Pembacaan Alkitab : Matius 28:1-10
Terpujilah Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja, Juruselamat dan Tuhan Dunia yang telah
menghentar gereja-gereja-Nya bahkan dunia ini untuk senantiasa hidup mengasihi Tuhan, untuk
selalu hidup mengandalkan Tuhan. Di hari Paskah yang pertama ini kita sungguh berbahagia karena
kita telah diampuni, telah ditebus dan dianugerahkan jaminan untuk memperoleh kehidupan
keselamatan yang kekal. Saya dalam iman seorang Hamba Tuhan sungguh meyakini bahwa di
perayaan Paskah ini kita semua diperlengkapi, kita semua dibentuk, kita semua dimampukan untuk
menjalani hari-hari hidup ini yang memiliki banyak tantangan, banyak masalah, banyak godaan dan
cobaan. Tapi dalam ketaatan kepada Yesus Kristus, telah ditebus dan dianugerahkan jaminan untuk
memperoleh kehidupan keselamatan yang kekal.
Saya dalam iman sebagai seorang hamba Tuhan, sungguh meyakini bahwa di perayaan Paskah ini
kita semua diperlengkapi, kita semua dibentuk, kita semua dimampukan untuk menjalani hari-hari
hidup ini yang memiliki banyak tantangan, banyak masalah, banyak godaan dan cobaan. Tapi dalam
ketaatan kepada Yesus Kristus kita akan dimampukan untuk senantiasa hidup mengandalkan Tuhan.
Saudara-saudara dihari-hari terakhir ini, kita mengerjakan banyak pekerjaan. Gereja pun
melaksanakan pelayanannya dengan berbagai tantangan yang sangat berat. Kita terus
melaksanakan tugas-tugas panggilan Gerejawi : Bersekutu, Bersaksi dan Melayani. Kita terus
berupaya untuk melaksakan tugas – tugas diakonia melalui meningkatkan kualitas pelayanan
pendidikan, baik dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi. Kita pun berusaha semaksimal
mungkin untuk meningkatan kualitas pelayanan kesehatan baik klinik maupun rumah-rumah sakit.
Kita pun hari-hari terakhir ini berupaya untuk menolong, menopang, mendukung terutama
marginalized people, menolong masyarakat yang tidak mampu, yang sulit akibat dari pada dampak
COVID-19 ini. Saya mengajak di Paskah ini tentu dari kekurangan kita, dari keterbatasan kita, dari
ketidak mampuan kita, dari kecemasan kita, dari ketakukan kita, saya sebagai Pendeta, sebagai
Hamba Tuhan mengajak untuk senantiasa berpaut pada Tuhan Yesus yang telah mati dan bangkit.
Yang telah menebus dosa kita dan yang telah menganugerahkan jaminan hidup yang kekal.
Dalam pembacaan ini kita melihat bagaimana penulis Injil Matius ini memberikan emphasizing
(penekanan) bahkan berulang-ulang tentang Yesus yang bangkit dari antara orang mati. Dan
bagaimana supaya berita itu betul-betul menjadi berita yang dapat mengubah banyak orang. Kalau
kita perhatikan dari pembacaan ini ketika orang-orang terutama perempuan-perempuan datang di
kubur pagi-pagi bertemu dengan malaikat yang duduk di atas batu yang telah terguling dari kubur itu.
Tidak hanya mengajak para perempuan ini untuk melihat tempat Yesus dibaringkan.
Dalam ayatnya yang keenam: “Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah
dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.” Tapi ada tugas yang lebih daripada yang
ditunjukkan oleh malaikat kepada para perempuan yang datang di kubur pada waktu itu. Yaitu ayat
yang ketujuh, ini tugas, ini amanat, ini perintah : pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya.
Dan malaikat memberikan kepada perempuan-perempuan itu contents (isi) yang harus diberitakan,
isi yang harus disampaikan kepada murid-murid. Apa isinya? Isi yang harus disampaikan, berita yang
harus disampaikan oleh para perempuan ini ialah Yesus telah bangkit dari antara orang mati. Itu
isi.Yesus telah bangkit dari antara orang mati itu harus menjadi esensi, menjadi core, menjadi inti
pemberitaan atau inti penyampaian yang harus disampaikan oleh perempuan ini kepada para murid
dan banyak orang.
Ayat 8 (delapan), mereka segera pergi dari kubur itu, ada ketakutan tapi juga ada sukacita yang
besar dan karena itu mereka berlari cepat-cepat supaya berita yang disampaikan oleh malaikat ini
langsung didengar dan diterima dan mengubah kehidupan bagi mereka yang menerima dan
mendengarkan berita itu. Ketika mereka bertemu dengan Tuhan Yesus pun, Yesus menyampaikan
kepada mereka: “pergi”, dalam ayat yang ke-10: “pergi”. Saya baca ayat 10: ”Maka kata Yesus
kepada mereka : Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara – saudara-Ku, supaya mereka
pergi ke Galilea, dan disanalah mereka akan melihat Aku.”
Saudara-saudara, apa yang akan kita katakan kepada dunia saat ini?. Apa yang kita akan beritakan
kepada dunia saat ini yang sementara menghadapi wabah yang betul-betul telah memporakporandakan
kehidupan masyarakat, ekonomi, nilai-nilai dan budaya. What is the content? Apa isi
yang akan kita sampaikan?
Sebagai seorang Pendeta, sebagai seorang Hamba Tuhan, saya mau sampaikan kepada seluruh
lapisan masyarakat, terutama pada Penatua, Syamas, Guru Agama dan Pendeta dalam lingkungan
pelayanan GMIM, katakanlah kepada masyarakat, katakanlah kepada dunia: “Yesus telah bangkit
dari antara orang mati, dan kebangkitan-Nya telah membawa pembebasan, telah membawa
keselamatan yang kekal”.
Kita harus ada konsistensi untuk mengatakan kepada masyarakat tentang kebangkitan Yesus. Tapi
juga kita harus ada konsistensi untuk mengatakan kepada masyarakat tentang keadaan, tentang
kondisi saat ini, supaya masyarakat kita dalam merayakan Paskah ini betul-betul memiliki tanggung
jawab teologis, tanggung jawab Gerejawi, tanggung jawab sosial.
Saya tahu perayaan Paskah kali ini sangat jauh berbeda dengan apa yang kita alami tahun yang
baru lewat. Kita melaksanakan perayaan Paskah di rumah-rumah kita masing-masing. Walaupun
demikian saya beberapa hari terakhir ini mengunjungi beberapa tempat di tanah Minahasa ini, saya
melihat bagaimana semangat warga Gereja, masyarakat, saya melihat bagaimana semangat
kepercayaan yang luar biasa dari para Pelayan Khusus: Syamas, Penatua, Guru Agama dan
Pendeta. Mereka tetap berupaya untuk melaksanakan panggilan Gerejawi, merayakan Paskah ini
dengan sukacita dengan berbagai ornamen Paskah yang mereka sampaikan, yang mereka buat.
Walaupun secara ekonomi kita mengalami kesulitan yang besar. Tapi saya melihat bagaimana
kehidupan warga Gereja mau berkorban, berupaya untuk merayakan Paskah ini dengan berdiakonia,
membantu orang-orang yang susah, membantu orang-orang yang telah mengalami PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja), kehilangan pekerjaan. Melayani orang-orang yang dirumahkan tanpa ada
pembayaran gaji. Melayani para ojek, para sopir baik mikrolet maupun taksi, truk. Melayani kelompok
masyarakat yang memiliki profesi sebagai peternak baik ayam, ikan, babi maupun usaha-usaha lain,
yang betul-betul mengalami kemerosotan yang sangat besar karena rumah makan tutup, kalau pun
buka pengunjungnya sedikit, hotel pun demikian, supermarket, ini sungguh-sungguh saya katakan
suatu kesulitan yang besar.
Tapi di tengah-tengah suasana yang sangat sulit ini, saya menyaksikan bagaimana warga Gereja
tetap menjalankan tugas panggilan untuk pergi, pergi, pergi untuk mengatakan kepada dunia bahwa
Yesus betul-betul bangkit dari antara orang mati. Dan saya menyaksikan bagaimana kehidupan dari
masyarakat ini, dari para Pelayan Khusus ini betul-betul mereka dalam menyampaikan berita tentang
Yesus yang bangkit ini harus melawan suatu atmosfir, suatu suasana masyarakat yang ada
kecemasan dan ada ketakutan. Tapi saya meyakini bahwa sebagaimana substansi, esensi, inti
perayaan Paskah yaitu Yesus menang atas kuasa maut, memberikan kepada manusia dan dunia ini
suatu pengharapan dan kepastian. Walaupun tantangannya tetap kita lihat dalam kehidupan
masyarakat. Ada sebagian masyarakat di dalamnya warga Gereja yang belum memberikan perhatian
kepada masalah ini, belum sungguh-sungguh menjaga jarak dengan menggunakan berbagai
argumentasi, berbagai alasan, terutama menggunakan theological reasons (alasan-alasan teologi),
bahwa sebagai orang percaya apapun yang akan dialami, apapun yang akan dihadapi termasuk di
dalamnya jaga jarak, alasan teologi dipakai untuk mengabaikan terapi atau penyembuhan COVID ini,
salah satu yang paling luar biasa adalah physical distancing (menjaga jarak) secara disiplin.
Banyak kali kita menggunakan untuk menolak jaga jarak ini, untuk mengabaikan jaga jarak ini
menggunakan alasan-alasan doktrinal, dogma, ajaran kita seperti ini, harus ke Gereja karena di
Gereja memiliki atau ibadah di Gereja memiliki nilai lebih dibandingkan di rumah. Ini alasan doktrinal.
Padahal refleksi iman kita ialah ketika ambil bagian pada upaya memutus mata rantai penyebaran
COVID ini, seharusnya kita menggunakan doktrin ini, alasan ini, untuk menjadi suatu kekuatan bagi
kita dalam berupaya untuk menciptakan masyarakat kita secepatnya kembali dalam kehidupan yang
normal. Boleh bergereja lagi. Banyak kali kita menggunakan alasan tradisi. Tradisi seringkali
menghalangi kita, menghambat kita, untuk hidup disiplin menjaga jarak ini. Tinggal di rumah, (sekali
lagi) tinggal di rumah, merayakan Paskah di rumah sama sekali tidak akan mengurangi, tidak akan
memperkecil, mempersempit perayaan kita. Tapi justru saya mau katakan, dengan merayakan di
rumah kita menikmati suatu suasana yang biasa kita dengar home sweet home. Bagaimana
menciptakan suasana rumah, kehidupan hubungan antara keluarga, suami, istri dengan anak-anak
ini betul-betul being united (dipersatukan) dalam satu persekutuan yang utuh untuk merayakan
Paskah ini, untuk merayakan sesuatu yang utuh dalam rangka kita menghayati pengharapan dan
kepastian atas kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Kebangkitan Yesus Kristus dari
antara orang mati sungguh mengatasi ketakutan kita, kecemasan kita.
Kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, membebaskan kita dari kuasa dosa, dari kuasa
maut. Dan karena itu saya mengajak berdasarkan firman Tuhan ini, bagi masyarakat, bagi warga
Gereja GMIM: pergi, sampaikanlah berita itu. Dan saat ini kita pergi dalam pengertian ialah (apa?),
dari rumah kita belajar, dari rumah kita bekerja, dari rumah kita beribadah. Dan dengan dukungan
teknologi yang begitu luar biasa, yang begitu sophisticated (canggih), yang begitu modern, yang
begitu maju, kita boleh melaksanakan tugas kerja dan pelayanan dari rumah.
Karena itu saya mengajak juga para Pendeta dalam perayaan Paskah ini, biarlah kiranya dari rumah
atau melalui pengeras suara atau toa-toa yang ada kita menyampaikan berita tentang kebangkitan
Yesus yang telah membawa manusia dan dunia ini untuk memiliki jaminan hidup yang kekal.
Saudara-saudara, saya juga mengajak seluruh lapisan masyarakat baik tokok-tokoh agama,
tokohtokoh masyarakat dan Pemerintah dalam perayaan Paskah ini kiranya kita mau rela berkorban
makan bersama dengan istri, dengan suami dan anak-anak di rumah. Menjauhkan diri dari kumpulan
banyak orang, apakah di kategorial BIPRA (Bapak, Ibu, Pemuda, Remaja, Anak) ataupun di kolom-kolom dan jemaat.
Saya sungguh dalam kerendahan hati sebagai seorang Hamba Tuhan sekali lagi mengajak:
nikmatilah kasih karunia Tuhan, nikmatilah keselamatan yang dianugerahkan oleh Tuhan Yesus
melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati ini, bersama dengan istri dan anak-anak seisi rumah,
being home sweet home.
Seisi rumah menjadi suatu suasana rumah yang ada kesejahteraan, yang ada peaceful (damai
sejahtera), yang ada joyful (sukacita), yang ada happiness (kebahagiaan) dalam perayaan paska
ini. Saya sangat meyakini dengan disiplin, dengan berupaya seperti ini kita akan mempercepat
harapan kita, sukacita kita, untuk dapat kembali lagi hidup secara normal, baik di kategorial BIPRA, di
kolom-kolom maupun Jemaat dan Wilayah dan Sinode. Bahkan boleh bersama lagi dengan seluruh
masyarakat, kita menikmati suasana yang normal.
Saya tahu menggunakan masker ini (pemimpin ibadah menunjukan masker), ini bukan suatu hal
yang biasa bagi kita. Cuci tangan biasa kita lakukan sebelum makan, tapi saat ini walaupun tidak
makan kita berusaha harus cuci tangan. Saya tahu di Paskah biasanya kita saling jabat tangan,
saling berpelukan, dan saat ini secara tegas semua kita diingatkan untuk kiranya menahan diri. Saat
ini pun orang keluar rumah lengkap dengan berbagai tools atau alat bantu seperti handsanitizer
untuk dapat membersihkan tangan.
Biarlah kiranya suasana yang tidak biasa yang kita hadapi saat ini, kita berupaya sedemikian rupa
untuk ada ketaatan supaya perayaan Paskah ini, sekali lagi tidak akan mengurangi kebahagiaan kita,
tidak akan mengurangi sukacita kita ketika kita merayakannya di rumah. Para Pendeta pun, para
Penatua Syamas pun dan Guru Agama pada hari-hari terakhir ini saya tahu mengalami banyak
kesulitan karena biasanya harus pagi bangun melayani orang-orang yang berhari ulang tahun baik
lahir maupun perkawinan, ibadah kolom, berbagai program pelayanan. Serah terima pelayanan
Ketua BPMJ, BPMW, maupun Pendeta Jemaat, Guru Agama, semuanya bukan dibatal tapi ditunda,
dalam rangka kita sebagai Gereja ambil bagian bersama dengan masyarakat, bersama dengan
Pemerintah, bersama dengan TNI-POLRI, kita berupaya sedemikian rupa. Dan karena itu saya mau
katakan sebagai seorang Pendeta, isi berita yang kita harus sampaikan yaitu Yesus yang telah
bangkit dari antara orang mati. Dan implikasi-implikasi dari pada inti berita ini akan berdampak pada
perilaku kita, cara hidup kita, gaya hidup kita, termasuk upaya kita bersama-sama dengan semua
lapisan masyarakat untuk kiranya dalam pertolongan, dalam pemeliharaan, dalam perlindungan
Tuhan, kita ambil bagian untuk mempercepat memutus mata rantai penyebaran COVID-19 ini.
Tuhan kiranya menolong senantiasa bagi kita semua. Tuhan kiranya dalam kasih sayang-Nya yang
tidak terbatas akan memberikan kepada kita di Paskah ini suatu sukacita yang besar sambil meyakini
bahwa situasi ini, tantangan ini, dalam iman akan dipulihkan oleh Tuhan.
Tuhan Yesus menolong kita semua dari sekarang ini sampai selama-lamanya. Amin.