(Ditulis oleh : Fransisko J. Gosal, M.Th)
Siapakah Habakuk?
- Habakuk merupakan seorang nabi profesional yang bernubuat terhadap bangsa-bangsa asing. Ia terhubungkan dengan Bait Allah di Yerusalem, tempat ia menerima penglihatan (Habakuk 2:1), menyampaikan nubuat-nubuatnya (Habakuk 2:4), dan menuliskan nubuat-nubuat itu pada loh-loh (Habakuk 2:2 bnd. Yesaya 8:1). Nabi Habakuk melayani Yehuda sebagai nabi Allah (Habakuk 1:1), yang juga dikenal sebagai seorang pemusik di Yerusalem (Habakuk 3:19).
- Nabi Habakuk adalah penulis dari kitab Habakuk yang merupakan salah satu dari dua belas nabi kecil di dalam Perjanjian Lama. Ia digolongkan ke dalam kelompok nabi-nabi kecil karena sama seperti nabi-nabi kecil lainnya, data-data tentang pribadinya sedikit.
Perjalanan Hidup Singkat dan Pelayanan Sang Nabi
Nabi Habakuk melayani di Bait Suci dan hidup serta melayani pada masa-masa yang sulit. Sebab di satu sisi dia harus menghadapi penyerangan bangsa Babel dan di sisi lain dia melayani pada masa pemerintahan Yoyakhim, yang terkenal jahat di mata TUHAN dan tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik.
Nabi Habakuk hidup pada akhir abad ke-VII Sebelum Masehi (± tahun 625 SM), dia tampil sebagai nabi sewaktu kerajaan Asyur menjadi lemah dan kerajaan Babel menjadi kuat. Ia mengungkapkan keprihatinannya yang besar bagi bangsa Yehuda dan juga bergumul atas masalah kemerosotan iman dari bangsa Yehuda sendiri.
Nabi Habakuk bernubuat menjelang periode munculnya bangsa Babel dibawah kekuasaan raja Nebukadnezar sekitar tahun 606-600 SM.
David L Bekker, menggolongkan nabi Habakuk berkarya se-zaman dengan Nahum dan Zefanya, Bekker menuliskan: Nahum, Habakuk, dan Zefanya bernubuat pada abad ke-7 SM, yakni antara jatuhnya Samaria (ibukota Israel Utara) dengan jatuhnya Yerusalem (ibukota Yehuda). Ketiga-tiganya menekankan hukum Allah atas bangsa-bangsa yang berdosa, tetapi juga mengandung unsur harapan bagi orang yang bertobat.
Sehingga dapat dikatakan Nabi Habakuk hidup di masa akhir kehidupan raja Yosia (640-609 SM) dan di masa pemerintahan Raja Yoyakim (609-598 SM). Dia muncul sezaman, tetapi lebih sedikit kemudian di bandingkan dengan Yeremia pada waktu kerajaan Babel sedang menuju puncak kejayaannya.
Nabi Habakuk diperkirakan bernubuat pada masa antara tahun 605-601 SM, pada masa pemerintahan raja Yoyakim. Yoyakim yang naik takhta atas dukungan Firaun Nekho II dari Mesir, yang kemudian menjalankan suatu kebijakan politik yang bertentangan dengan cita-cita dan semangat Reformasi Yosia, ayahnya. Akibatnya terjadi pelanggaran dan pemutarbalikkan Taurat TUHAN dalam kehidupan masyarakat Yehuda, baik yang dilakukan oleh Yoyakim bersama dengan teman-teman politiknya maupun yang dilakukan oleh masyarakat luas.
Nabi Habakuk hidup di zaman dimana bangsa Kasdim (kata ini dahulu digunakan menunjuk kepada bangsa Babel), mengalahkan Mesir pada perang di Karkemis pada tahun 605 SM. Oleh karena Mesir telah kalah, secara otomatis bangsa Yehuda pun kini jatuh ke tangan penguasa lainnya, yaitu bangsa Kasdim.
Situasi Sosial Di Masa Itu
Nabi Habakuk melihat kondisi Yehuda yang kembali hidup berbalik daripada TUHAN di bawah pemerintahan Yoyakim. Umat Yehuda kembali menyembah berhala. Pemerintah mereka melupakan TUHAN dan berpaling daripada-Nya, mereka menyerahkan diri kepada ilah-ilah palsu, dan keinginan-keinginan lain yang tidak layak.
Nabi Habakuk mengeluh kepada TUHAN tentang terjadinya pelanggaran dan pemutar-balikkan Taurat, serta kenyataan bahwa orang-orang berlaku jahat (fasik) dengan memperlakukan orang-orang benar dengan semena-mena (Habakuk 1:2-4). Ia seolah-olah menggugat keadilan TUHAN, mengapa TUHAN cenderung berdiam diri dan membiarkan semua kekerasan dan pelanggaran itu terjadi (Habakuk 1:12-13).
Ditengah umat Yehuda terjadi krisis keimanan dan juga krisis sosial yang parah. Dalam kritiknya Nabi Habakuk ingin menghimbau umat Yehuda agar kembali menaati kehendak TUHAN sebagaimana yang terdapat dalam Taurat-Nya.
Seruan Nabi Habakuk
Setelah memperoleh jawaban TUHAN atas pergumulannya itu (Habakuk 2:1-5), kemudian ia melancarkan kecaman atas pelaku kekerasan dalam bidang sosial dan hukum. Kecamannya itu dikemas dalam lima seruan celaka (Habakuk 2:6-19). Kelima seruan celaka itu berpusat pada persoalan-persoalan sosial keagamaan, yakni masalah keadilan dan masalah keagamaan “sinkretisme agama”.
- Orang-orang yang merampas milik orang lain, terutama mereka yang memiliki secara tidak sah barang gadaian orang lain (Habakuk 2:6b);
- Orang-orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya (Habakuk 2:9);
- Orang-orang yang melakukan pembangunan di atas dasar kekerasan dan ketidakadilan (kritik terhadap Yoyakim), atau orang-orang yang melakukan kekejaman dan ketidakadilan secara terang-terangan di kota (Habakuk 2:12);
- Orang-orang yang sengaja memberi minum sesamanya supaya mabuk dengan maksud-maksud tertentu yang asusila (Habakuk 2:15);
- Orang-orang yang menyembah berhala (Habakuk 2:19).
Pergumulan Nabi Habakuk
Habakuk bergumul dengan masalah moral, yaitu bangsa Babel yang dibangkitkan Allah untuk memberlakukan penghakiman-Nya atas orang Yehuda, padahal kekejaman dan kebiadaban bangsa Babel itu menyangkal kebenaran Allah.
Nabi Habakuk sangat sadar akan kesalahan Yehuda, namun dibandingkan dengan kekejaman orang Babel, perbuatan orang-orang sebangsanya terutama orang yang benar masih belum apa-apa dibandingkan dengan orang Babel.
Sang nabi sempat merasa kecut membayangkan bagaimana Yehuda dan Yerusalem akan dirampas secara kejam. Sehingga dapat dilihat melalui gaya bahasa dalam Habakuk 1:14-17, yang menyamakan Babel dengan seorang pemancing yang memancing hanya karena senang membunuh tangkapan-tangkapannya, sama kuatnya dengan kecaman tajam terhadap setiap tindakan yang tidak berkeperimanusiaan dalam Perjanjian Lama.
Sumber Pustaka :
- Blommendaal J. 2015. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- Bekker, David L. 2011. Mari mengenal Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- Craigie, Pieter C. 2018. Pemahaman Alkitab setiap Hari: Dua Belas Nabi jilid 2 Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- Darmawijaya St. 1990. Warta Nabi sebelum Pembuangan. Yogyakarta: Kanisius
- Hinson, David S. 2015. Sejarah Israel: Pada Zaman Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- Sosipater Karel. 2016. Etika Perjanjian Lama. Jakarta: Suara Harapan Bangsa.
- Telnoni, J.A. 2016. Tafisir Alkitab kontekstual-oikumenis: Habakuk. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- VanGemeren, Willem A. 2016. Penginterpretasian kitab para Nabi. Surabaya: Momentum.
- Vriezen, Th. C. 2016. Agama Israel Kuno. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- Wahono, Widmoady S. 2011. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- Wood, Leon J. 2005. The Prophets of Israel. Malang: Gandum Mas.