Peristiwa penangkapan Yesus terjadi di Taman Getsemani. Setelah Yesus berdoa dengan kalimat “Ya Bapaku, jikalau Engkau mau ambillah cawan ini dari padaku, tetapi bukanlah kehendakKu melainkan kehendakMulah yang terjadi”, ternyata Yesus mendapati murid – muridNya sedang tidur. Yesus mengatakan kalimat ini “mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan”. Mungkin perkataanNya itu belum selesai karena di ayat 47 dikatakan “waktu Yesus masih berbicara. Berarti Yesus belum selesai berbicara, datanglah serombongan orang. Yang lebih mengagetkan lagi, yang berjalan didepan rombongan itu adalah Yudas, salah seorang dari 12 murid Yesus.
Setibanya di depan Yesus, apa yang dilakukan Yudas?? Yudas mendekati Yesus untuk menciumNya. Rupanya Yesus mengetahui, apa arti ciuman yang diberikan Yudas itu. Ciuman yang sebenarnya menandakan penghormatan Yudas kepada Yesus sebagai Gurunya, memiliki makna yang lain. Sehingga Yesus berkata “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman? Sepertinya Yudas telah memberikan kode ini kepada orang – orang yang akan menangkap Yesus yaitu orang yang kucium tangkaplah dia. Ciuman Yudas saat itu adalah tanda pengkhianatan murid kepada Gurunya. Mencium pipi dalam masyarakat waktu itu adalah cara orang memberi salam. Sehingga, tindakan Yudas dengan memanggil Guru dan mencium sebenarnya adalah tanda penghormatan kepada gurunya.
Tetapi di taman Getsemani tanda itu adalah kode “tangkap saja dia”. Sikap yang ditunjukkan Yudas ini merupakan bentuk kemunafikkan, sapaan guru, sapaan hormat mencium Ia, namun pada akhirnya Yudas menjual gurunya sendiri. Yudas berlagak sebagai murid, padahal sedang merencanakan sesuatu membahayakan Sang Guru. Murid yang berkhianat, murid palsu.
Pengkhianatan bisa terjadi di antara orang – orang dekat. Jangan sampai kenyataan seperti itu, ada di antara kita, senyum – senyum, kelihatan saling menghormati, namun justru saling menjatuhkan sesama.
Bagaimana reaksi para murid? Melihat apa yang terjadi, berkatalah mereka “Tuhan mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?”. Dan kemudian terjadilah peristiwa ini : seorang dari mereka menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya. Apa kata Yesus? “sudahlah itu”. Dia kemudian menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya. Melihat Yesus diperlakukan bagai penjahat, ada salah satu dari mereka artinya salah satu dari murid yang mengikuti Yesus, menghunus pedang dalam bahasa disini, mengambil pedang, sebilah pisau dan menetakkan, menebas telinga hamba Imam besar. Disini tidak disebutkan, siapa pelakunya tetapi dalam versi Injil Yohanes jelas menyebutkan nama Simon Petrus dan nama hamba itu Malkhus. Dalam versi Injil Lukas Yesus menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya. Dalam versi Injil Matius, Yesus berkata “siapa yang menggunakan pedang akan binasa oleh pedang”. Apa maksud Yesus? Dia tidak perlu dibela dengan kekerasan. Ketika situasi yang dihadapi tidak sesuai harapan, jangan gunakan senjata kekerasan, gunakan senjata kasih. Kalau kita membalas kekerasan dengan kekerasan, persoalan tidak selesai, akan muncul lebih banyak masalah baru. Yesus memberi teladan, kekerasan jangan dibalas dengan kekerasan.
Sebagai manusia, kalau ada yang menyakiti kita biasanya kita akan membalas orang itu merasakan sakit yang sama. Mental murid Yesus yang sejati bertentangan dengan pemahaman itu. Dalam hal ini Yesus justru memberi pengampunan untuk orang yang menangkapnya itu dengan menyembuhkan telinga yang putus karena pedang Petrus.
Ayat ayat terakhir bagian firman ini menyaksikan tentang kalimat yang diungkapkan Yesus yaitu : sangkamu Aku ini penyamun maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung padahal tiap – tiap hari Aku ada di tengah tengah kamu di dalam Bait Allah dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi inilah saat kamu dan inilah kuasa kegelapan itu. Ternyata pikiran mereka yang menyerahkan Yesus termasuk Yudas telah dikuasai oleh kuasa kegelapan. Yesus yang melakukan banyak mujizat, yang memberi ajaran tentang kebenaran malah diperlakukan bagai penjahat. Tetapi Yesus rela menjalani semua sengsara itu, rela menderita fisik dan batin untuk kita semua.
Pada akhirnya ada beberapa pesan yang kita peroleh dari bagian Alkitab ini :
Pertama, Jadilah seorang murid yang setia, yang tak mudah dibayar, yang tak mudah dihasut dan yang tak mudah dipengaruhi
Kedua, Hormatilah pemimpin kita, jangan mencium di depan dan menjatuhkan di belakang.
Ketiga, Jangan menggunakan bahasa kekerasan yang saling menyakiti dan mencelakakan, gunakan bahasa kasih yang mengampuni dan memaafkan
Keempat, Apapun situasi dan kondisinya, jangan pernah tinggalkan iman kepada Yesus Kristus. Amin