![](https://www.dodokugmim.com/wp-content/uploads/2022/03/Penulis-1-774x1024.jpeg)
DODOKUGMIM.COM –Saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati Tuhan, kita manusia adalah ciptaan Allah yang termulia, yang selalu mendapat perhatian dari pandangan Allah, meski banyak kali pelanggaran dilakukan oleh manusia di hadapan Allah. Dengan kemahakuasaan-Nya, Allah selalu hadir sebagai Pribadi yang tidak pernah berubah karya-Nya untuk memulihkan umat manusia dari hukuman karena dosa yang dilakukan manusia. Janji pemulihan yang diberikan Allah selalu ditepati dan digenapi-Nya. Karena itu, manusia tidak boleh putus asa melainkan tetap sabar menanti janji Tuhan dan tetap hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada-Nya. Manusia harus selalu menyadari keberadaan dirinya yang berdosa, sehingga sangat perlu untuk hidup dalam pertobatan dan pembaharuan diri, meninggalkan kehidupan lama dengan cara-cara lama yang penuh dosa untuk datang kembali kepada Allah dalam sebuah hubungan dengan Allah yang telah diperbarui. Dalam kesadaran diri sebagai pribadi yang penuh cela dan dosa, maka selayaknyalah manusia meratap, memohon belas kasihan Tuhan Allah. Kemahakuasaan Allah semakin nyata bagi manusia bahwa Allah hadir bukan hanya sebagai Pencipta yang menjadikan manusia dan seisi bumi ini, tetapi Allah juga hadir sebagai Pemelihara hidup manusia yang kuasa-Nya tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Allah hadir sebagai Penyelamat yang mengerjakan pemulihan dan yang memberikan janji hidup kekal.
Jenis tulisan kitab Zakharia ini umumnya berisi penglihatan dan gambaran-gambaran simbolis. Kitab Zakharia dimulai dengan Allah, yang dilambangkan dengan seseorang yang menunggang kuda merah (pasal 1:8), yang siap untuk memasuki Kembali bait-Nya yang kudus setelah didirikan kembali. Kemudian, Allah mengumumkan bahwa IA akan menjadi tembok berapi di sekeliling Yerusalem dan menjadi kemuliaan di dalamnya (pasal 2:5). Akhirnya, Allah berjanji IA akan kembali ke Yerusalem dan mengerjakan pemulihan dan pembaharuan Yerusalem. Zakharia artinya “Tuhan mengingat”. Zakharia disebut sebagai anak dari Berekhya, cucu dari Ido yang merupakan kepala sebuah keluarga imam. Nabi Zakharia memiliki pandangan jauh ke depan mengenai umat Israel yang baru pulang dari pembuangan di Babel agar mereka menata kehidupan kerohanian mereka. Pasca kepulangan dari pembuangan, Nampak kesuraman dalam kehidupan keagamaan umat Israel. Tembok kota masih berupa reruntuhan, Bait Allah menjadi onggokan puing, kekeringan melanda tanah Yehuda sehingga semangat untuk bangkit lagi dari keterpurukan seolah sirna oleh situasi dan keadaan. Nabi Zakharia hadir dengan menyerukan perlunya suatu kebangunan rohani di antara bangsa itu. Bait Allah sebagai lambang kehadiran Allah dalam kehidupan umat, perlu dibangun kembali dengan tetap memperhatikan juga pembangunan kerohanian umat. Pesan Zakharia merupakan teguran, nasihat dan pemberian dorongan serta arahan yang sangat tepat di masa sulit. Ia mencela cara hidup umat yang masih tetap melanjutkan perbuatan nenek moyang mereka yang melakukan berbagai pelanggaran. Umat Tuhan harus sungguh-sungguh hidup dalam pertobatan dan berbalik kepada Allah. Hanya kepada Allah saja arah penyembahan umat Tuhan. Tinggalkan cara hidup lama yang tidak berkenan di hadapan Allah. Hanya pembaruan rohani yang dapat menghasilkan ibadah yang benar dan pelayanan yang berarti di Bait Suci. Ketaatan kepada suara Tuhan serta kesungguhan mencari Tuhan dan memohon belas kasihNyalah yang mendatangkan berkat.
Bacaan Firman Tuhan ini merujuk kepada pemulihan yang dikerjakan Tuhan bagi umat-Nya yang ditandai dengan kemenangan Israel atas bangsa-bangsa lain. Umat Tuhan akan menjadi pasu (piala yang berisi anggur yang sering dipakai sebagai symbol penghakiman Allah) bagi bangsa-bangsa yang mengangkat perlawanan bagi Yerusalem. Dalam penglihatannya, Zakharia menunjukkan kekuatan dan kemahakuasaan Tuhan Allah. Kuda menjadi bingung, penunggangnya menjadi gila. Allah membuka mata, tetapi segala kuda bangsa akan menjadi buta. Kalimat menunjukkan tentang kekuatan kuasa Allah yang Ia berlakukan untuk membela dan menyelamatkan umatNya. Tuhan akan mengangkat kaum Yehuda, melindungi penduduk Yerusalem dan memunahkan segala bangsa yang menyerang Yerusalem. Dalam karya penyelamatan yang Tuhan kerjakan, umat ada di dalam kesadaran untuk benar-benar datang kepada Tuhan, tunduk dalam ratap memohon belas kasih Allah. Allah mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan penduduk Yerusalem sehingga mereka ada dalam ratapan yang begitu dalam, memandang kepada “dia yang tertikam”, menangis dan meratap, ada dalam penyesalan yang dalam dan komitmen yang sungguh untuk memperbaiki diri dan cara hidup. Ratapan, penyesalan diri, persekutuan yang terbangun dengan Allah serta komitmen memperbaiki diri bukan hanya pribadi saja, tetapi terbangun dalam hubungan keluarga yang dibawa kepada Allah.
Saudara sekalian, dalam keterbatasan sebagai manusia buatan tangan Allah, kita patut bersyukur karena dalam segala keadaan kita, kita selalu diperhitungkan oleh Tuhan. Tak pernah sekalipun Allah membiarkan kita terjatuh dan binasa. Allah selalu memperhatikan kita apapun keadaan kita. Hanya memang, terkadang sebagai manusia, banyak kali kita menilai keadaan diri kita sendiri dan keadaan orang lain di sekitar kita dari pandangan kita saja sehingga tidak jarang ketika persoalan hidup dan pergumulan berat dihadapi, manusia cenderung menyalahkan situasi, menyalahkan orang lain, membenarkan diri sendiri dan bahkan tiba pada titik klimaks, menyalahkan Allah… Bacaan kita saat ini mengingatkan kita, manusia hanyalah bagian dari karya Allah dan manusia bukan Allah. Mari tunduk dalam kepasrahan diri kepada Allah untuk mengintrospeksi diri kita masing-masing, telah sungguh-sungguhkah kita mengandalkan TUhan selama ini sebagai satu-satunya YANG BERKUASA dalam kehidupan kita? Ataukah nama Tuhan dijadikan alasan untuk membenarkan tindakan kita sendiri? Bagaimana bentuk pemberian diri kita terhadap Tuhan, apakah dengan terus aktif dalam kegiatan-kegiatan kerohanian yang bertajuk “pelayanan kepada Tuhan” tetapi perkataan, perbuatan, tindakan dan perlakuan kita terhadap sesama justru menyakiti hati Tuhan? Di minggu sengsara yang kedua ini kita diajak untuk terus mengevaluasi diri kita, telah benarkah apa yang selama ini kita lakukan di hadapan Tuhan dan terhadap sesama?
Sesungguhnya, Allah adalah Pribadi yang sangat tahu persis keadaan kita. Karena itu, sangatlah penting untuk ada didalam kepasrahan diri, meratap dalam penyesalan yang mendalam serta kesadaran akan dosa dan pelanggaran kita di hadapan Tuhan. Meratap bukan hanya sekedar menangis sebagai bentuk ekspresi jiwa tetapi dalam penghayatan untuk benar-benar meninggalkan ke-aku-an kita dan tunduk dalam penyerahan diri seutuhnya di hadapan Tuhan. Memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih peduli dan peka terhadap situasi yang dialami orang lain. Meratap berarti tunduk dalam kerendahan, menyadari keterbatasan diri dan membangun kembali semangat untuk beraktivitas dalam kehendak Allah. Meratap pun menjadi tanda pertobatan untuk hidup baru di dalam Tuhan sehingga setiap persoalan dan pergumulan hidup dipandang sebagai bagian dari proses permunian iman dari Tuhan, sehingga kita terhindar dari perasaan yang menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang lain bahkan menyalahkan Tuhan. Meratap dalam kesungguhan menjadi tanda pertobatan untuk hidup baru dan bersikap seperti apa yang dikehendaki Kristus yang bukan hanya menuntut dihargai tetapi bersikap menghargai orang lain, bukan menebar kebencian tapi menabur cinta kasih dan perdamaian, bukan terus menghina tetapi melepaskan pengampunan, bukan terus berusaha dengan kekuatan dan kemampuan sendiri, tetapi berserah pada kekuatan Allah dan tunduk pada kehendak Allah. Meratap sebagai tanda pertobatan adalah sikap yang memandang kepada “Dia yang tertikam” karena dosa dan kekejian kita, Yesus Kristus yang telah menderita sengsara dan mati di kayu salib untuk menebus dosa dan kesalahan kita. Memandang kepada “Dia yang tertikam” membuat kita melihat betapa pedihnya luka itu, dan Dia telah menanggungnya agar kita beroleh keselamatan. Maka hiduplah untuk menjadi alat Tuhan yang memberitakan karya selamat yang dikerjakan Kristus bagi kita. Karena pembaharuan diri bukan hanya tentang keterlibatan aktif kita dalam “ruang pelayanan”, tetapi tentang hidup dalam pertobatan dan menyangkal diri untuk menemukan hidup baru di dalam KRistus yang terwujud dalam sikap yang semakin hari semakin berkenan kepada-Nya. Tuhan menguatkan kita, Roh Kudus meneguhkan komitmen kita. Amin.