HIKMAT menunjuk pada prinsip umum dan keterampilan-keterampilan praktis yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari, tetapi tidak jarang juga digunakan untuk menyebutkan usaha-usaha
berpikir dalam rangka menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan sulit mengenai arti kehidupan. Dalam Alkitab kita terdapat kitab yang digolongkan dalam sastra hikmat, yaitu; Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, dan Kidung Agung. Hikmat bukan hanya tentang pinter dan tahu banyak hal, tapi hikmat terletak pada sikap hati (1 Raja-raja 3:9), yang membuat seseorang berpengertian, bijaksana, dan takut akan Allah.
Dalam bacaan kita saat ini Paulus berbicara tentang hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebelumnya dalam 1 Korintus 1:24 Paulus menuliskan “…. Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah”. Dalam pasal 1 Paulus juga memberikan kesaksian tentang pelayanannya yang bukan mengandalkan hikmat manusia tapi bergantung pada kekuatan Allah. Dengan pengalaman imannya Paulus menasehatkan jemaat untuk jangan mengandalkan hikmat manusia tapi mengandalkan hikmat Allah. Bagaimana dengan hikmat manusia? Merasa diri tahu banyak hal kemudian memandang bodoh dan rendah orang lain.
Jemaat Korintus mengalami perselisihan dan mengalami perpecahan, salah satu alasan perpecahan terjadi karena hikmat dunia. Di Korintus terdapat dua kelompok yang berselisih, pertama: orang Yunani yang pada zamannya dikenal sebagai pusat ilmu, dan semua berorientasi pada kemanusiaan. Orang Yunani menggugat, apakah betul Yesus Kristus itu Allah? Sungguh tidak masuk akal bagi mereka jika Yesus yang Manusia juga adalah Allah; atau sebaliknya yang adalah Allah tapi manusia. Hikmat manusia sangat terbatas dalam mengerti Allah. Itulah sebabnya mengapa Paulus berkata; bagi orang Yunani salib adalah kebodohan. Paulus mengerti salib itu adalah kebenaran bukan hanya karena kepintarannya, melainkan karena hikmat Allah yang diberikan kepadanya. Kedua, orang Yahudi yang meminta tanda. itu mengapa sehingga Paulus berkata, bahwa salib bagi orang Yahudi menjadi batu sandungan. Dengan memahami hikmat Allah dan hikmat manusia Paulus berharap kepada jemaat di Korintus untuk menghindari perselisihan yang bermuara pada perpecahan. Bagaimana dengan kita sebagai pemuda gereja? Amin (fpk)