TEMA BULANAN : “Menerima dan Memberlakukan Keadilan Allah”
TEMA MINGGUAN : “Tanggung Jawab Mengolah Talenta dalam Keadilan Allah”
Bacaan Alkitab : Matius 25:14-30
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Menerima talenta dari Tuhan Allah senantiasa mempunyai maksud dan tujuannya. Walaupun ada orang menjadi kecewa karena tertutup mata rohaninya untuk dapat melihat tujuan-tujuan Tuhan melalui tindakan pemberian-Nya. Tidak sedikit yang memahami bahwa keadilan Allah saat menerima berkat mesti sama dengan yang diterima orang lain. Pandangan ini memaksakan bahwa keadilan Allah selalu harus “sama banyak”. Karena itu ketika ia menerima sedikit dan orang lain menerima banyak maka ia menjadi kecewa dan mempersalahkan pemberi berkat yang tidak adil. Banyak cara yang dilakukan sebagai reaksi dari ketidakpuasannya, bahkan ada yang menolak keyakinan pada Sang Pemberi talenta.
Ada juga yang memahami bahwa keadilan Allah itu berkaitan dengan “sama jasa, sama banyak”. Artinya jika banyak jasa yang diberikannya maka akan banyak berkat yang diterimanya. Moral ini menghitung jumlah “jasanya” sebagai investasi moral di hadapan Tuhan. Sehingga kerajinan dalam mengelola talenta itu hanya dimotivasi agar ia dapat menimbun jasa sebanyak-banyaknya, lebih banyak dari orang lain. Ketika ia menerima kenyataan bahwa penghargaan akan talenta yang dikelolanya sama dengan orang lain maka ia dapat mempersalahkan Tuhan. Dengan alasan tersebut di atas maka tema minggu ini adalah “Tanggung Jawab Mengolah Talenta dalam Keadilan Allah”.
PEMBAHASAN TEMATIS
n Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Naskah “perumpamaan tentang talenta” dalam injil Matius, terdapat juga dalam injil Lukas, namun tidak sama persis dengan judulnya yaitu: “perumpamaan tentang uang mina”. Matius yang berlatarbelakang orang Yahudi dan menuliskan injilnya kepada orang Yahudi mempunyai maksud khusus dengan memakai istilah “talenta” yang menunjuk pada ukuran mata uang dengan jumlah yang besar. Satu talenta bernilai 3000 dinar, dan di Israel satu dinar dipakai untuk membayar upah satu hari seorang pekerja.
Mengapa Yesus memakai perumpamaan dalam pengajaran-pengajaran? Untuk membuka misteri kerajaan Allah, menyampaikan apa kehendak Allah, dan membuka isi hati Allah, serta menjelaskan sifat-Nya kepada orang yang dikasihi-Nya. Bahan-bahan dalam perumpamaan Yesus adalah kehidupan sehari-hari dari orang-orang Israel. Sehingga pengajaran dalam bentuk perumpamaan tidak asing bagi mereka. Demikian Ia memakai perumpamaan tentang talenta untuk menyampaikan tentang: siapa Allah, apa keinginan-Nya, bagaimana umat merespon kehendak-Nya. Perumpaan talenta disampaikan dalam keutuhan pesan yang bernada Eskatologis atau pesan-pesan yang berkaitan dengan zaman akhir, atau berhubungan dengan terakhir. Karena itu penyampaian perumpamaan ini berhubungan erat dengan pertanggung jawaban orang percaya yang menerima talenta. Ada beberapa pokok yang mau dijelaskan di bawah ini :
Pertama: “Hal Kerajaan Sorga”, tidak dimaksudkan perkara-perkara yang terjadi bukan di bumi atau bukan di dunia tempat manusia hidup. Tetapi, konsep injil Matius tentang kerajaan sorga berkaitan dengan: tempat, suasana, keadaan, semua ciptaan-Nya dimana Allah berkuasa sebagai Raja. Karena itu, tuan ini yang adalah gambaran tentang Allah sebagi pemilik dari semuanya termasuk semua talenta yang dipercayakan kepada hamba. Ia memberikan besaran jumlah talenta “menurut kesanggupan” masing-masing.(ayat 15b). Karena ia pemiliknya, dan semua hamba yang bekerja padanya sangat dikenalnya maka besaran jumlah yang diberikannya telah ditimbang dengan penuh hikmat dan kebijaksanaan. Ia tidak memaksakan yang tidak mampu dan tidak kuat, dan ia tidak memberi keringanan dan kelonggaran padahal hambanya mampu melakukannya. Sifat yang bijaksana ini menjadi sifat keadilan-Nya yang agung.
Kedua: “Sikap Penerima Talenta”. Sikap penerima lima dan dua talenta adalah tidak menunda-nunda waktu untuk melaksanakan tugas mengolah talenta itu (ayat 16-17). Penerima lima talenta tidak merasa lebih penting dan lebih disayangi karena menerima lebih dari dua apalagi satu. Tetapi ia menjalankan “protap” sebagaimana yang diinginkan tuannya. Demikianpun penerima dua talenta, ia tidak merasa iri karena menerima lebih sedikit, atau merasa sombong, karena ada penerima satu talenta berada di bawahnya. Ia menerima kebijaksanaan tuannya, sebagai bentuk kasih dan keadilan dari tuannya. Seperti penerima lima maka penerima dua ini juga melaksanakan seperti yang diinginkan tuannya.
Ketiga: “Sikap penerima satu talenta”. Ia tidak mengelola talentanya, tetapi “menggali lobang di dalam tanah, lalu menyembunyikan uang tuannya” (ayat 18b). Apakah yang ada di balik sikap ini? Jawab tuannya: “hai kamu hamba yang jahat dan malas” (26a). “Sifat“ jahat” adalah berpikir dan menuduh tuan yang empunya talenta dan yang memberikan talenta sebagai tuan yang kejam. Sikap “jahat” adalah menuduh tuan yang empunya usaha dan mengendalikan usaha yang tidak adil. Sikap “jahat” apabila menyembunyikan kemalasan dengan cara menjadi pahlawan keadilan. Penerima satu talenta disebut memiliki sifat “jahat” karena iri kepada sesama penerima talenta dan bahkan iri terhadap sang empunya talenta. “Sifat jahat” tidak mau berusaha untuk mengembangkan talenta yang diterimanya. “Sifat malas” melihat orang lain rajin bekerja mengembangkan talenta, yang ia miliki.
Keempat: “Sikap Sang Pemberi Talenta”. Menyikapi sambutan dari tiga penerima talenta maka tuan menunjukkan keadilannya sebagai pemilik dan pemberi talenta-talenta itu. (1) Memberi Penghargaan kepada penerima talenta yang mengolah talenta sebagaimana kenginan tuannya. Tuan pemilik talenta tak pernah “menutup mata” atau “membiarkan” hamba-hambanya yang setia dan taat diperlakukan sama dengan hambanya yang jahat dan malas. Tuan akan pulang dan “mengadakan perhitungan dengan mereka” (Yunani “sunairo” = mengadakan perhitungan, menyelesaikan masalah, membimbing mereka). Ia tidak akan membiarkan yang jahat dan malas mempersalahkan yang setia dan taat sehinggga terjadi kekacauan, tetapi dengan otoritasnya sebagai pemilik talenta ia akan menyelesaikan menurut keadilannya. Setia dan taat “akan menerima tanggung jawab yang lebih besar”, akan juga menerima lebih banyak talenta untuk diolah dan diusahakan. “Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”, diundang untuk masuk dan menikmati pesta sukacita sorgawi bersama tuan pemilik talenta. (2) Selanjutnya memberi hukuman kepada hamba yang jahat dan malas dengan mengambil talenta itu dari padanya. Semua berkat yang diterimanya diambil sehingga tidak ada berkat yang tersisa atau disebut “tidak berguna” dan karena dicampakkan ke dalam tempat yang gelap penuh ratap dan kertak gigi”.
n Makna dan Implikasi Firman
Memberikan talenta menurut kesanggupannya adalah wujud keadilan Allah. Penerima talenta itu tidak dipaksakan untuk menerima talenta secara “sama rata” sebagaimana keadilan yang seringkali dipahami dunia. Pemberian yang dipaksakan sebagai bentuk keadilan yang tidak adil, karena tidak menyentuh kebutuhan keadilan yang menerimanya. Sedangkan, penerima talenta menurut kesanggupannya di samping menyentuh kebutuhan penerima, terutama menunjukkan pada sumber belas kasihan dari kuasa Allah, Sang pemberi talenta. Tak ada satupun yang tersembunyi dari pengetahuan Allah yang mengetahui dengan persis kebutuhan-kebutuhan manusia, sebagai penerima talenta-Nya. Berapapun jumlah talenta yang diberikan maka telah ditimbang dan diperhitungkan Allah sehingga diberikan menurut kesanggupannya.
Keadilan Tuhan dinyatakan dalam bentuk menuntut pertanggungjawaban dari semua penerima talenta-Nya. Tuhan tak pernah menutup mata atau membiarkan para pengelola talenta-Nya untuk berbuat sesuka-hati, melaksanakan tugas. Semuanya harus mempertanggung jawabkan sebagaimana tupoksi yang diberikan-Nya. Belas kasihan-Nya kepada orang percaya bukan berarti kompromi dengan berbagai kejahatan dan kemalasan. Berkat-Nya selalu ada kepada mereka yang berusaha, bekerja keras. Belas kasihan dan kekuasaan-Nya terjalin menjadi tali-temali dengan keadilan-Nya.
Saat tuan mengundang penerima talenta yang telah berusaha, kerja-keras dan kesetiaan untuk masuk ke dalam ruangan menikmati jamuan kebahagiaan dengan tuannya maka Sang Tuan pemilik talenta sedang menunjukkan keadilan bagi mereka yang setiawan. Jika dalam dunia orang menerima pengharagaan (reward) maka perumpamaan ini menyampaikan bahwa orang yang setiawan akan menerima mahkota kehidupan sebagaimana yang Ia janjikan. Mahkota kehidupan itu dalam bentuk perkataan dari Sang Pemilik Talenta berkata: “baik sekali perbuatanmu, hai hambaku yang baik dan setia…” Kata-kata penghargaan dari Sang Hakim yang adil, dilanjutkan dengan perkataan “Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (ayat 21 dan 23)
Tuan yang adalah gambaran Allah sebagai Pemilik Talenta menyampaikan kepada penerima satu talenta itu dengan otoritas sebagai Hakim Yang Adil: “Hai kamu hamba yang jahat dan malas”. Perkataan yang penuh kuasa ini menggugurkan semua dalih yang masuk akal, dan memberi kesimpulan tentang sikap penerima satu talenta itu. Talentanya diambil dan divonis menjadi hamba “yang tidak berguna”, karena itu harus dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap. Hukuman (punishment) yang diterima hamba yang tidak bertanggung jawab sebagai bentuk Tuan Pemilik Talenta adalah Allah yang Maha Adil.
Tuhan Yesus telah datang untuk menawarkan anugerah keselamatan kepada orang percaya dan yang menerima-Nya diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Namun, bagi yang menolak-Nya atau yang pertama menerima dan percaya pada-Nya tapi kemudian menyangkali-Nya, maka pada saat kedatangan-Nya kembali, Ia tidak akan datang sebagai pembawa anugerah keselamatan, tapi sebagai Hakim yang Adil.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Daftarkanlah para penerima talenta dalam perumpamaan ini dan bagaimanakah sikap mereka.
- Bagaimanakah Allah menyatakan Keadilan-Nya dalam naskah ini ?
- Bagaimanakah mengartikan sikap dari penerima talenta pada sikap dan tindakan orang Kristen masa kini ?
NAS PEMBIMBING: Mazmur 65:5
POKOK-POKOK DOA:
Agar jemaat selalu bersyukur atas keadilan Allah yang memberikan berkat-Nya sesuai kesanggupan umat-Nya
Agar tidak menjadi iri ketika melihat orang lain menerima berkat “lebih banyak” dari berkat-berkat yang diterimanya.
Agar senantiasa mengolah semua berkat yang Tuhan berikan dengan rasa syukur dan pujian kepada Allah.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK I
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Panggilan Beribadah: KJ No.362 Aku Milik-Mu,Yesus Tuhanku
Ses. Nas Pembimbing: KJ No. 19 Tuhanku Yesus
Ses. Pengakuan Dosa: O Tuhan Bila Aku Merenungkan.
Ses.Berita Anugerah Allah: KJ No. 39 Ku Diberi Belas Kasihan
Ses. Pengakuan Iman: KJ No. 224 Masyhurkan Rajamu
Ses Hukum Tuhan: NNBT No. 13 Ya Allah Bapa, Ya Yesus Tuhan
Persembahan: KJ No.289 Tuhan, Pencipta Semesta
Penutup: NKB No. 126 Tuhan Memanggilmu.
ATRIBUT
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.