudara-saudara dalam Tuhan,
Umat Kristen kembali merayakan Natal Tahun 2021 untuk kedua kali di tengah Pandemi C-19. Sekalipun Pandemi ini membuat banyak orang berduka kehilangan anggota keluarga, terluka terpapar sakit, terjepit kehilangan pekerjaan, atau terpuruk kehidupan usahanya, namun seperti syair dalam bait awal lagu DI SAAT ENGKAU SUSAH : “di saat engkau susah, Yesus hibur selalu, di saat engkau lemah Dia kuatkan, Yesus mau menolongmu dalam kesusahanmu, Yesus kan selalu setia sampai selama-lamanya”.
Tema Ibadat Natal ini adalah “Sambut Yesus Dengan Hati Yang Bersukacita”. Sebagaimana janji dalam syair lagu di atas, maka tema kita adalah ajakan untuk menyambut Yesus bukan dengan sedih, duka, pesimis, takut, atau dengan setengah hati bahkan bersungut-sungut. Tetapi mari menyambut Yesus dengan hati bersukacita, bergembira, penuh harapan akan janji-janji TUHAN. Mengapa para pengikut Yesus terpanggil untuk bersikap demikian?
Karena pembacaan Alkitab saat ini dari Lukas 2 : 8-20 adalah ajakan untuk menghayati kisah bagaimana penyambutan para gembala pada berita Natal sebagaimana yang disampaikan oleh penginjil Lukas. Penyambutan pertama ini bukan terjadi di istana oleh para pangeran dan bangsawan, bukan juga terjadi di Bait Allah oleh para imam, tetapi terjadi di padang Efrata kepada para gembala. Keadaan para gembala sangat memprihatinkan, bahkan dalam suasana: gelap tak ada lampu terang, dingin tak ada pemanas apalagi daerah padang Efrata, di saat malam angin berhembus kencang sehingga dinginnya menusuk tulang, berjaga-jaga dalam keadaan waspada, karena sewaktu-waktu pencuri dan perampok datang menyerang. Keadaan-keadaan ini adalah gambaran suasana yang “mencekam” dan “menakutkan”, seperti kita dalam menyambut Natal tahun kemarin 2020 dan tahun ini 2021 masih menghadapi pandemi C-19 di mana kita seolah-olah berada di lorong yang gelap dan panjang di mana titik jalan ke luarnya belum kelihatan dengan pasti.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.
Lukas, yang adalah seorang Penginjil dan Tabib menyampaikan kisah penyambutan para gembala akan berita Natal di padang Efrata sebagai kisah pemulihan oleh kuasa Allah melalui pemberitaan kelahiran Yesus Kristus di Betlehem. Bagaimana gembala-gembala yang hidup dalam keadaan “gelap”, “dingin”, “tegang” dan “waspada” dipulihkan dan diubahkan menjadi “bergembira”, “bersukacita”, penuh suasana “kehangatan” dan “pengharapan”? Itu terjadi ketika mereka mendengar perkataan malaikat: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud” (Lukas 2 : 10-11).
Berita Natal adalah berita Injil itu sendiri, Allah bekerja di dalam pemberitaan ini sehingga orang yang mendengarkannya dipulihkan dan diubahkan-Nya. Ketakutan berubah menjadi keberanian, pesimis menjadi optimis, putus asa menjadi berpengharapan, kesusahan berubah menjadi sukacita.
Bahkan perubahan kepada para gembala ketika mendengar berita Natal, itu nampak diwujudkan dalam 3 tindakan Iman:
Pertama: Bergerak untuk melakukan perintah Tuhan (ayat 15 ). Setelah malaikat-malaikat pembawa berita itu pergi, para gembala tersadar bahwa mereka terpanggil untuk bergerak, dan bertindak menjawab berita Natal itu. “Gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain “Mari kita pergi ke Betlehem”. Ajakan ini adalah gerakan untuk ke luar dari zona yang terpuruk, ajakan untuk bangkit dari tidur di kasur masalah, ajakan untuk menyongsong masa depan bukan dengan kekuatan sendiri tapi dengan kekuatan Allah.
Kedua : Menjadi saksi Tuhan, sebagai tindakan Iman yang kedua oleh para gembala yang dipulihkan dan diubahkan. Lukas 2:17 “Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu”. Para gembala menjadi “saksi” tentang berita Natal yang mereka dengar. Sebelumnya mereka hidup dalam “kekurangan percaya” atas diri mereka untuk menyampaikan pesan-pesan ajaib dan heran dari Tuhan. Tetapi perjumpaan dengan Tuhan melalui berita Natal, telah mengubahkan mereka dari sikap “diam”, “bisu”, “dingin”, dan “masa bodoh” menjadi orang yang bersaksi dengan penuh semangat, menceriterakan kabar injil dengan penuh sukacita, kerelaan untuk bersaksi dengan ketulusan hati. Kata “saksi” dari perkataan Yunani “martyr”, yaitu orang yang mau menyampaikan injil sukacita dan hidup dalam sukacita injil.
Ketiga: “Berita yang mengherankan” (ayat 18). Isi berita yang disampaikan para gembala mendatangkan rasa “heran”. Ini dari kata Yunani “thaumazo” yang berarti “mengherankan banyak orang, mendatangkan rasa takjub kepada yang mendengarnya, atau berita yang mengagumkan. Biasanya perkataan-perkataan seperti ini disampaikan oleh orang-orang berpengaruh, tokoh masyarakat, atau tokoh agama. Namun para gembala mampu menyampaikan berita ini, karena Allah telah mengubahkan mereka dari orang-orang biasa yang perkataan-perkataannya tidak berpengaruh dan cara memiliki berbicara yang tidak menarik, menjadi saksi-saksi yang perkataannya penuh kuasa. Maria, Bunda Yesus juga terpengaruh dengan perkataan para gembala-gembala itu, namun Maria cuma menyimpan semuanya itu di dalam hatinya, tapi ia merenungkan semuanya itu dan menerimanya sebagai kebenaran dari Allah.
Saudara-saudara dalam Tuhan Yesus Kristus,
Kisah tentang para gembala yang diubahkan ini mengingatkan kita bagaimana Allah mengubahkan Musa di padang Midian, dari seorang yang merasa gagal, ditolak, dan dikejar-kejar Firaun sehingga merasa “berat lidah” untuk berbicara tentang Allah kepada orang Israel dan kepada Firaun. Akhirnya diubahkan Tuhan menjadi “saksi” dan “penyambung lidah” Allah. JIkalau Musa diubahkan melalui penampakan Allah di dalam api belukar yang menyala-nyala, sehingga melalui peristiwa itu Musa digerakan untuk menghadap Firaun dan memimpin orang Israel ke luar dari tanah Mesis. Demikian juga para gembala di padang Efrata diubahkan Tuhan melalui berita Natal. Peristiwa yang dirancang oleh Allah sendiri, untuk memakai para gembala sebagai pembawa berita dari Natal itu sendiri.
Bagaimanakah dengan kita yang mendengarkan berita Natal pada saat ini? Allah berkenan untuk membawa kita ke tempat ibadat ini untuk mendengar berita kesukaan dari-Nya. Ini bukan kebetulan, semuanya sudah dirancang Allah. Saat hampir 2 tahun kita diserang dan dipukul dengan pandemi Covid-19, ada banyak warga jemaat yang merasa terpuruk dan menderita seakan berada dititik nadir.
Tapi berita Natal hari ini TUHAN hendak mengubahkan kita, dan kita dipanggil untuk membuka hati kita diubahkan oleh kuasa Allah melalui berita sukacita. Sekali lagi berita itu berkata kepada kita: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud” (Lukas 2 :10-11). Mari kita yang terpuruk sehingga bersikap “diam”, “bisu”, “dingin”, dan “masa bodoh”, berubah menjadi “bergembira”, “bersukacita”, penuh suasana “kehangatan” dan “pengharapan”. Sebagaimana pesan dari tema kita dalam ibadat ini: Sambutlah Yesus Dengan Hati Yang Bersukacita. Bahkan kita dipanggil untuk melanjutkan dengan berbagai tindakan iman, seperti yang dicontohkan para gembala. Tentu keluarga kita akan menyambutnya, suami atau istri, anak-anak atau orang tua akan turut bersukacita merayakan Natal yang kudus ini. Amin