Jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Hari ini warga jemaat GMIM bersyukur merayakan 89 Tahun GMIM bersinode. Tahun 1934 secara kelembagaan GMIM menyatakan sebagai gereja mandiri, pisah dari Indishe Kerk (Gereja Protestan Indonesia). Tekad ini dilandasi pada keyakinan bahwa Yesus Kristus selaku kepala gereja melalui Roh Kudus akan memampukan orang-orang di tanah Minahasa yang telah menerima Injil untuk menata pelayanan dalam kelembagaan GMIM. Di awal bersinode GMIM berhadapan dengan bergagai tantangan karena masih dalam kendali pemerintahan Hindia Belanda tetapi juga masih dipengaruhi oleh kepercayaan agama suku.
Melewati tahun-tahun yang sulit tidak menyurutkan semangat GMIM untuk bertumbuh. Tuhan yang empunya gereja ini telah mempercayakan hamba-hamba-Nya yang ada di tanah Minahasa untuk memimpin dan melayani. GMIM sebagai gereja yang besar terus menghadapi tantangan zaman di era revolusi teknologi digital yang sangat mempengaruhi nilainilai kehidupan. Di satu sisi membawa dampak positif namun di lain sisi mendatangkan pengaruh negatif sehingga menyeret warga gereja untuk tidak taat pada Firman Tuhan dan tidak menjaga kekudusan hidup. Karena itu tema ibadah ini adalah “Panggilan Hidup Taat dan Kudus”.
Jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus, Pembacaan Alkitab I Petrus 1: 14 — 16, rasul Petrus mengirim surat kepada orang Kristen yang hidup terpencarpencar atau hidup berdiaspora di propinsi Asia Kecil yang sedang mengalami penganiayaan oleh pemerintahan Romawi tetapi juga mereka hidup di tengah-tengah pengaruh kekafiran bangsa lain. Menghadapi tantangan ini rasul Petrus mengajak supaya mereka taat kepada Firman Tuhan dan menjaga kekudusan hidup. Ajakan hidup sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu (ayat 14). Artinya hidup taat kepada Kristus, jangan mengikuti selera nafsu keinginan sendiri untuk memuaskan hasrat duniawi.
Dalam ayat 15 rasul Petrus mengajak supaya jemaat menjadi kudus di dalam seluruh hidup mereka, mencakup pikiran, perasaan, hati, ucapan dan perbuatan. Kata “kudus” menurut KBBI diterjemahkaan dengan murni “. Bahasa Yunani “hagios” artinya suci. Seperti Yesus Kristus yang kudus telah memanggil kamu dari hidup yang sia-sia sebagai warisan dari nenek moyang mereka yang tidak setia. Tebusan Yesus Kristus bukan dengan perak atau emas tetapi dengan darah-Nya. Panggilan taat dan hidup kudus bukan berarti terpisah dan tidak mau bergaul dengan orang lain. Hidup kudus bukan memisahkan dan mengasingkan diri tetapi justru masuk ke dalam hidup setiap hari untuk memuridkan sesama untuk hidup kudus seperti yang diteladankan oleh Yesus Kristus. Tuhan Allah yang Kudus datang kepada manusia melalui Yesus Kristus untuk menguduskan manusia dan memanggil supaya bertabiat kudus atau menjadikan hidup kudus itu sebagai gaya hidup setiap hari.
Jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Seperti Rasul Petrus menasihati jemaat mula-mula bahwa mereka dipanggil untuk hidup taat dan kudus di dalam Yesus Kristus. Ajakan yang sama ditujukan kepada kita sebagai warga GMIM yang atas perkenan-Nya menjadi gereja lokal terbesar di tanah Minahasa tetapi juga gereja yang mengglobal (mendunia) untuk menjadi garam dan terang dunia. Warga GMIM dipanggil untuk taat dan hidup kudus sehingga apapun tantangan yang menghadang tidak akan menyerah apalagi meninggalkan gereja. Memang tak dapat disangkal masih ada warga gereja yang tergolong belum dewasa walaupun dari segi usia bersinode telah membilang 89 tahun.
Tantangan GMIM ke depan makin sulit. Memang pertumbuhan jemaat hampir setiap minggu ada peresmian jemaat baru baik itu melalui pemekaran jemaat maupun karena adanya pemukiman baru. Dari evaluasi pelayanan di beberapa jemaat, warga gereja kita dalam beribadah setiap minggu di Gedung gereja masih sekitar 35 persen dari jumlah anggota jemaat. Masih ada 65 persen yang belum beribadah sebagai kebutuhan spiritual untuk membentengi hidup beriman dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Hal ini dapat menjadi pintu masuk bagi kuasa duniawi untuk mempengaruhl warga gereja sehingga tidak taat pada Firman Tuhan dan hidup kudus.
Minat memberi diri untuk menjadi pelayan khusus Diaken dan Penatua dari periode ke periode makin besar. Begitu juga minat warga GMIM untuk menjadi Pendeta makin besar hal ini terdata di Fakultas Teologia UKIT tiap tahun melamar 500 sampai 600 orang. Tentu ini merupakan hal yang sangat menggembirakan namun tantangan ke depan gereja harus mempersiapkan anggaran sebagai tanggung jawab untuk membiayai pelayanan sebagai akibat bertambah jumlah pekerja gereja khususnya Pendeta.
Tantangan ke depan di samping dampak pandemi COVID19 belum benar-benar aman yang telah membawa dampak besar bagi pertumbuhan ekonomi sementara harga bahan bakarminyak (BBM) terus merangkak naik sedangkan hasil- hasil produk petani nelayan stagnan. Pembiayaan kebutuhan hidup keluarga makin besar akan sangat mempengaruhi psikologi jemaat dan masyarakat dalam kehidupan bergereja. Karena itu kita sebagai warga gereja lebih khusus warga GMIM dipanggil untuk taat kepada Firman dan hidup kudus. Artinya wujud taat dan hidup kudus itu untuk melakukan tugas sesuai dengan talenta yang diberikan Tuhan.
Mempergunakan waktu, aset bergerak maupun yang tidak bergerak serta memberdayakan karunia yang ada untuk bekerja keras, menjadi contoh dan teladan bagi anak cucu sebagai gereja masa depan yang tangguh untuk menghadapi tantangan yang lebih berat lagi. Kiranya perayaan 89 tahun GMIM bersinode menjadi momentum bagi kita untuk introspeksi diri bahwa kita dipanggil taat pada firman Tuhan dan hidup kudus untuk menjadi berkat tidak hanya untuk GMIM tetapi untuk semua yang ada di tengah-tengah pelayanan GMIM. Amin.