KITA hidup di dunia yang terbalik nila-nilainya. Kebencian, perselisihan, perkelahian, kelaliman merajalela di sana-sini. Sebaliknya kasih, persahabatan, perdamaian, perbuatan baik selalu dalam keadaan
yang terdesak. Seperti sebuah boneka badut yang berat kepalanya. Bagaimanapun boneka itu diletakkan , selalu kembali pada posisi yang terbalik, yaitu kepalanya dibawah dan kakinya di atas. Demikian juga manusia. Bagaimanapun juga keadannya, manusia yang sesat seolah-olah kembali pada “sikap terbalik”. Mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa, kita cenderung melakukan hal yang tidak patut kita lakukan. Sebaliknya, kita segan melakukan hal yang harus kita lakukakan. Demikianlah sifat hidup kita. Kepala kita terlalu berat sedangkan kita kurang daya tolaknya, sehingga terjungkirlah kita apabila dibiarkan sendirian.
Dalam perikop ini, Pemazmur menegaskan bahwa orang yng tulus dan benar akan berdiri tegak dihadapan Allah. Tidak jatuh ataupun berdiri terbalik. Karena Allah menopang dan membuat setiap orang percaya berdiri tegak dihadapan Tuhan untuk selama-lamanya. Karena itu dalam ayat 14, Pemazmur berkata: “Terpujlah Tuhan, Allah Israel, dari selama-lamanya, sampai selama-lamanya”.
Sobat obor, kita adalah pengikut Tuhan. Benih yang tumbuh dalam siraman firman. Firman bagaikan air yang berjasa menumbuhkan benih tanaman supaya berbunga atau berbuah. Dari buahnya kita mengenal bagaimana pohon bertumbuh dengan subur. Dari kebenaran, kasih dan kebaikan kita mengenal bagaimana Allah telah menyatakan kasih-Nya secara luar biasa. Allah selalu mengharapkan yang terbiak bagi kita. Ingat tugas kita di dunia ini adalah bukan bertanya : Apa yang harus keperbuat untuk Tuhan? Tapi bertanyalah apa yang harus kuperbuat untuk sesama supaya bisa menyenangkan dan membanggakan hati Tuhan? Buatlah kebaikan. Taburlah kasih Tuhan. Percaya kita bisa menunjukan tanda hidup baru, yaitu dengan saling menghargai dan peduli terhadap sesama. . Love is action, love trough action. Amin (MT)