
Ketua BPMJ GMIM Imanuel Wanea Wilayah Manado Tenggara
DODOKUGMIM. Syaloom….
Saudara – saudara yang diberkati Tuhan! Salam bahagia, salam sejahtera dalam kasih Yesus bagi kita yang rindu mendengarkan Firman Tuhan!
Saat ini kita berada dalam masa penghayatan sengsara Tuhan Yesus, bahwa di minggu – minggu sengsara ini kita menghayati salib, penderitaan Kristus yang mengerjakan keselamatan dunia.
Banyak motivasi iman di balik penderitaan yang disaksikan oleh Alkitab seperti dalam bacaan Kisah Para Rasul secara khusus Kisah Para Rasul 7 : 54 – 8 : 3. “Bagaiaman Stefanus dibunuh – Saulus hadir dan penganiayaan terhadap jemaat di Yerusalem”. Siapa Stefanus? Siapa Saulus? Stefanus adalah orang yang terkenal baik, penuh roh dan hikmat, penuh iman, penuh karunia dan kuasa mengadakan mujizat dan tanda – tanda di antara orang banyak (Kis 6 : 3, 5, 8). Stefanus adalah salah seorang dari tujuh orang yang dipilih melayani orang miskin, mereka disebut Diaken, dalam bahasa Yunani Diakonos yang artinya pelayan. Tujuh orang ini ialah Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas, Nikolaus. Rupanya Stefanus adalah pemimpin dari kelompok diaken di Gereja mula – mula. Berkat doa para rasul bagi mereka, maka Firman Allah makin tersebar, jumlah murid makin bertambah dan sejumlah Imam menyatakan percaya (Kis 6 : 1 – 7). Mestinya Stefanus dan para rasul mendapat apresiasi atas pelayanan yang diberkati, tetapi sebaliknya yang terjadi, Stefanus dituduh menghujat Musa dan Allah (Kis 6 : 11), akhinya ia disergap oleh tua – tua dan ahli taurat, membawanya ke hadapan Mahkaman Agama dengan membawa saksi – saksi palsu bahwa orang ini menghina tempat kudus (Kis 6 : 13 – 14). Padahal tidaklah demikian yang sebenarnya.
Bagaimana perasaan saudara, jika saudara melakukan sesuatu yang baik dan benar, kemudian kepadamu dituduhkan yang sebaliknya? Pasti saudara marah, malah angkat bicara, membuat pembelaan walau pada akhirnya saudara disalahkan karena kepentingan pribadi atau sekelompok orang atau ya, benar anda dibenarkan. Demikian yang dialami Stefanus, ia membuat pembelaan, tapi ia tidak mengedepankan dirinya sebagai orang benar. Pembelaannya dalam bentuk pemberitaan Firman tentang tindakan Allah yang Mahakudus, Mahamulia yang menampakkan diri dari zaman Abraham sampai pada ia mengkritik para ahli taurat yang hanya menerima taurat tapi tidak menurutinya (Kis 7 : 1- 53). Stefanus seperti berkhotbah kepada mereka dan mereka sangat tersinggung dan marah. Buktinya ayat 54 berkata “Ketika anggota – anggota Mahkamah Agama mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi, menyeret dia keluar kota, melempari dia”. Gertakan gigi adalah tanda amarah yang sangat tinggi. Menyeret dan melempari adalah tindakan yang anarkhis, sadis dan tidak terpuji. Kita dapat bayangkan penderitaan Stefanus di akhir hidupnya. Penderitaan yang dialaminya sebagai konsekwensi imannya kepada Yesus Kristus, setia sampai akhir.
Saudara – saudara…..
Apa yang terjadi dengan Stefanus di akhir hidupnya saat menanggung penderitaan? Stefanus yang penuh dengan Roh menatap ke langit. Lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah (ayat 55). Katanya “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak manusia berdiri di sebelah kanan Allah”. Kendati mereka menutup telinga dan berteriak – teriak sambil menyerbu, merajam dia, namun inilah bukti kesaksian bagi dunia bahwa Allah hadir di tengah penderitaan manusia.
Ada sebuah ungkapan iman bahwa ketika penderitaan memuncak, pertolongan Tuhan sangat nyata. Sungguh benar langit terbuka, Anak manusia yaitu Yesus yang pernah dirajam, diludahi, difitnah, ditikam dengan tombak yang kejam, darahnya mengalir membasuh dosa padahal DIA bukan pembuat dosa, DIA suci dan tak bernoda. DIA mati di salib tetapi bangkit pada hari ketiga, naik ke sorga dan kini bertahta dalam kemuliaan.
Jadi benar penglihatan Stefanus, langit terbuka menerima Stefanus. Sungguh mulia, kematian orang – orang yang setia sampai akhir hidupnya. Dalam derita Stefanus berdoa “Ya Tuhan, terimalah rohku dan sambil berlutut, Ia berseru dengan suara nyaring : Tuhan janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka”.
Saudara – Saudara………….
Apa artinya kisah nyata seorang beriman yang bernama Stefanus dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama bagi kita??
Pertama, Jika kita dipenuhi oleh Roh Allah, Roh Kudus, kita dapat melihat kemuliaan Allah dengan iman, percaya melalui pemeliharaan Tuhan dalam hidup ini. Kendati penuh pergumulan tapi ada kesehatan dan kekuatan, sukacita melayani, rasa aman dan damai, persaudaraan yang rukun senantiasa tercipta. Penderitaan sekalipun oleh Roh Allah, pertolongan Tuhan sangat nyata. Jika Roh Allah berkuasa, gaya hidup anarkhis akan jauh dari kita.
Kedua, Jika kita menutup telinga atas Firman Tuhan, kita dapat saling menyakiti satu terhadap yang lain.
Ketiga, Kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan. Ketika dilempari dengan batu, Stefanus tidak membalas dengan lemparan. Stefanus merealisasikan Khotbah Yesus di bukit dalam Matius 5 : 44 “Tetapi Aku berkata kepadamu, kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. Sanggupkah kita melakukan kasih yang sempurna ini? Mintalah kemampuan dari Tuhan. Ingat pembalasan bukanlah hak kita. Pembalasan adalah hak Tuhan. Apa yang kau tabur itu pula yang kau tuai. Kasihilah musuhmu.
Keempat, Betapa pentingnya doa. Dalam dunia dan kemelut, kekuatan menghadapi maut diperoleh. Stefanus berdoa “Ya Tuhan terimalah rohku”. Jika saatnya tiba untuk kita, berdoalah demikian. Jika masih ada kesempatan hidup, pakailah waktu anugerah Tuhan, menjadi berkat bagi sesama, jauhkan diri dari percabulan, hawa nafsu kedagingan dan berbagai macam godaan dunia.
Kelima. Mayat Stefanus dikuburkan oleh orang – orang saleh dan mereka meratapinya dengan sangat. Manusia hidup bukan untuk dirinya sendiri. Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita dan berdukacitalah dengan orang yang berdukacita. Hendaklah kita memperhatikan penderitaan sesama.
Siapa Saulus yang waktu itu setuju Stefanus mati (ayat 66b)? Saulus adalah Paulus sesudah ia bertobat dari berbagai penganiayaan di Yerusalem. Tuhan Yesus membalaskan kejahatan Saulus dengan panggilan pertobatan (Kis 9). Langit terbuka untuk Stefanus tetapi bagi Saulus, cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Kejahatan Saulus dibalas dengan kebaikan Tuhan. Karena Tuhan sangat mengetahui latar belakang hidup Saulus sebagai ahli taurat sejati. Tuhan Yesus yang berkata bahwa orang ini adalah alat pilihan bagiKu. Dialah Saulus yang bertobat, dialah Rasul Paulus. Ia menjadi berkat bagi bangsa – bangsa. Dan iapun setia sampai akhir.
Saudara – saudara, maukah kita melihat, merasakan dan mendapat bagian dalam kemuliaan Allah?? Setialah sampai akhir dan bertobatlah, maka oleh iman kita sanggup menanggung penderitaan. Amin.