
DODOKUGMIM.COM – Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus… Syalom..!!! Saudara jemaat yang dikasihi Tuhan, ketika membaca bacaan Alkitab di minggu ini: 2 Raja-raja 2:1-18, saya teringat lagu dari Endank Soekamti:
“Datang akan pergi, lewat kan berlalu
Ada kan tiada, bertemu akan berpisah
Awal kan berakhir, terbit kan tenggelam
Pasang akan surut bertemu akan berpisah”
Inilah realitas kehidupan manusia. Pekerjaan apapun yang kita kerjakan, semuanya kelak akan pensiun atau berakhir. Dalam pelayananpun demikian adanya. Khusus di GMIM ada periodisasi pelayanan yang diberlakukan bagi para Pelayan khusus. Hal ini menyadarkan kita bahwa ternyata kita manusia terbatas adanya. Tetapi bukan berarti apa yang kita buat sia-sia, melainkan dari keterbatasan kita manusia, kita dihentar untuk menyadari bahwa perlu adanya regenerasi dalam sebuah pelayanan yang tentunya berdasarkan kehendak Allah.
Saudara-saudara, naskah kita di minggu yang akan berjalan ini bicara tentang keteladanan, tanggung jawab dan wibawa dari dua sosok yang sangat terkenal sebagai tokoh PL, senior dan junior. Itulah Elia dan Elisa.
Elia adalah seorang yang berasal dari Tisbeh, Gilead. Arti namanya TUHAN adalah Allahku. Ia melayani sebagai nabi di kerajaan Israel Utara pada jaman raja Ahab, Ahazia dan Yoram. Elia tercatat sebagai nabi yang hidup kudus dan tidak bercela di hadapan Tuhan. Dalam Alkitab, Elia dan Henokh adalah dua tokoh yang tidak mengalami kematian. Sebagai seorang nabi, Elia berani menyuarakan suara kenabiannya menentang kehidupan yang salah dari seorang raja yang kejam yaitu raja Ahab bersama dengan isterinya Izebel yang menyembah ba’al, dan karena mereka juga merebut kebun anggur Nabot. Elia pernah bersembunyi di tepi sungai Kerit dan diberi makan oleh burung-burung gagak setiap pagi dan sore, ia juga pernah mengidupkan seorang anak dari janda di sarfat, bahkan Elia menang melawan nabi-nabi baal yang berjumlah 450 orang, doa Elia didengar TUHAN.
Tokoh yang kedua adalah Elisa bin Shaphat. arti namanya Allah adalah keselamatan. Dia melayani di zaman raja Yoram, Yehu, Yoahas dan Yoas. Elisa menganggap Elia seperti seorang ayah karena keteladanannya, kepribadiannya serta komitmennya dalam pelayanan sungguh-sungguh menggugah motivasi dari seorang tokoh muda yang bernama Elisa. Senior dan junior yang berpadu dalam pelayanan, melaksanakan tugas sebagai nabi, sehingga banyak tantangan yang dihadapi tetapi Firman Allah harus disampaikan, walau kadang-kadang tidak disenangi banyak orang. Ketika Elia melempar jubahnya kepada Elisa dan Elisa menangkapnya, itulah penugasan dan estafet pelayanan selanjutnya.
Naskah kita hari ini adalah sebuah gambaran kehidupan Elia dan Elisa sesudah raja Ahasia meninggal. Karena itu dia digantikan oleh raja Yoram. Dalam konteks cerita inilah, maka penulis mengangkat cerita tentang Elia naik ke Sorga. Jelas dalam naskah ini, Elia dan Elisa ada di Gilgal, mereka kemudian menuju Betel, kemudian ke Yerikho dan kemudia mereka menyeberangi sungai Yordan. Di Betel maupun Yerikho para nabi memperingatkan Elisa: “sudahkah engkau tahu, bahwa pada hari ini tuanmu akan diambil dari padamu oleh TUHAN terangkat ke sorga? Jawabnya: aku juga tahu, diamlah.” Hal ini memberi kesan bahwa kredibilitas dari nabi-nabi ini diragukan. Kemudian, mereka melewati Tempat-tempat ini bukan kemauan mereka sendiri, tetapi ini karena perintah TUHAN. Tempat-tempat yang mereka tuju ini bukan karena kebetulan saja tetapi ini selalu ada hubungan teologis, bahwa pusat-pusat peribadatan tidak menunjuk pada suatu tempat tetapi penyembahan kepada Tuhan lewat relasi personal yang utuh dengan Tuhan. Dari perjalanan mereka, kita melihat jarak yang mereka tempuh ini lumayan jauh. Dari perjalanan ini, Elia selalu meminta agar Elisa tidak mengikutinya, tetapi Elisa selalu berkata bahwa apapun yang terjadi, dia harus tetap bersama-sama dengan Elia. Benar saudara, sampai di titik Elia diangkat ke sorga, Elisa menyaksikannya secara langsung.
Satu hal yang menarik, yaitu ketika timbul dialog apa yang diinginkan Elisa, yaitu Elisa meminta sebagian dari roh yang ada pada Elia, tetapi Elia tidak menjanjikannya dengan muluk-muluk, Elia tidak membuat Elisa jadi senang bahwa dia akan memberikan itu, tetapi selalu bahasa yang ia gunakan adalah jika TUHAN berkenan. Saudaraku, demonstrasi tentang Elisa juga memiliki Roh Allah adalah ketika jubah yang ditinggalkan oleh Elia dia koyak-koyakan kembali, dan air sungai Yordan itu terbelah dua kembali, untuk dilewati Elisa pulang.
Dari cerita ini, mau menyatakan bahwa TUHAN ALLAH tidak akan membiarkan orang yang hidup benar dan setia kepada-Nya dalam pelayanan. Mengapa naskah ini ditulis, mengapa tokoh Elia dan Elisa dimunculkan, karena kondisi pemerintahan dan rakyat yang sangat memperihatinkan waktu itu menyembah ba’al.
Saudara jemaat, implikasinya bagi kita sekarang ini, lewat kisah ini, kita bisa melihat tentang bagaimana keteladanan, komitmen, serta loyalitas. Kita tidak lama lagi akan tiba pada pemilihan pelayan-pelayan khusus. Dari kisah senior Elia memberi contoh dan teladan bagi Elisa sebagai junior, maka sebagai pelayan-pelayan senior, harus memberi contoh dan teladan kepada junior untuk melanjutkan tugas pelayanan yang berat namun mulia. Yang kedua kita belajar dari junior Elisa tentang bagaimana menghormati senior Elia, sehingga regenerasi pelayanan terus berjalan. Kemudian kita boleh melihat bahwa bagaimana pekerjaan ALLAH itu dilakukan oleh orang-orang yang dipilih-NYA sesuai kehendak-NYA. Dalam kehidupan juga berjemaat dan bergereja, di masa-masa sekarang ini GMIM diperhadapkan dengan tantangan yang sangat luarbiasa yang kadang mau melemahkan iman dari jemaat, tetapi warga GMIM diharapkan untuk belajar dari Elisa tentang loyalitas dalam melayani. Jemaat diharapkan memiliki kesetiaan kepada TUHAN melalui Gereja ini. Melalui bacaan di minggu yang berjalan ini juga, Jemaat kiranya setia pada satu Gereja, yaitu Gereja Masehi Injili di Minahasa. Amin