Teks Khotbah Minggu 24 Mei 2020
Pembacaan Alkitab : Yohanes 15:9-17
Tema : Menjadi Sahabat Bagi Semua
Pembicara:
Pdt. Joice Christien Wulancaes Sondakh, M.Th.
BPMS GMIM – Wakil Sekretaris Bidang Pekerja GMIM dan PELSUS
Salam sejahtera bagi kita semua… Syalom. Damai di hati. Bapak ibu saudara-saudara yang
dikasihi dan diberkati Tuhan, kita bersyukur atas anugerah Tuhan yang memungkinkan kita
menikmati kehidupan walaupun di tengah begitu banyak pergumulan dan tantangan termasuk
dengan adanya pandemi COVID-19 ini. Tetapi kita percaya bahwa apapun yang kita alami,
Tuhan tidak pernah membiarkan kita. Dia selalu mengasihi kita dengan kasih-Nya yang
sempurna. Kasih itu nyata bagi setiap orang yang sungguh-sungguh tinggal di dalam Tuhan dan
sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Saudara-saudara, ada sebuah cerita kisah nyata, jadi
sungguh-sungguh terjadi. Kisah ini memang sudah lama terjadi di Amerika yang mengisahkan
tentang dua keluarga yang hidup di masa yang sama di abad ke-18 yaitu kisah dari keluarga
Jonathan Edwards dan keluarga Max Jukes. Ada perbandingan di dua keluarga ini yaitu yang
pertama Jonathan Edwards, dia hidup mengasihi Tuhan, dia sungguh-sungguh mengasihi Tuhan,
dia hidup takut akan Tuhan, dia dikenal sebagai pengkhotbah rohani yang terkenal di abad ke-18
dan dia menjadi seorang rektor di sebuah akademi di New Jersey Amerika Serikat. Seumur
hidupnya dicatat bahwa dia konsisten menyerahkan segenap kehidupannya untuk melayani
Tuhan. Ia menikah dengan seorang perempuan yang takut akan Tuhan yang bernama Sarah dan
mereka dikaruniai 11 orang anak. Anak-anaknya dididik dalam takut akan Tuhan. Jonathan
Edwards meskipun dia sibuk tetapi setiap hari pada pukul 04:30 pagi, ia bangun bersaat teduh di
ruang perpustakaannya. Keluarganya tidak pernah membebani negara satu sen pun tetapi justru
memberi kontribusi yang begitu besar untuk masyarakat. Ia membangun keluarganya sesuai
dengan firman Tuhan.
Saudara-saudara, setelah diselidiki ia mempunyai 1000 lebih keturunan. 13 orang menjadi
Rektor, 65 orang menjadi Profesor, 3 orang terpilih sebagai Senator Amerika Serikat, 30 orang
menjadi Hakim, 100 orang menjadi Pengacara, 75 orang menjadi Perwira Militer, 100 orang
menjadi Pendeta, 60 orang menjadi Penulis terkenal, 80 orang memegang peranan penting dalam
berbagai instansi termasuk menjadi Gubernur, 1 orang memegang peran penting menjadi Wakil
Presiden Amerika Serikat, 1 orang menjadi istri Presiden Amerika Serikat, 1 orang menjadi
penilik keuangan Amerika Serikat, dan tidak ada keturunannya yang merugikan negara.
Saudara-saudara, kisah nyata ini adalah sebuah contoh dari apa yang disebut oleh para sosiolog sebagai
“Pola Lima Generasi”. Apa yang dilakukan seseorang akan berpengaruh sampai ke keturunan
kelima. Warisan generasi ke generasi dari anak-anak Edwards menyaksikan pengaruh dari
seorang pengikut Tuhan yang tulus, yang tinggal di dalam Yesus dan yang menuruti perintah
perintah Yesus. Kemudian yang kedua adalah Max Jukes yang hidup di masa yang sama. Ia
adalah seorang yang tidak takut Tuhan, tidak beriman dan tidak percaya pada Tuhan. Ia menikah
dengan seorang perempuan yang juga tidak percaya Tuhan, tidak membawa anak-anak mereka
hidup takut Tuhan dan tidak mengijinkan anak-anak mereka ke gereja meskipun mereka
menginginkannya. Dia seorang pemabuk dan tidak memiliki pekerjaan tetap. Ia mempunyai 540
keturunan setelah diselidiki. 310 orang mati sebagai pengemis, 150 orang pernah masuk penjara
dengan hukuman penjara rata-rata di atas 13 tahun, 7 di antaranya pembunuh, 100 orang lebih
pemabuk dan banyak keturunannya menjadi wanita yang tidak baik. Keluarga ini telah merugikan
negara sebesar 12 miliar, telah merugikan negara untuk merehabilitasi mereka.
Bapak ibu saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati Tuhan, kisah nyata ini membawa kita
untuk memahami bagaimana cara Tuhan menyatakan penyertaan-Nya bagi orang yang sungguh-
sungguh tinggal di dalam Tuhan. Penyertaan Tuhan sempurna di dalam setiap kehidupan manusia
dan kita selalu diberi ruang dan waktu untuk terus dan terus belajar hidup di dalam Tuhan, tinggal
di dalam Tuhan dan menjadi sahabat Tuhan untuk dapat mengerti tentang rancangan Tuhan
dalam kehidupan manusia. Kita selalu diberi kesempatan untuk mengerti rancangan Tuhan yang
mendatangkan damai sejahtera. Kita bandingkan Yeremia 29:11, dalam proses Tuhan kita
dijadikan-Nya pribadi dan umat-Nya yang sungguh-sungguh mengasihi Dia. Tentang kasih
Tuhan itu kita belajar dari firman Tuhan hari ini, Kristus yang adalah kasih itu sendiri. Berbicara
tentang kasih, yang pertama mengenai kasih Allah kepada-Nya dan tentang hal ini Ia
memberikan kepada kita penegasan bahwa Allah benar mengasihi Dia. Ayat 9 pembacaan kita:
“Seperti Bapa telah mengasihi Aku”, bahwa Ia tinggal di dalam kasih Bapa-Nya sebab Ia taat
kepada hukum Bapa-Nya. “Aku menuruti perintah Bapa-Ku” sebagai pengantara dan dengan
demikian tinggal di dalam kasih-Nya. Dia menunjukkan bahwa Dia setia mengasihi Bapa-Nya
dengan terus melangkah menjalankan tugas-Nya dan karena itu Bapa terus mengasihi Dia.
Kepada-Nya Bapa berkenan karena Dia tidak menjadi pudar dan tidak patah terkulai, kita bisa
bandingkan pada Yesaya 42:1-4. Manusia telah melanggar hukum penciptaan dan karena itu ia
telah menjauhkan diri dari kasih Allah. Tetapi Kristus telah menjadi penyelamat manusia dengan
mematuhi hukum penebusan dan dengan demikian Ia tinggal di dalam kasih Bapa dan
mengembalikan manusia ke dalam-Nya. Yang kedua mengenai kasih Kristus terhadap murid-murid-Nya.
Saudaraku, meskipun Ia meninggalkan mereka, Ia tetap mengasihi mereka.
Saudara-saudara mari kita perhatikan hal ini yaitu pola kasih tersebut: “Seperti Bapa telah
mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu;” sebuah ungkapan yang tidak
lazim mengenai kasih Kristus yang rendah hati itu, seperti Bapa telah mengasihi Dia yang paling
layak itu, demikianlah Kristus mengasihi murid-murid-Nya yang paling tidak layak itu. Kristus
dapat membuat manusia diterima oleh Bapa. Kristus mengasihi murid-murid-Nya sehingga Dia
rela menyerahkan nyawa-Nya bagi mereka. Tidak ada bukti kasih yang lebih besar yang
ditunjukkan selain daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabatsahabatnya.
Dan dengan kasih inilah Kristus telah mengasihi manusia. Dia adalah jaminan
pembebasan kita meskipun Dia tahu bahwa kita tidak akan pernah membalasnya dan sudah
mengetahui betapa besar pengorbanan yang harus Ia lakukan. Saudaraku, kehebatan kasih Kristus
mengungguli segala kasih yang lain. Dia tidak hanya menandingi tetapi juga melampaui
segalanya. “Beyond”. Kristus mengasihi murid-murid-Nya sehingga Dia membawa mereka
kepada persahabatan dengan diri-Nya. Ayat 14-15 bagian bacaan kita hari ini: “Kamu adalah
sahabat-Ku”. Arti yang terkandung dalam ayat ini adalah bahwa jika para murid melakukan
perintah Yesus, maka mereka membuktikan bahwa mereka adalah sahabat-sahabat-Nya. Karena
itulah Ia memberikan nyawa-Nya bagi mereka. Saudara-saudara, ayat ini dekat sekali maknanya
dengan ayat 10. Dalam bagian ini tidak ada pembedaan antara tinggal di dalam Kristus dan
menjadi sahabat-Nya. Dari firman Tuhan, kita belajar tentang Lazarus yang dijadikan oleh Yesus
sebagai sahabat. Yesus mengasihi Lazarus dan Lazarus mengasihi Yesus. Sama seperti Kristus
tinggal di dalam Bapa dengan mematuhi perintah-Nya, begitu juga para murid harus mematuhi
perintah Yesus supaya tinggal di dalam kasih-Nya. Yang ketiga, mengenai kasih para murid
terhadap Kristus. Hal ini harus ditunjukkan oleh kasih yang besar, yang telah lebih dahulu Ia
berikan kepada mereka supaya tinggal di dalam kasih-Nya. Tinggallah di dalam kasihmu untukKu
dan di dalam kasih-Ku untukmu.
Saudara-saudara, semua orang yang mengasihi Kristus harus tinggal di dalam kasih mereka
kepada-Nya. Artinya selalu mengasihi Dia, mempergunakan setiap kesempatan untuk
menunjukkan dan mengasihi Dia sampai pada kesudahannya. Para murid harus pergi keluar
melayani Kristus sekalipun diperhadapkan pada berbagai kesukaran. Akan tetapi kata Kristus:
“Tinggallah di dalam kasih-Ku”, artinya kasih Kristus bagi murid-murid-Nya sangat jelas.
Hendaklah kalian tetap hidup sebagai orang yang Kukasihi, tetaplah bersama-Ku, bersatu dengan
Aku, supaya Aku terus mengasihi kamu. Hal ini juga dapat memberi penegasan tentang maksud
Tuhan yaitu jangan sekalipun berpaling dari kasih-Ku atau tetaplah menjadi orang yang Kukasihi.
Tetaplah hidup dan berperilaku sebagaimana seorang yang Kukasihi. Murid-murid Yesus wajib
menuruti perintah ini bukan saja dengan mematuhi perintah ini melainkan menyebarkan perintah
tersebut kepada orang lain dengan setia. Yang keempat mengenai kasih para murid satu sama
lain. Hal ini harus mereka tunjukkan sebagai bukti kasih mereka terhadap Kristus dengan rasa
syukur atas kasih-Nya terhadap mereka. Mereka harus menuruti perintah-Nya dan inilah
perintah-Nya yaitu supaya saling mengasihi (ayat 12 dan 17 bacaan hari ini). Allah rindu
melibatkan manusia di dalam karya selamat-Nya sebagai seorang sahabat. Sungguh luar biasa.
Dia menempatkan umat-Nya di dalam dunia untuk bekerja dan memberi buah dan ini adalah
kesempatan yang indah. Dengan memberikan mahkota kemenangan, Tuhan mau sahabat-Nya
untuk bekerja dan memberi buah. Firman-Nya: “Aku tidak lagi menyebut kamu hamba”. Hamba
berarti tidak tahu apa yang diperbuat tuannya. “Aku menyebut kamu sahabat”. Sahabat adalah
seorang yang mempunyai hubungan yang karib, peduli serta rela berkorban, tidak pernah
mengecewakan, menaruh simpati dan empati. Kristus menjadikan murid-Nya sebagai sahabat,
sebab kepada mereka diberitahu segala sesuatu dari Bapa. Aku menyebut kamu sahabat karena
aku telah memberi tahu kepada kamu segala sesuatu yang Kudengar dari Bapa atau segala
sesuatu yang dikatakan Bapa pada-Ku. Itu yang diberitahu kepada murid-murid-Nya. Bapak ibu
saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati Tuhan, kita belajar dari banyak kesaksian Alkitab,
dari pengalaman-pengalaman perjalanan hidup orang percaya umat Tuhan, bagaimana Tuhan
menaruh perhatian dan memberkati orang-orang yang sungguh-sungguh tinggal di dalam Tuhan.
Kita juga punya pengalaman-pengalaman iman, bagaimana kita merasakan kehadiran Tuhan di
dalam hidup kita. Menjadikan kita murid-Nya, menjadikan kita sahabat-Nya, mengingatkan kita
supaya tetap tinggal di dalam Tuhan. Walau kita memahami tinggal di dalam Tuhan dan hidup di
dalam Tuhan bukan berarti sepi daripada yang namanya tantangan dan pergumulan. Tetapi kalau
pun tantangan dan pergumulan itu kita hadapi, maka Tuhan jualah yang memberi kita kekuatan
untuk menghadapi banyaknya pergumulan dan tantangan itu.
Saudara-saudara yang kekasih dalam Tuhan, dari perenungan hari ini kita belajar bahwa pertama,
Yesus Kristus adalah kasih itu sendiri, kasih yang sejati, kasih yang rela berkorban dan Dia
menginginkan umat-Nya hidup di dalam kasih-Nya. Yang kedua, Kristus menginginkan GerejaNya
hadir di dunia ini dan mengasihi semua orang, menjadi sahabat untuk tetap menjalin
persahabatan dengan siapapun atau dengan semua orang, mampu mewujudkan kepedulian,
bersimpati dan berempati pada setiap persoalan sesama manusia. Yang ketiga, Gereja kiranya
dapat seiring sejalan, saling menguatkan di tengah perbedaan dan kepelbagaian sebagai wujud
ketaatan untuk melakukan perintah-Nya. Gereja terpanggil untuk bersekutu, bersaksi dan
melayani, serta menghasilkan buah sebagai sebuah jawaban atas pemanggilan dan pengutusan
Tuhan sebagai orang percaya. Yang keempat saudara-saudara, besok tanggal 25 Mei 2020
bersama-sama dengan seluruh Gereja yang mengaku esa dalam Kristus merayakan 70 tahun
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Bahtera oikumene ini mengarungi lautan yang penuh
dengan tantangan. Kita diajak untuk menyadari kesatuan kita di dalam Kristus sehingga perintah
untuk saling mengasihi bukanlah sekedar isapan jempol semata, tapi secara sadar menuntut
adanya kepedulian sosial yang sungguh-sungguh demi keberlangsungan keutuhan ciptaan.
Beroikumene tidak sebatas kepada pembangunan gereja yang banyak, beroikumene tidak sebatas
pada kerjasama antara Gereja A dan Gereja B. Tapi oikumene adalah ketika mereka yang berbeda
dengan kita merasa “lapar” dan kita memberi mereka “makan”, oikumene adalah ketika mereka
“haus” dan kita memberi mereka “minum”, oikumene adalah ketika mereka tidak mempunyai
pakaian dan kita memberi mereka pakaian. Kita ditetapkan Allah untuk menghasilkan buah bagi
semua orang. Kehidupan yang menghasilkan buah harus berdampak positif tanpa harus
memandang agama, orientasi gender, suku, RAS, dan golongan, sehingga doa Tuhan Yesus
dalam Yohanes 17:21a “Supaya mereka semua menjadi satu” / Ut omnes unum sint, betul-betul
memantik semangat beroikumene kita dan ini dimaksudkan agar supaya dunia percaya bahwa
Engkaulah yang telah mengutus aku. Saudara-saudara, marilah kita tetap tekun dan setia di dalam
Tuhan di tengah banyaknya pergumulan dunia ini termasuk dalam pergumulan adanya pandemi
COVID-19. Kita berdoa supaya kita dimampukan di situasi yang sulit ini untuk melihat dan
merasakan kehadiran Tuhan bagi kehidupan kita semua. Tuhan memberkati kita selamanya.
Amin