TEMA :“Be The Star” (Jadilah Bintang)
BACAAN ALKITAB: Kejadian 37:1-11
Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus,
Petinju terkenal James “Lights Out” Toney terkenal karena keagresifannya dalam ring. Ia berkelahi seperti seorang yang kerasukan. Ia mempunyai tinju yang kuat, dan selama bertahun-tahun, ia adalah sang bintang, juara kelas menengah dunia. Suatu hari setelah salah satu kemenangannya, seorang reporter bertanya kepadanya, “James, apa yang membuatmu begitu hebat? Mengapa engkau berkelahi dengan agresif dan semangat yang sebegitu luar biasa dalam ring?”
Toney mengatakan: “Apakah engkau benar-benar ingin mengetahui mengapa aku berkelahi dengan kemarahan dan agresif seperti itu?” Tanya si petinju. “Itu karena ayahku menelantarkanku saat aku masih kecil. Ia meninggalkanku dan saudara-saudariku, tanpa ayah, untuk dibesarkan ibuku sendirian saja. Dan sekarang saat aku masuk ke dalam ring aku membayangkan wajah ayahku pada wajah lawanku. Dan aku mempunyai kebencian begitu besar, kemarahan begitu besar ke arahnya, aku meledak saja.” Toney didorong oleh kebencian. Ia telah mengizinkan akar kepahitan mencengkeramnya begitu erat, dan akar itu sedang meracuni dan merusak kehidupannya.
Tidak ada orang yang sangat membenci seperti sesama saudara keakraban keluarga menjadi pedih ibarat membubuhkan garam di atas luka hubungan persaudaraan. Kitab Kejadian memaparkan kepada kita sejumlah persaingan persaudaraan: Kain dan Habel, Ishak dan Ismail, saudara tirinya, Yakub dan Esau. Di dalam kisah terakhir ini, kisah tentang Yusuf, sepuluh saudara bersatu melawan satu orang.
Yusuf digariskan untuk hal-hal besar, menjadi bintang dalam keluarga Israel. Ia lahir dalam sebuah keluarga dengan sebelas saudara laki-laki lainnya. Ketika Yusuf remaja berusia 17 tahun, ia sudah terbiasa bekerja sebagai gembala dan melaporkan kepada ayahnya, Yakub, tentang kejahatan saudara-saudaranya. Keberanian Yusuf menceritakan kejahatan kakak-kakaknya mengartikan bahwa ia hidup dalam kebaikan di masa mudanya. Ia tidak terpengaruh oleh kejahatan di sekitarnya melainkan menjaga nama baik keluarga dengan cara bekerja yang baik dan benar.
Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus,
Apa yang dilakukan Yusuf kemudian dalam Kejadian 37:3, kita membaca tentang Yakub yang memberi jubah maha indah kepada anaknya, Yusuf. Hal ini menunjukkan kepada anak-anak yang lain bahwa Yusuf istimewa, dia ‘bintang’ keluarga. Tanpa perlu sepatah kata pun, pemberian jubah indah itu jelas menyatakan: “Yusuf adalah anak kesayangan Yakub.” Sikap pilih kasih Yakub, bisa menimbulkan ketimpangan dalam keluarga. Tidak heran pola ini menjadi dasar yang tidak sehat bagi saudara- saudara Yusuf untuk membenci adik mereka.
Belajar dari saudara-saudara Yusuf, kita tidak boleh membiarkan kebencian ada dalam diri kita karena kebencian ini akan terus berkembang sehingga akhirnya menguasai kita. Kalau sudah menguasai kita, maka kita tidak segan-segan lagi mencelakakan orang lain sekalipun itu saudara kita.
Sebagai anak remaja kesayangan ayahnya, dengan dibuatkan jubah yang maha indah, tampaknya Yusuf kurang peka dalam mempertimbangkan potensi kecemburuan saudara-saudaranya. Satu hari, ia memamerkan statusnya dengan mengaitkan dua mimpi mengenai keluarganya, saudara-saudaranya, ayah dan ibunya, akan datang dan membungkuk di hadapannya. Setidaknya, ia sudah mengasingkan saudara-saudaranya terlampau jauh dengan mimpi-mimpinya.
Baik saudara-saudaranya, maupun ayahnya, Yakub yang menelan begitu saja penuturan mimpi-mimpi tidak pernah menyangka bahwa kelak mereka akan melihat mimpi Yusuf menjadi kenyataan. Namun, Allah memiliki rencana-rencana lain. Mimpi-mimpi Yusuf yang aneh, yang membawa banyak masalah ke dalam keluarganya, akan terbukti menjadi keselamatannya di negeri Mesir yang jauh.
Yusuf tidak pernah berhenti memperbaiki diri dan mulai melihat tangan Allah di dalam tragedi-tragedi kehidupannya. Misalnya, ia kemudian di jual menjadi budak, dan akhirnya mendatangkan kebaikan. Peristiwa itu membawanya “menjadi bintang” pada karier sebagai orang yang sangat berkuasa, dan dengan segera ia memperoleh peluang untuk menyelamatkan keluarganya dari bahaya kelaparan.
Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus,
Di hari Persatuan Remaja GMIM 2022 ini kita kembali berulang merayakannya dan terus bersyukur bahwa hidup kita sungguh berharga. Buktinya Allah sendiri menghargai hidup kita. Ia menolong kita menapaki perjalanan hidup ini. Walaupun di perayaan kali ini kita tidak mendapatkan ‘jubah yang maha indah’ seperti Yusuf, tapi kita selalu bersukacita boleh merayakannya untuk pertama kali bersama para kakak pembina remaja yang baru 28 hari terpanggil melayani bagi Kristus untuk remaja GMIM. Jadilah kakak pembina dan remaja yang boleh terus bekerja, terus belajar dengan baik dan benar.
Jadilah seperti Yusuf yang walaupun selalu dibawah bayang-bayang saudara-saudaranya, boleh berubah menjadi bintang yang terang benderang bagi keluarganya. Namun, alangkah jauh lebih penting bagi kita mengenal Bintang yang sesungguhnya, sumber terang sejati yang sebenarnya. Dialah, Tuhan Yesus, bintang yang dinubuatkan oleh Bileam ketika ia bertutur, “… aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat: bintang terbit dari Yakub …” (Bilangan 24:17). Tuhan Yesus adalah pembawa hari keselamatan atau pembawa tanda kedatangan zaman yang baru, yaitu zaman keselamatan. Tuhan Yesus sebagai pedoman arah, supaya kita mengetahui arah yang benar, yaitu apa yang harus kita pikirkan dan kita perbuat pada setiap hari.
Bintang terang-Nya yang menuntun para Majusi untuk berjalan dalam kehendak-Nya dan juga memimpin kita para kakak pembina dan remaja untuk keluar dari rasa benci dan pamer status, dari kekelaman dosa. Dengan melangkah dalam terang-Nya, kita menapaki jalan menuju hidup yang memuliakan Kristus. Dialah, anugerah paling cemerlang yang pernah diberikan bagi dunia. Melangkahkan di jalan yang diterangi-Nya dan jadilah bintang! Menjadi terang sebisanya dan cahaya seadanya untuk terus melayani Tuhan.
Amin.