Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Hari ini kita merayakan hari Jumat Agung. Dalam pera-yaan tahun gerejawi, Jumat Agung dirayakan sesudah perayaan minggu-minggu sengsara yang merupakan perenungan kita menghayati karya Allah dalam Yesus Kristus yang menderita untuk manusia. Hari Jumat Agung adalah hari peringatan Penyaliban Yesus Kristus dan mati-Nya di Golgota sebagaimana diceriterakan dalam kitab-kitab Injil, termasuk dalam bagian Alkitab yang kita baca hari ini. Perayaan Jumat Agung bagi kita sebagai gereja juga sekaligus dalam merayakan Perjamuan Kudus baik yang dilaksanakan dipagi hari ataupun pada waktu sore. Kita pun masih sedang bergumul dengan adanya penyembaran pandemi covid 19 yang belum usai. Kita tetap meyakini dengan kerja keras dari pemerintah sehingga sudah menemukan obat vaksin yang tepat digunakan untuk kekebalan tubuh kita.
Bacaan kita hari ini Markus 15:33-41 menceritakan bagaimana Yesus mati yang disalibkan di atas bukit Golgota sebagai puncak dari jalan-jalan sengsara-Nya. Matius menceri-takan tentang waktu proses kematian Yesus selama tiga jam yaitu dari kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlansung sampai jam tiga, ayat 33. Saat itu Yesus dengan menahan kepedihan dan penderitaan sakit-Nya dipaku di kayu salib dengan kemanusiaan-Nya Ia berseru: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?” yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Ayat 34. Seruan Yesus ini menandakan hubungan Bapa dan Anak-Nya yang sangat erat. Ia mengasihi Yesus, Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan (Mrk.1:11). Saat Yesus berseru ada beberapa orang yang berdiri di sekitar tempat penyaliban Yesus dengan menga-takan bahwa “Lihat, Ia memanggil Elia. Hanya memandang Yesus dari sudut pandang yang tidak benar dan memper-mainkan peristiwa penyaliban dan kematian Yesus itu dengan situasi alam kegelapan saat itu. Bahkan ada seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia. Memang kebiasaan orang Yahudi ingin meminta tanda sebagai bukti untuk mereka percaya. Padahal Yesus mengajarkan “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya. (Yoh.20:29b). Memang seorang mencelupkan bunga karang itu ke dalam anggur asam dimaksudkan supaya menahan rasa sakit Yesus supaya dapat dipulihkan namun kematian Yesus tidak mungkin dihalangi lagi karena memang Ia harus menjalani sehingga dengan suara nyaring Yesus menyerahkan nyawa-Nya demi umat manusia yang percaya kepada-Nya. Ayat 37.
Saat Yesus menyerahkan nyawa-Nya terbelah tabir Bait Suci (Baca juga Bait Allah) yang mempunyai suatu arti yang indah. Sebagaimana sudah diketahui bahwa kota Yerusalem merupakan ibu kota Palestina, sedangkan Bait Suci merupakan pusat kota Yerusalem. Di dalam Bait Suci terdapat tempat yang Kudus dan ruang Maha Kudus. Tabir yang terbelah dua ialah tabir yang memisahkan tempat terkudus dengan tepat kudus. Ayat 38. Bagi orang Yahudi sangat menghormati Yerusalem dan Bait Suci sebagai pusat ibadah mereka. Jadi sebenarnya dengan terbukanya tabir ini menandakan terbukanya sekat atau pemisah antara Allah dan manusia. Bait Suci/Allah hanya imam-imam yang diizinkan memasuki tempat Kudus dan hanya imam besar yang diizinkan masuk di tempat yang Maha Kudus dalam sekali setahun. Tetapi sejak kematian Yesus maka terbukalah umat manusia untuk datang kepada Tuhan Allah melalui Yesus Kristus baik diruang Kudus maupun diruang Maha Kudus. Setelah Bait Suci terbelah dua yaitu kepada pasukan yang memantau dan mengawasi jalannya penyaliban Yesus bahkan sampai Yesus menyerahkan nyawa-Nya dengan berkata “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah, Ayat 39. Suatu pengakuan yang luar biasa dari seorang kepala pasukan yang dengan langsung menyak-sikan proses penyalibaban Yesus. Selanjutnya rasa haru dan ibah dengan manatap kematian Yesus dari jauh maka perem-puan-perempuan yaitu Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus muda dan Yoses serta Salome, mereka ini percaya dan menjadi pengikut Yesus dan melayani saat di Galelia. Ayat 40-41.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.
Belajar dari bagian Alkitab ini, maka dapat kita pahami bahwa kematian Yesus di atas kayu salib memperlihatkan ketaatan seorang hamba yang rela menderita, setia sampai mati. Yesus mati untuk kita orang percaya kepada-Nya. Semua ini dilakukan Yesus dalam ketaatan-Nya kepada Bapa di Sorga. Walaupun dalam kemanusiaan Yesus berseru dengan nyaring “Eloi, Eloi, lama sabakktani”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku. Namun proses kematian-Nya tetap berlangsung karena untuk kita manusia.
Setiap warga gereja harus bertekat merefleksikan bahwa kematian Yesus seperti Paulus berkata dalam 2 Korintus 4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Yesus yang sekarang kita sembah adalah Yesus yang hidup untuk kita dan menebus dosakita bahkan mem-berikan jalan keselamatan bagi kita. Yohanes 14:6. Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Marilah kita sebagai satu persekutuan jemaat yang telah mengaku percaya bahwa kepada Yesus sebagai Tuhan dan Penebus dosa, maka kita tidak boleh berdiam diri menerima begitu saja kemurahan-Nya melainkan kita giat melakukan pekerjaan dan pelayanan kita dengan rajin berdoa, membaca Alkitab dan beribadah. Amin.