TEMA BULANAN : “Menerima dan Memberlakukan Keadilan Allah”
TEMA MINGGUAN : “Kesadaran Mengucap Syukur dan Memuliakan Allah”
Bacaan Alkitab: Lukas 17:11-19
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Bersyukur asal kata “Syukur” (Arab: syakaran) yang berarti berterima kasih. Istilah ini berkaitan dengan sikap yang penuh kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas segala berkat Tuhan. Tindakan ini diekspresikan baik dengan perkataan, maupun yang dilaksanakan dengan perbuatan atas kebaikan-Nya. Dapat disimpulkan bahwa syukur menurut istilah adalah bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dengan perasaan lega, senang, dalam kata dan perbuatan.
Tindakan bersyukur adalah sikap hidup orang beriman, bahkan menjadi bagian identitas orang Kristen. Orang beriman memahami bahwa segala sesuatu boleh ada dan terjadi karena perkenanan Tuhan. Mengaplikasikan kebaikan Tuhan dalam kehidupan yang bersyukur adalah suatu kewajiban. Namun realitanya sengaja ataupun tidak disengaja sering ada orang percaya mengabaikan dan lupa, seperti kata peribahasa “lupa kacang akan kulitnya”. Dengan kata lain orang yang sulit bersyukur/berterima kasih, berarti juga tidak menampakan kehi-dupan yang memuliakan Tuhan, padahal tindakan bersyukur merupakan tanda mengasihi Tuhan karena Ia lebih dulu mengasihi kita. Jika kita mengira bahwa segala sesuatu boleh ada dan dimiliki karena kuat dan hebatnya kita, padahal Tuhan-lah sumber segala berkat, yang berkeadilan dan yang meng-ijinkan kehidupan itu ada dan terjadi. Dengan alasan ini maka tema minggu ini adalah : “Kesadaran Mengucap Syukur dan Memuliakan Allah”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Lukas selain sistimatis juga gaya penulisan dan kosa katanya secara umum menunjukkan bahwa penulisnya terpelajar. Kitab Lukas menekankan hubungan Yesus dengan orang-orang yang tersingkirkan karena aturan Taurat dan kekuasaan mengenai: najis, lemah dan tak berdaya. Mereka juga yang termarjinalkan oleh aturan keagamaan dan kekuasaan sebagai masyarakat kecil atau kaum yang terpinggirkan. Lukas adalah seorang tabib (Kolose 4:14), seorang Yunani, dan seorang Kristen bukan Yahudi. Dia salah satu penulis bukan Yahudi dalam Perjanjian Baru. Lukas adalah sahabat dekat dan rekan Paulus, ia juga menulis Injil Lukas dan kitab Kisah Para Rasul. Penulisan Injil Lukas kira-kira tahun 60 M.
Dalam teks perikop Lukas 17:11-19, Samaria pada zaman Kristus terletak di antara Galilea dan Yudea. Yesus pernah pertama kali melarang murid-murid mengunjungi Samaria (Matius.10:5), agama mereka bercampur dengan penyembahan berhala (Yohanes. 4:22), percaya kepada tahyul (Kisah Para Rasul.8:9-11), di lain pihak Samaria penduduknya tipe orang lebih murah hati dari pada orang Yahudi (Lukas.10:33-36, 17:16-18). Orang Yahudi dilarang bergaul dengan orang Samaria (Yohanes. 8:48). Sekalipun kesaksian Kisah Para Rasul 9:31 justru di Samaria terdapat banyak gereja Kristen.
Penyakit kusta adalah penyakit menular, maka orang sakit kusta diharuskan untuk menjauhi orang lain dan memberitahu kehadiran mereka jika mereka harus mendekat. Terkadang penyakit kusta bisa hilang. Jika seorang berpenyakit kusta menganggap kustanya sudah sembuh ia harus datang kepada seorang imam, yang dapat menyatakan bahwa ia sudah sembuh (Imamat 14).
Yesus melewati tempat isolasi ke sepuluh orang kusta, mereka tinggal berdiri agak jauh (ayat 12) agaknya mereka sudah banyak kali mendengar tentang mujizat yang dikerjakan Yesus, dan sudah mengenal siapa Yesus. Teriakan mereka dari kejauhan, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” ayat 13, berteriak bahasa Yunani “airo”: berseruhlah, kasihanilah kami. (“Eleeo” bah. Yunani: berbelas kasih), teriakan yang sangat mengharukan yang didasari pada percaya Yesus dapat menyembuhkan mereka bahwa Yesus pasti berbelas kasihan. Perkataan Yesus “pergilah” (Yunani : Poreuomai) yang dapat diartikan berjalan; mengurus kehidupan. Ungkapan “perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam” (ayat 14b). Perkataan Yesus ini hendak menyata-kan bahwa kesembuhan sementara berproses.
Di dalam Perjanjian Lama orang yang menderita penyakit kusta (Yunani: Lepra), penyembuhannya harus ditentukan oleh Imam, demikian juga orang yang sudah ditentukan menderita kusta dan dinyatakan najis oleh Imam, harus di isolasi/ disendirikan dari tengah-tengah masyarakat (Im. 13:45-46). Di dalam Perjanjian Baru; di sini juga kelihatan adanya penetapan kesembuhannya oleh imam. Bila kesembuhan itu benar, seketika itu imam memberitakan ketetapan kebersihan kulitnya. Yesus hadir di tengah aturan Yahudi seperti itu, Yesus menyembuhkan banyak orang yang menderita sakit kusta dengan menumpangkan tanga-Nya, atau konteks pembacaan ini dari kejauhan (Luk. 17:11-19). Tak ada lagi orang lain selain Yesus yang mau bersentuhan dan menyapa dengan mereka, beban mental dan psikis yang sangat berat, yang kemudian fisik dan kerohanian dipulihkan. Inilah pemulihan yang holistik. Yesus menyuruh sepuluh orang kusta pergi kepada imam sebelum mereka disembuhkan dan mereka melakukannya! Mereka menanggapi dengan iman, dan Yesus menyembuhkan mereka dalam perjalanan.
Ayat 16, Yesus menyembuhkan sepuluh orang kusta, tapi hanya satu orang yang kembali untuk berterima kasih kepada-Nya. Hanya satu orang kusta yang berterima kasih yang mengetahui bahwa imannya berperan dalam kesembuhan. Orang ini bukan saja menderita, ia juga merupakan orang Samaria ras yang dipandang rendah oleh bangsa Yahudi sebagai suku campuran yang menyembah berhala. Sekali lagi Lukas menunjukkan bahwa kasih karunia Allah tidak bisa dibatasi, tapi diperuntukkan bagi orang yang berkenan kepada-Nya. Tindakan tersungkur, sujud, adalah bentuk penyem-bahannya kepada Tuhan, dan ia mengucap syukur. Mengucap syukur (Yunani: “eucharisteo”) diterjemahkan bersyukur, atau mempersembahkan doa syukur. Satu tindakan pengakuan tentang kuasa Tuhan yang sanggup menyembuhkan dia, pernyataan iman percayanya kepada Tuhan yang memberi kehidupan. Baginya adalah satu kewajiban berterima kasih dan yang bersyukur kepada Tuhan. Bersyukur merupakan juga tanda penyembahan yang memuliakan Tuhan dalam hidup, atau tanda mengasihi Tuhan yang berbuat kasih dalam hidup manusia. Orang yang melupakan kebaikan Tuhan adalah orang yang sombong dan tinggi hati. (Ul. 8:14).
Ayat 19 perkataan Yesus “berdirilah” dan “pergilah” kata kerja untuk segera melakukan sesuatu, (Yunani: “anistemi” yang berarti bangkit, berangkatlah). “Imanmu telah menyelamatkan engkau”; Yesus memuji orang Samaria, karena orang ini kembali kepada Yesus sambil memuliakan Tuhan; berlutut di depan kaki-Nya sambil bersyukur. Ia terbuka hatinya dan percaya bahwa Yesuslah sumber pemulihan dan keselamatan bagi manusia, dan ungkapan Yesus ini membenarkan imannya. Dalam hal ini Yesus memberi apresiasi terhadap kata dan tindakan seorang yang bersyukur dan berkatnya adalah mengalami pemulihan lahir-batin/jasmani dan kerohanian.
n Makna dan Implikasi Firman
Allah di dalam Yesus Kristus mengasihi umat-Nya. Tuhan peduli dan mengerti setiap keluhan, persoalan, pergumulan umat manusia yang mau mencari Tuhan serta yang berharap kepada-Nya. Pertolongan Tuhan selalu tepat waktu bagi yang berseru kepada-Nya. Tangan Tuhan tak kurang panjang untuk menyentuh kita dengan kuasa-Nya yang ajaib. Maka carilah Tuhan maka kita akan hidup.(Amos 5:6a)
Segala sesuatu boleh ada dan terjadi karena perkenanan Tuhan. Tuhan yang memberi hidup, yang menolong dan mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang mulia. Tuhan tahu kelemahan kita, jeritan bahkan harapan umat-Nya.
Tuhan menginginkan umat-Nya dapat meng-implementasi-kan kebaikan-Nya dalam kehidupan dengan tindakan yang bersyukur/berterima kasih dalam kata dan perbuatan sebagai persembahan hidup yang kudus dan yang berkenan kepada Tuhan, itu adalah ibadah yang sejati, bentuk penyembahan, sujud kita kepada Tuhan (Roma.12:1).
Orang yang tidak tahu bersyukur bukan orang beriman, karena kesadaran bersyukur adalah sikap hidup yang menonjol dari orang beriman. Rahasia mengucap syukur kepada Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus terjadi dalam kehidupan orang beriman. Bersyukur adalah juga cara orang beriman mengasihi Tuhan dan menyatakan tentang kasih dan kebaikan Tuhan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa yang kita pahami tentang tindakan yang bersyukur dan yang memuliakan Tuhan menurut perikop Lukas 17:11-19?
- Daftarkanlah tipe seperti sembilan orang kusta yang tidak tahu bersyukur di konteks gereja masa kini! Mengapa?
- Bagaimana bentuk-bentuk ucapan syukur yang sesuai dengan Firman Tuhan?
NAS PEMBIMBING: Ulangan 8:14-16
POKOK-POKOK DOA:
Umat percaya semakin tahu mengucap syukur dan beribadah, karena Tuhanlah sumber segala berkat, penolong ajaib sangatlah terbukti.
Gereja Tuhan semakin diberkati dan menjadi berkat kepada siapapun dia, bahkan disegala perbedaan suku, agama, ras, budaya, bangsa dan negara.
Kiranya Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus menyatakan mujizat-Nya bagi mereka yang dalam penderitaan, dan dalam perjuangan hidup.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK I.
NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Panggilan Beribadah: KJ.No. 1 Haleluya
Ses Nas Pemb: NNBT No. 13 Ya Allah Bapa Ya Yesus Tuhan
Pengakuan Dosa: NKB No.19 Dalam Lautan Yang Kelam.
Pemberitaan Anugerah Allah: KJ No. 40 Ajaib Benar Anugerah
Ses Pengakuan Iman: KJ No. 38 T’lah Kutemukan Dasar Kuat
Ses Hukum Tuhan: NKB No.34 Setia-Mu Tuhanku, Tiada Bertara.
Ses Pembacaan Alkitab: KJ No. 49 Firman Allah Jayalah
Persembahan:KJ No. 450 Hidup Kita Yang Benar
Nyanyian Penutup: NNBT No.20 Kami Bersyukur Pada-Mu Tuhan.
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.