Jemaat yang dikasihi dan diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus
Selamat bertemu kembali di ibadah Natal hari ke dua. Apa khabar? Puji Tuhan suasana perayaan Natal Yesus Kristus membawa rasa senang dan Bahagia bagi kita semua. Natal Yesus Kristus adalah peristiwa suci sebab Tuhan Allah sendiri datang ke dalam dunia milik-Nya menjadi manusia melalui kelahiran AnakNya Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat manusia dari belenggu dosa. Kedatangan-Nya merupakan penggenapan nubuat para nabi jauh sebelum Yesus Kristus lahir di dunia ini. Seperti ada tertulis dalam kitab Nabi Yesaya “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, Ia akan mempersiapkkan jalan bagi-Mu.” (Mark.1: 2).
Sebelum kelahiran Yesus Kristus, Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu “(Mark. 1: 4b) Yohanes Pembaptis menunjuk pada tokoh yang akan datang, sesudah aku yaitu Dia yang berkuasa dan membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus. (Mark. 1: 7- 8). Yesus Kristus yang mau dibaptis oleh Yohanes Pembaptis bukan karena Ia berdosa tetapi Dia mau tunjukkan kepada dunia bahwa Ia taat pada aturan hukum Taurat termasuk memberi diri dibaptis.
Kata Baptisan diambil dari Bahasa Yunani “Baptizo” mempunyai beberapa pengertian seperti: menyelamkan, membenamkan, mencelupkan, membasuh, membersihkan dengan air atau penyucian. Baptisan sebagai tanda pembasuhan atau penyucian dari dosa. Baptisan juga sebagai simbol seseorang dipersekutukan dan diperdamaikan dengan Yesus Kristus yang mati, bangkit dan naik ke sorga. Karena itu tema khotbah adalah Baptisan Tanda dan Meterai Pendamaian. Fungsi meterai memberikan kekuatan hukum pada suatu dokumen penting seperti surat perjanjian, kontrak, pernyataan dan sebagainya.
Dalam pengajaran Baptisan dirumuskan Baptisan adalah tanda perjanjian antara Allah dengan orang-orang yang dipanggilNya (Kis. 2:39) Baptisan pengganti sunat sebagai tanda perjanjian (Kol.2: 11-12). Tanda perjanjian damai melalui Yesus Kristus yang mempersembahkan korban tubuh-Nya mati tetapi bangkit mengalahkan kuasa maut. Kematian Yesus Kristus menebus dosa manusia dan mengalahkan kuasa dosa, yaitu maut. Karena itu Rasul Paulus berkata “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh Baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”. (Rom. 6: 4)
Penginjil Markus dalam pasal 1: 9-11 menceritakan Yesus Kristus datang dari Nazaret di tanah Galilea dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Kata Nazaret menunjuk dusun kecil dimana Yesus Kristus dibesarkan oleh orang tuanya Yusuf dan Maria. Pertanyaan bagi kita, mengapa Yesus Kristus mau dibaptis padahal Ia tidak berdosa? Yesus Kristus sendiri menjawab bahwa “demikian sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” (Mat. 3:15) Kata kita menunjuk pada kedaulatan Yesus Kristus yang mengambil alih dosa manusia.
Yesus Kristus memberi diri dibaptis oleh Yohanes merupakan tanda Ia datang merendahkan diri layaknya orang berdosa sekalipun Ia sendiri tidak berdosa. Dikandung maksud orang-orang berdosa harus menjalani pembasuhan melalui peristiwa kematian, dikuburkan atau dibenamkan dan dibangkitkan bersama Yesus Kristus untuk menerima kehidupan baru atau lahir baru. Pemberian diri Yesus Kristus dibaptis untuk menyatakan Ia memenuhi segala syarat hukum Taurat yang mustahil dipenuhi oleh orang berdosa. Karena itu Yesus Kristus mengambil posisi seperti orang berdosa dan digantikan dengan kebenaran yang Ia miliki supaya manusia ditebus dari dosadosanya. (2 Kor. 5: 21). Karena itu diutus Putera-Nya untuk mencari dan menyelamatkan mereka yang hilang (Luk. 19:10)
Jemaat yang dikasihi dan diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus.
Pada saat Ia “keluar dari air “Alkitab tidak menjelaskan atau tidak ada ayat rujukan yang mengatakan cara Yesus Kristus dibaptis. Apakah di tenggelamkan, diselam, dipercik, dituangkan air atau cara seperti apa. Tetapi yang sangat jelas dikatakan oleh Yohanes ia baptis dengan air (Mark.1: 8a). Artinya cara bukan yang utama. Karena itu tidaklah bijak jika ada pembenaran “cara” oleh gereja tertentu sementara Alkitab tidak menjelaskan cara Yesus Kristus dibaptis. Karena itu hal terpenting tentang Baptisan bukan cara tetapi dilakukan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kepala penjara di Filipi menjadi percaya ketika terjadi gempa bumi di penjara pada waktu “tengah malam” dan pintupintu terbuka. Ia dan seisi keluarganya percaya dan memberi diri untuk dibaptis pada jam itu juga oleh Paulus dan Silas. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Baptisan bukan di sungai atau diselam (Kis.16: 33). Pada hari Pentakosta tiga ribu orang di Yerusalem menjadi percaya dan hari itu juga memberi diri dibaptis (Kis. 2: 38-41). Dapat dipastikan Baptisan bukan dilakukan di sungai atau di kolam.
lIa melihat langit terkoyak atau terbuka merupakan tanda penyertaan Bapa melalui Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Burung Merpati merupakan simbol cinta, kasih, setia dan damai. Peristiwa ini memberi tanda berupa “pengukuhan” pelayanan Yesus Kristus yang akan mengerjakan misi penyelamatan dengan mengorbankan diri-Nya di kayu salib, mati, dikuburkan, bangkit dan naik ke surga sebagai wujud cinta, kasih, setia untuk pendamaian. Tanda penyertaan Bapa juga dinyatakan dengan terdengarnya suara dari sorga “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” (ayat 11). Ungkapan ini mempertegas bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang diutus Bapa untuk mendamaikan manusia yang telah berkhianat sehingga jatuh ke dalam dosa. Dengan demikian manusia memperoleh kembali status ciptaan mulia yang diciptakan menurut gambar Allah (Kej. 1: 26).
Jemaat yang dikasihi dan diberkati oleh Yesus Kristus.
Di banyak tempat wilayah pelayanan GMIM ibadah Natal hari ke dua melaksanakan pelayanan Sakramen Baptisan. Selaku gereja Reformasi GMIM tidak melakukan baptisan ulang karena mengakui baptisan yang dilakukan oleh denominasi gereja apapun entah selam, percik atau curah yang penting dilakukan dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kiranya Sakramen Baptisan Kudus tidak sekedar seremoni semata, tetapi menjadi peringatan penting untuk terus berintrospeksi diri baik selaku orang tua, orang tua baptisan maupun jemaat yang menyaksikan peristiwa suci ini. Baptisan merupakan tanda dan meterai pendamaian antara Tuhan Allah dengan kita orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Tugas kita tidak hanya sampai pada pelaksanaan baptisan. Tetapi ditindaklanjuti dengan mengajarkan bagaimana mencintai Yesus Kristus dan sesama melalui contoh dan teladan orang tua, orang tua baptis serta jemaat. Keteladanan adalah untuk memperlengkapi warga gereja yang tangguh dan mampu menghadapi tantangan zaman seperti sekularisme atau penduniawian, atheisme atau tidak bertuhan.
Tantangan gereja diera teknologi digital, di satu sisi memberi peluang dan kemudahan untuk memperoleh informasi dan berinovasi untuk mengembangkan segala talenta dan karunia Tuhan, tetapi di lain sisi jika tidak memiliki kemampuan menggunakan teknologi akan ketinggalan. Apa lagi menyalagunakan teknologi akan terjebak pada praktik-praktik kejahatan yang akan memakan banyak korban baik sebagai pelaku maupun korban. Secara faktual kejahatan dilaporkan oleh media setiap hari terjadi di mana-mana, kesulitan pangan melanda dunia, stuntting atau gagal tumbuh karena kurang gisi, permusuhan dan perang seperti Rusia dan Ukraina, Israel dan Hamas yang mengancam perdamaian dunia. Ancaman terorisme, radikalisme, intoleransi, perkelahian antar remaja, pelajar, penggunaan obat terlarang makin meningkat.
Karena itu marilah melalui perenungan firman di bawah terang tema Baptisan Tanda dan Meterai Pendamaian mengingatkan kita bahwa Yesus Kristus melalui baptisan yang telah kita terima adalah tanda dan meterai telah didamaikan dengan Tuhan Allah. Untuk itu marilah kita jadikan damai Yesus Kristus untuk berdamai dengan: diri sendiri, suami dan isteri, orang tua dan anak, kakak beradik, teman, tetangga, sesama pelayan, pemimpin dan yang dipimpin. Memaafkan dan melupakan kesalahan serta kepahitan hidup dengan memberi pengampunan. Karena Damai Yesus Kristus telah menebus, mengampuni dan melupakan segala dosa-dosa kita. Amin