DODOKUGMIM.COM, BITUNG – Memiliki sahabat seorang difabel ternyata menginspirasi Chira Ginting. Ia berhasil membangun komunitas tunarunggu di Kota Bitung, yang dinamai Kaleb. “Sekarang ada 30 orang anggota dan masih terus bertambah,” kata dia, beberapa waktu lalu.
Sahabatnya seorang tunarunggu membawanya ke dunia itu. ” Ketika menuntut ilmu di Institut Kesenian Jakarta tahun 2009, saya mengambil jurusan seni rupa. Di sinilah saya berjumpa seorang tunarunggu dan kemudian kami bersahabat. Dari dia saya belajar bahasa isyarat. Jadinya barter. Saya membantu dia dengan menerjemahkan pelajaran di kelas, dan dia mengajari saya bahasa isyarat,” tutur Chira bersemangat.
Usaha ini berhasil. Chira mengaku sangat puas ketika sang sahabat lulus dengan nilai A, bahkan menyelesaikan studi lebih awal dari dirinya. “Keuntungan saya bisa belajar lebih banyak,” ucapnya disertai gelak tawa.
Seolah waktu menggiringnya berjumpa lebih banyak tunarunggu. Chira berkisah, satu waktu tanpa sengaja ia berjumpa dua orang tunarunggu di angkot. Perjumpaan ini justru membawanya menjadi guru di salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jakarta. Tiara, gadis tunarunggu yang dijumpainya di angkot tersebut justru merekomendasikannya pada ketua yayasan SLB tersebut dan diterima menjadi tenaga pengajar. “Tiara, siswa saya itu kini menjadi model di Jakarta,” tuturnya.
Tahun 2016, Chira memutuskan pulang ke Bitung. Ia meninggalkan ibukota dengan berbagai mimpi untuk diwujudkan di Kota Cakalang tersebut. Tapi di Bitung, Chira justru berjumpa anak-anak tunarunggu yang kurang mendapat perhatian. “Beda sekali dengan yang ada di Jawa. Di Bitung masih butuh perhatian dan kesempatan bagi anak tunarunggu untuk mengembangkan potensi untuk membangun kehidupan mereka sendiri,” tutur Chira yang mengaku pertama kali bertemu anak tunarunggu di sebuah tempat fotocopy.
Kegiatan world clean up day yang diadakan di Kota Bitung pada tanggal 21 september 2018, menjadi momen bagi Chira. Ketika itu ia mengambil langkah nyata membentuk komunitas untuk anak-anak tunarunggu. “Saya menamainya Kaleb. Nama ini terinspirasi dari sosok Kaleb dalam Alkitab. Di saat yang lain pesimis, Kaleb sangat optimis sehingga dia menjadi orang yang mendiami tanah Kanaan. Anak-anak ini harus optimis seperti Kaleb. Ternyata nama ini memberi pengaruh yang besar bagi mereka,” ujar gadis yang menngajar di Generasi Bintang Manembo-nembo, Bitung.
Kaleb didirikan pada 13 September 2018 ini, terlibat dalam beberapa event di Kota Bitung antaranya, world clean up day, Festival Pesona Selat Lembeh, milenial safe road, seratus tahun Tangkoko, Festival Tuna. “Saya mau mereka selalu terlibat dalam kegiatan seperti ini. Ini melatih mereka untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas. Mereka mengenal banyak hal untuk membangun karakter diri serta rasa tanggungjawab. Semakin banyak bergaul mereka akan semakin memahami apa yang baik,” tambahnya.
Dalam komunitas tersebut, Chira mendesain sejumlah kegiatan untuk anggotanya. Ada ngumpul bareng di hari car free day, konseling di Hari Minggu, mendaki gunung, dan kegiatan mendaur ulang limbah. “Kami mendaur ulang limbah plastik. Ini mejadi usaha ekonomi kreatif-nya Kaleb. Kami mencari makan sendiri. Anak-anak dilatih untuk dapat menghidupi dirinya sendiri,” pungkas Chira.(dodokugmim/saratuwomea)