TEMA BULANAN : “Meningkatkan Integritas, Kompetensi dan Soliditas Pelayanan”
TEMA MINGGUAN : Jabatan Pelayanan adalah Persembahan Ujukan Bagi Tuhan
BACAAN ALKITAB: Bilangan 8:5-22
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Gereja berhadapan dengan tantangan pelayanan yang semakin dinamis dan kompleks di era tatanan baru. Adapun upaya gereja menjawab kebutuhan pelayanan ini, adalah memperlengkapi pelayan khusus dan anggota jemaat secara konsisten dan kontinu. Dengan maksud supaya jemaat semakin bertumbuh dewasa ke arah Kristus, Kepala Gereja. Indikasinya jemaat semakin solid, mandiri dan bersinergi mewujudkan kehendak Tuhan untuk menjadi berkat bagi
dunia. Pekerjaan pelayanan merupakan panggilan Tuhan kepada setiap orang percaya. Acuan panggilan ini berdasarkan imamat am orang percaya. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus (Kel 19:6a). …., kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus dan umat kepunyaan Allah sendiri supaya kamu memberitakan perbuatan – perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1 Ptr 2:9). Orang percaya terpanggil untuk mendedikasikan dirinya di dalam jabatanpelayanan yang memuliakan nama Tuhan. Bukan untuk mengejar kepentingan pribadi, mencari popularitas, meningkatkan prestise apalagi mencari dukungan publik sebagai batu loncatan demi jabatan politis.Berkaitan dengan hal itu, maka tema minggu ini adalah jabatan pelayanan merupakan persembahan unjukan bagi Tuhan. Pemilihan tema ini untuk memberikan landasan teologis Alkitabiah agar jemaat memahami bahwa seorang pelayan merupakan suatu persembahan kepada Tuhan. Kitab Bilangan menyebutnya sebagai persembahan unjukan. Biasanya dalam peribadatan yang dipersembahkan uang atau materi lainnya. Namun dari perspektif ini, yang dipersembahkan adalah diri sendiri. Ia dan keluarga mempersembahkan seluruh potensi yang dimilikinya untuk melayani Tuhan.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Nama Bilangan berasal dari bahasa Yunani, Aritmoi dan Latin, Numeri. Sedangkan dalam bahasa Ibrani, nama ini diambil dari kata-kata pertama yang berarti “di gurun”. Kitab ini banyak memuat daftar kelompok, jumlah orang dan menceritakan perjalanan orang Israel di padang gurun menuju tanah yang dijanjikan Allah.Perikop Bilangan 8 : 5 – 22 menuturkan pentahbisan orang Lewi. Orang Lewi adalah salah satu suku dari kedua belas suku Israel keturunan Lewi, putra Yakub. Berbeda dengan suku-suku lainnya, mereka tidak diberikan milik pusaka, berupa tanah. Milik pusaka mereka ialah Tuhan, Allah Israel (Bnd Bil 18:20, Yos 13:33,). Olehnya, mereka dikhususkan menjadi suku para imam untuk melayani TuhanSebelum melayani di Kemah Suci, orang Lewi harus menjalani tahapan ritual pentahiran sebagai berikut : Pertama, orang Lewi diambil dari tengah-tengah Israel dan ditahirkan dengan percikan air penghapus dosa. Selaku pemimpin, Musa diberi tanggungjawab untuk memisahkan atau mengkhususkan orang Lewi dari antara orang Israel. Sedangkan proses pentahiran selanjutnya yaitu mencukur rambut dan mencuci pakaian dilakukan sendiri, di mana orang Lewi tidak hanya sebagai pihak penerima, tetapi juga terlibat aktif mentahirkan dirinya sendiri. Ritual pentahiran dari perspektif sistem keagamaan, pertanda pengudusan dan pendamaian. Inilah akses bagi orang Lewi untuk melaksanakan tugas di hadapan Tuhan. Tuhan itu kudus maka umat-Nya harus kudus dan kekudusan ini harus dijaga dan dihormati. Kedua, orang Lewi harus mempersiapkan dua ekor lembu jantan muda. Seekor lembu jantan muda diolah dengan korban sajian dari tepung terbaik dan minyak sedangkan seekor lainnya untuk korban penghapus dosa.
Indikasi dari persembahan ini menggambarkan bahwa kurban dan bahan yang dipersiapkan berkualitas, tidak bercacat dan bercela. Ketiga, orang Lewi disuruh mendekat ke depan Kemah Pertemuan dan segenap orang Israel dipanggil berkumpul. Pada saat itu orang Israel harus meletakkan tangannya atas orang Lewi. Perihal meletakkan tangan (Ibr, camak = menopang, mendukung) menunjukkan legitimasi orang Israel kepada orang Lewi untuk menggantikan anak sulung mereka sebagai persembahan kepada Tuhan. Inilah acuan prinsip penggantian dari ritual ini. Keempat, Harun harus mengunjukkan orang Lewi sebagai persembahan unjukan (Ibrani = tanuwphah, Inggris, wave offering). unjukan adalah persembahan yang dipersembahkan kepada Allah dan dikembalikan oleh-Nya kepada si imam. Orang Lewi dipersembahkan kepada Tuhan dan dikembalikan oleh-Nya untuk melakukan pekerjaan jabatannya (Ibr, abodah, ibadah, mengabdi, bekerja). Pekerjaan jabatan ini berorientasi pada pelayanan fungsional. Kelima, orang Lewi meletakkan tangannya atas kepala lembulembu jantan muda. Tindakan ini juga menggambarkan prinsip penggantian. Di mana orang Lewi mengidentifikasikan dirinya dengan apa yang dikurbankannya. Dosa dirinya dialihkan ke lembu yang tidak bersalah supaya pendamaian diadakan bagi mereka.Ayat 11,13,15,21 menekankan berulang kali mengenai orang Lewi sebagai persembahan unjukan. Itulah signifikansi persembahan diri orang Lewi di dalam pekerjaan jabatan untuk melayani Tuhan dan umat-Nya.Orang Lewi menjadi kepunyaan Tuhan, … “telah Kuambil mereka bagi-Ku” (ayat 14,16). Kata kepunyaan identik dengan milik. Mereka adalah milik Tuhan yang harus diserahkan sepenuhnya sebagai ganti semua yang terdahulu lahir dari kandungan, baik manusia ataupun hewan. Sebagai milik Tuhan, mereka diberikan (Ibr, Nathan=dikaruniakan, diserahkan) kepada Harun dan anak-anaknya untuk melakukan segala pekerjaan jabatan di Kemah Pertemuan serta mengadakan pendamaian bagi orang Israel supaya
jangan kena tulah. Ritual pentahbisan orang Lewi ini dilakukan tepat seperti yang diperintahkan Tuhan. Musa, Harun dan segenap umat Israel dengan kesungguhan menaatinya. Demikian juga dengan orang Lewi yang mengikuti seluruh tahapan ritual dengan baik. Setelah acara ini selesai, maka mulailah pekerjaan jabatan orang Lewi di Kemah Pertemuan di dalam pengawasan Harun dan anak-anaknya.Berdasarkan imamat am orang percaya, maka panggilan pelayanan dipercayakan Tuhan kepada seluruh jemaat (Bnd Kel 19:6, Ef 4:7, I Ptr 2:9). Terkait dengan pemberian diri maka hidup orang percaya harus menjadi persembahan unjukan bagi Tuhan. Dipersembahkan kepada Tuhan dan diberikan oleh-Nya untuk melakukan pekerjaan jabatan pelayanan. Seluruh aktivitasnya menjadi persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Itu adalah ibadah yang sejati (Bnd Rom. 12:1). Pekerjaan jabatan merupakan anugerah Tuhan. Jabatan ini adalah jabatan kudus yang berorientasi fungsional dan bukan organisatoris (struktural). Bagi GMIM, jabatan pelayanan sifatnya periodik (5 tahun) tetapi panggilan untuk melayani Tuhan berlangsung seumur hidup. Jika dipercayakan memangku jabatan struktural, maka ingatlah bahwa struktur itu ada untuk melayani jemaat dan bukan melayani demi memperoleh jabatan struktural. Sosok pelayan Tuhan adalah hamba Tuhan bukan hamba manusia (Bnd Gal 1:10). Bukan untuk menjadi tuan yang memerintah melainkan menjadi hamba yang melayani (Bnd Mat 20:20-28). Salah satu tolok ukur keberhasilan pelayanan adalah sejauh mana keterlibatan warga jemaat secara aktif bukannya one man show yang berpusat pada sosok pribadi pelayan seperti, pendeta sentris atau penatua sentris. Kekudusan orang percaya adalah kekhususan untuk melayani Tuhan. Idealnya, esensi jabatan pelayan harus dibangun dari komitmen yang luhur. Tulus bukan bulus, suci bukan ruci. Motivasi yang tidak tulus dan melayani sebagai tugas sambilan belaka, hanya akan mencemari kemuliaan Tuhan, Sang pemilik pelayanan. Itulah sebabnya, kita menjauhkan diri dari bahaya dosa struktural yang dapat menghancurkan integritas, soliditas, kinerja dan kesinambungan pelayanan. Sosok pelayan Tuhan harus berupaya memelihara kekudusan diri dan keluarganya. Proses ini tidak terjadi seketika tetapi harus diupayakan dari hari ke hari oleh pertolongan kuasa Roh Kudus. Perlu sekali, menjaga semangat kebersamaan untuk saling menopang dan menasehati di antara sesama pelayan dan keluarganya. Tidak semua orang dipilih menjadi pelayan khusus. Olehnya, belajarlah menghargai jabatan pelayan dan topanglah mereka yang dipilih Tuhan. Lakukanlah pekerjaan jabatan dengan setia. Jika Tuhan memanggil, Ia pasti memperlengkapi. Jika Tuhan mengutus, Ia pasti mengurus. Keteladanan Musa, Harun, orang Lewi dan umat Israel di
dalam mentaati Firman Tuhan, itulah yang seharusnya dilakukan gereja untuk membangun integritas dan komitmen pelayanan. Jadilah gereja yang taat pada firman Tuhan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
- Apa yang dipahami tentang persembahan unjukan ?
- Bagaimana implementasi jabatan pelayanan dalam
konteks bergereja dan bermasyarakat ? - Bagaimana cara menjaga kekudusan jabatan pelayanan ?
NAS PEMBIMBING : Roma 12 : 1
POKOK DOA
Pelayan Khusus dan keluarganya agar dapat melayani
dengan penuh sukacita
Pelayan Khusus yang dipercayakan memangku jabatan
struktural agar terhindar dari dosa struktural.
Saling menopang dan menasehati TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK I.
NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Panggilan Beribadah: Naper 1.5. Yesus Hu Yang Ajaib.
Ses Nas Pembimbing : Sukacita Melayani
Ses Pengakuan Dosa : NNBT No. 10 Ya Tuhan Yang Kudus.
Ses Pemberitaan Anugerah Allah : Ku Bawa Korban Syukur.
Ses Hukum Tuhan: KJ No. 281 Segala Benua Dan Langit Penuh.
Persembahan: NKB No.199 Sudahkah Yang Terbaik ‘Ku Berikan
Penutup : Hati Sebagai Hamba.
ATRIBUT
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.