SOBAT obor, salah satu bagian Alkitab yang disukai oleh jemaat saat membaca Alkitab adalah teks ini. Kalimat-kalimat yang tertera didalam 14 ayat ini mengandung kata-kata berkat. Tiap kali terucap oleh pengkhotbah, dengan semangat tinggi umat akan mengaminkannya. Apalagi jika sang pengkhotbah berapi-api, dapat dibayangkan respon pendengar. Hidup yang diberkati adalah hidup yang diidam-diamkan semua orang. Dari kita bangun pagi dan sampai tidur dimalam hari, ada sebait doa yang didalamnya tentu berisi agar diberkati. Orang zaman sekarang bahkan memiliki standar hidup untuk bisa menyebutnya sebagai hidup yang diberkati.
Hidup yang diberkati kemudian dipahami dalam bentuk rasa bahagia dan puas. Banyak orang merasa perlu memenuhi segala keinginannya untuk dapat merasa bahagia dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Mereka tidak suka dengan rasa sakit atau tidak betah menghadapi kesulitan-kesulitan yang datang. Karena mereka sudah terlalu nyaman dengan kenikmatan dan kesenangan yang biasa didapatkan. Cenderung ingin bermewah-mewahan dan larut dalam gemerlap dunia. Mereka yang cenderung memaksakan keadaan dan rela melakukan apa saja untuk memenuhi standar hidup yang mereka inginkan. Cara yang mereka lakukan bisa saja menjadi ekstrim dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, seperti berhutang dan menggadaikan aset yang dimiliki untuk kebutuhan konsumtif.
Sobat obor, Alkitab memiliki konsep tersendiri soal hidup yang diberkati. Bahagia tidak dipahami hanya sekedar kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun lebih jauh dari itu adalah mencintai Tuhan dengan sungguh. Ada korelasi antara hidup yang diberkati dengan ketaatan. Dan ini Nampak dalam dua kata dalam teks ini yaitu “jika engkau… atau apabila engkau…”. Jika kita memperhatikan teks ini maka kita akan menemukan dua kata yang muncul ini seperti sebuah prasyarat dari kehidupan yang diberkati. Jika dihitung kata “jika engkau…”, munculsebanyak 3 kali yaitu dalam ayat 1, 2 dan 9. Sedangkan “apabila engkau…”, muncul sebanyak 2 kali yaitu dalam ayat 13 dan 14. Kitab Ulangan disajikan sebagai perkataanperkataan terakhir Musa kepada generasi Israel yang siap memasuki tanah yang dijanjikan. Hal ini penting untuk disampaikan agar generasi Israel tetap mengingat perjanjian yang telah disampaikan Allah kepada Musa. Memasuki tanah Kanaan akan juga berhadapan dengan keyakinan kepada dewa-dewa baal. Satu-satunya jalan untuk menjamin masa depan bagi umat Israel adalah mendengarkan suara Allah atau menaati hukum-hukum dan tetap setia pada perjanjian-Nya. Jika umat Israel menutup telinga berarti sama juga dengan mengeraskan hati dan ini berarti menjauhkan diri dari berkat-Nya. Jadi segala sesuatu yang membuat Israel jauh dari Allah adalah kutuk, demikian sebaliknya.
Sobat obor, membaca apa yang tertulis dalam Ulangan 28 ini, kita harus memahaminya bahwa ketika ada berkat maka itu berarti ada sumber berkat. Kita memang cenderung hanya melihat pada berkat-Nya. Kita akan bahagia, saat Tuhan akan memberkati segala aspek kehidupan kita. Ada kalanya dengan berkat yang dijanjikan sangat melimpah membuat motivasi manusia bergeser. Dari awalnya mencari sumbernya sekarang hanya fokus mencari berkat-Nya. Apa yang terjadi, jika kemudian motivasinya telah berubah? Perhatikanlah saat manusia hanya mencari berkat dan lupa sama sumber berkat itu! Orang akan terdorong menginginkan kehidupan yang sejahtera, bahagia, bagaimanapun caranya, baik melakukannya dengan jalan yang baik atau pula dengan jalan licik. Untuk mengejar “hidup yang diberkati” akhirnya menjadi hidup yang penuh keserakahan.
Sobat obor, yang Tuhan inginkan saat Ia menjanjikan berkat untuk umatNya yaitu relasi. Dalam relasi ada komunikasi yang terbangun. Relasi inilah yang akan melahirkan sikap hormat, mau mendengarkan dan patuh. Mendengar kepada Allah adalah langkah pertama dalam menurut Dia. Tindakan membangun komunikasi kepada Tuhan dapat terus dibaharui dengan menyediakan waktuwaktu khusus berbincang-bincang dengan Tuhan lewat doa dan perenungan firman Tuhan. amin (bfp)