Matius 1:19
Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
Ketulusan Iman Meredam Perceraian
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Orang yang hatinya tulus dan jujur akan melakukan segala sesuatu dalam hidupnya tidak akan merugikan orang lain. Ketulusan Yusuf dinyatakan dengan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum. Cemar artinya ternoda, kotor, keji, cabul, buruk, tercela. Dalam tradisi Israel istri yang mengandung belum satu tahun hidup bersama adalah melanggar tradisi dan harus dihukum mati dengan dirajam atau dibakar. Dianggap berzinah.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Kita dapat membayangkan betapa terpukulnya hati dan jiwa Yusuf yang mengetahui istrinya mengandung tapi tidak pernah disetubuhinya. Cinta kasih yang tulus ternyata mampu meredam emosi, sakit hati dan kebencian. Yusuf tidak mau mencemarkan nama istrinya, Maria. Cinta kasih yang tulus yang ditunjukkan Yusuf dengan cara ingin menceraikannya diam-diam. Menceraikan diam-diam adalah sah menurut hukum positif waktu itu. Laki-laki dapat meninggalkan atau menceraikan tunangan atau istrinya kapan saja dengan alasan apapun. Misalnya karena alasan remeh-temeh seperti tidak suka lagi adalah sah. Keinginannya yang tulus agar tidak ada yang disakiti dan menjadi korban menurut cara berpikirnya dengan mengacu pada hukum yang berlaku ternyata tidak selalu benar. Tidak benar karena tidak sesuai dengan rencana Tuhan.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Perceraian, apakah diceraikan suami atau atas permintaan istri, menjadi kasus yang angkanya tinggi di pengadilan. Ada banyak penyebab keluarga bercerai. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa perceraian tidak sesuai rencana dan kehendak Tuhan. Seperti kata Yesus Kristus, “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. “(Mat. 19:6)
Sebagai keluarga Kristen kita harus belajar dari pengalaman Yusuf bahwa kendati dia merasa dikhianati, disakiti, rasa malu yang menimbulkan amarah dan kebencian, namun hati yang tulus dan jujur meredam semuanya itu. Hebatnya Yusuf bukan hanya ketulusan hatinya dan ketaatan pada aturan dan tradisi dengan tidak mau melukai, menyakiti dan mempermalukan orang lain, tetapi mau mendengar dan melakukan kehendak Tuhan yang bukan kehendaknya.
Doa: Ya Tuhan, beri pengertian untuk memahami kehendak-Mu agar kami bersikap dan bertindak seperti Yusuf yang menempatkan kehendak-Mu di atas kehendak kami. Dengan demikian kami merayakan Natal yang membawa damai di hati dan orang-orang yang kami cintai. Amin.