
Wilayah Tatelu
Kesengsaraan dan penderitaan Yesus adalah bukti bagaimana Allah memberikan pengampunan atas dosa-dosa dunia dan hal itu berproses sampai Yesus dijatuhi hukuman mati oleh pemerintahan Romawi.
Pada pagi hari waktu itu para imam kepala dan tua-tua Yahudi membuat keputusan untuk menyerahkan Yesus kepada Pontius Pilatus (ayat 1). Ini menunjukkan bahwa persekongkolan mereka telah merencanakan dengan matang cara untuk memastikan Yesus dihukum mati. Keputusan melalui Mahkamah Agama (Sanhedrin) mengatakan Yesus bersalah menurut hukum Yahudi. Yesus dituduh melakukan pelanggaran agama, karena mengaku sebagai Anak Allah, mereka mengartikan bahwa Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah dan ini penghujatan yang harus dihukum dengan hukuman mati. Namun keputusan tersebut tidak dapat dilakukan karena mereka tidak memiliki wewenang untuk menjatuhkan hukuman mati maka mereka membawa-Nya ke Pontius Pilatus, gubernur provinsi Romawi dari Yudea itu (ayat 2). Artinya hanya orang Romawi yang mempunyai otoritas untuk memutuskan dan melaksanakan hukuman mati (Mrk.15:1; Luk. 23:1).
Pada ayat 3-5 adalah sebuah rasa penyesalan Yudas dan berujung pada kematian. Apa penyebab yang membuat Yudas menyesal dan pada akhirnya dia mati? Matius 26:14-16 mengatakan bahwa Yudas, seorang murid Yesus, mengkhianati Yesus demi 30 keping perak dan membawa para pemimpin agama kepada-Nya pada waktu yang tepat (Mrk. 14:10-11; Luk. 22:3-6). Yudas jatuh karena hatinya melekat pada uang. Sosok Yudas yang menjadi bagian dalam murid-murid Yesus dipercayakan jabatan strategis sebagai bendahara (Yoh. 13:29). Uang 30 keping perak yang Yudas dapatkan membawa dia melakukan tindakan menghukum orang yang tidak bersalah dengan pengkhianatan melalui ciuman. Setelah Yudas melihat Yesus dijatuhi hukuman mati maka ia merasa bersalah dan menyesali perbuatannya dengan mengatakan “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.” Ia mengembalikan 30 keping perak kepada imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi mengakui bahwa ia telah berdosa dan mengkhianati darah orang yang tak bersalah. Sikap dan respon imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi mereka mengatakan “Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!” Ini menunjukkan tidak peduli atas penyesalan Yudas, mereka menginginkan hanya dengan hasil yang telah mereka capai. Mereka menolak menerima kembali uang itu sebab itu dianggap sebagai uang darah karena hasil kejahatan. Apa yang dilakukan Yudas bukannya memilih mencari pertobatan dan mencari pengampunan pada Tuhan tetapi Yudas memilih bunuh diri dengan cara gantung diri karena dia tidak sanggup menanggung rasa bersalahnya. Seperti halnya dengan Petrus yang berdosa dengan melakukan tindakan penyangkalan pada Yesus namun Petrus menyadari dan berobat dan kembali kepada Tuhan tetapi sekali lagi bahwa berbeda dengan Yudas yang memilih jalan keputusannya sendiri.
Pada ayat 6-10 ketika Yudas melemparkan uang itu ke dalam Bait Allah maka sikap imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi yang tidak mau menerima uang itu kerena dianggap uang najis mereka gunakan untuk membeli ladang tukang periuk sebagai tempat pemakaman orang asing. Tanah tukang periuk adalah sebidang tanah yang dimiliki oleh tukang periuk dan jenis tanah disitu adalah tanah liat digunakan untuk membuat tembikar atau tanah itu juga tempat membuang tembikar-tembikar yang pecah.
Peristiwa ini menggenapi nubuat Yeremia yang berbicara tentang bagian peristiwa dalam kehidupan Yesus dinubuatkan dan terjadi sesuai rencana Allah.
Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia menjadi sama dengan manusia membawa keselamatan dan hidup yang kekal kepada semua orang percaya sekalipun harus melalui proses kesengsaraan dan penderitaan. Seharusnya kita yang harus menanggung semuanya itu, tetapi oleh karena kesetiaan-Nya dan ketaatan-Nya menderita sampai mati di kayu salib. Melalui perenungan ini kita belajar tentang kasih-Nya yang besar dan olehnya kita diingatkan:
1. Bijak dalam mengambil keputusan, Yudas yang terjebak pada persekongkolan yang merencanakan kejahatan ternyata membawa dia menyesal dan hancur. Olehnya serahkanlah kehidupan kita dengan selalu memohon hikmat-Nya bekerja agar tidak terjebak pada praktik-praktik kejahatan dan selalu mengambil keputusan yang benar.
2. Penyesalan tanpa pertobatan akan membawa hidup pada kehancuran. Yudas tidak dapat mengendalikan hati dan pikirannya untuk hidup dalam pertobatan, dia memilih justru mengakhiri hidupnya pada kematian melalui gantung diri. Sesungguhnya Allah adalah pengampun seperti 1 Yohanes 1:8 tertulis “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Hiduplah di dalam pertobatan yang sungguh untuk menjadi pribadi yang sungguh menghayati pengorbanan yang sempurna dikerjakan oleh Yesus Kristus. Tidak ada sesuatu yang sia-sia atau hancur bila bersama dengan Yesus selagi kita percaya bahwa semua yang Yesus lakukan mendatangkan kebaikan.
3. Milikilah Yesus dalam hidupmu dan jangan pernah tinggalkan iman percayamu pada-Nya apapun alasannya. Yudas dikuasai oleh iblis untuk melakukan hal yang terpuji tapi menyakitkan yaitu ciuman pengkhianatan dan harga sebuah pengkhianatan yaitu dengan 30 keping perak. Ada orang Kristen sekarang ini yang mengkhianati Yesus dengan harta, cinta, kedudukan dan kehormatan untuk memuaskan diri. Sejatinya iman percaya kepada Yesus tidak bisa digantikan dengan apapun. Untuk itu agar kita menjauhkan diri dari semuanya itu milikilah Yesus, kita tidak dapat bisa membandingkan Dia dengan apapun sebab pengorbanan untuk menembus dan menyelamatkan kita dan dunia ini adalah lebih dari cukup dan menjadikan kita saat ini berharga bagi-Nya. Ingatlah ini “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:20). Memuliakan Dia adalah sikap kita yang tulus dan didalamnya kita akan melihat tangan-Nya bekerja dalam setiap keadaan serta kita diajarkan untuk hidup dalam iman kepada Yesus.
Melalui penghayatan kita akan kesengsaraan dan penderitaan Yesus membuat kita memahami betapa Dia begitu mengasihi kita tanpa batas dengan pengorbanan-Nya yang tanpa batas. Amin.