TEMA BULANAN : “Rumah Allah Inspirasi Perubahan”
TEMA MINGGUAN : “Kebiadaban Membunuh Keadaban”
BACAAN ALKITAB : Yesaya 52:13-53:12
ALASAN PEMILIHAN TEMA:
Hadirnya masyarakat beradab yang ditopang oleh nilai-nilai dan budaya yang membangun kebersamaan menjadi dambaan kehidupan umat manusia di belahan dunia mana pun. Keadaban mencirikan penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia, adanya kesetaraan dan keadilan, terpenuhi-nya kebutuhan pendidikan, kebebasan mengekspresikan diri. Keadaban yang terikat oleh perkembangan budaya suatu masyarakat akan mendorong setiap orang mengembangkan nilai-nilai yang dianut untuk kesejahteraan bersama.
Keadaban menjadi arah dan tujuan pembangunan masyarakat tetapi tidak sedikit upaya sebaliknya karena kepentingan tertentu, mengesampingkan nilai-nilai keadaban. Kepentingan itu bisa berupa ekonomi atau politik seseorang atau sekelompok orang. Di sinilah muncul sikap men-dominasi, menekan, memaksa dan menindas sehingga struk-tur kemasyarakatan yang pada dasarnya ditopang akal budi dan hikmat, dirusakkan oleh pikiran dan prilaku yang menyengsarakan orang lain. Terjadilah bentuk-bentuk kebia-daban dan kekejaman dan pembasmian kelompok masyara-kat dalam suatu bangsa.
Dunia internasional tampaknya masih diperhadapkan dengan tantangan peradaban karena praktik-praktik kebia-daban masih terjadi. Dengan alasan pemberlakuan norma agama tertentu, atau karena dominasi SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) sekelompok orang tega membunuh kelompok lain yang dianggap tidak “sewarna” ataupun tidak sejalan dalam keyakinan. Adanya benih-benih kebiadaban selalu menjadi tanda awas bagi kita dalam menjawab peradaban di mana citra mulia manusia sebagai gambar Allah dipertaruhkan untuk diperjuangkan, sebagaimana menjadi gagasan di balik tema: “Kebiadaban Membunuh Keadaban”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Gambaran dari hamba yang menderita, mengalami kebiadaban, menunjuk kepada dia yang pada mulanya mengalami penderitaan yang luar biasa, tetapi kemudian akan dihormati, ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. Keadaan-nya disebut buruk rupa, tak tampak seperti manusia lagi. Reaksi orang terhadapnya, menjauh ataupun lari. Dari keadaannya yang penuh kehinaan, ia akan membuat “takjub” banyak bangsa dan para pemimpinnya. Mereka akan mengakui kalah di hadapannya. Kehadirannya tidak dapat dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain pada waktu itu. Ia sungguh berbeda dengan mereka dan mencengangkan karena jalan yang ditempuhnya. Penderitaan dan pengorbanan yang dilakukannya hanya dapat dimengerti oleh orang yang percaya kepadanya. Kemunculannya dari keterpurukan menjadi kemenangan dan kemuliaan memang mengundang pertanyaan, sejauhmana pemberitaan atas peristiwa tersebut dipercayai. (Ayat13-15)
Selanjutnya ia digambarkan seperti taruk di hadapan Tuhan dan tunas dari tanah kering. Ia tetap menjaga maksud ilahi dalam dirinya namun tumbuh sebagai pribadi yang tidak disukai sesamanya. Ia tidak menarik untuk dipandang serta menanggung kehinaan. Ia mengalami kesengsaraan dan kesakitan dalam waktu yang panjang. Ia pun tidak mendapat tempat dalam masyarakatnya. Kesakitannya tidak mem-peroleh rasa sayang dan rasa iba, sebaliknya menjadi alasan ia ditolak dan tidak menjadi bagian dari komunitasnya. (Ayat 2-3).
Orang banyak yang menjauhinya berpikir ia tidak ada hubungannya dengan mereka. Semakin ia jauh dari mereka semakin mereka merasa nyaman dan tidak terganggu. Setiap bagian penderitaan yang dialaminya merupakan peng-hukuman Allah. Ia tidak bisa bertindak apapun, selain menerima tulah yang menimpanya. Pada titik inilah Yesaya mengungkapkan siapa sebenarnya yang harus menanggung kesengsaraan si hamba. Kita sendiri yang memberontak kepada Allah dan patut dihukum. Tubuhnya tertikam, remuk, dan penuh bilur (bekas-bekas luka). Ia menjalaninya dengan rela demi keselamatan. Ia menanggung semuanya. Kejahatan kita yang memberontak seperti domba yang sesat sehingga layak dihukum, ditimpakan Allah kepadanya. (Ayat 4-6)
Dalam sakitnya penganiayaan, si hamba menerima dan membiarkan dirinya mengalami penindasan. Sikapnya yang pasrah berserah seperti seekor domba yang siap dikuliti dan diambil bulu yang berharga darinya. Ia menyerahkan diri karena kehidupannya semata bergantung kepada Allah. Ketika mengalami saat kesesakan dan dijatuhi hukuman, tak ada siapapun yang berpengapa dengan dirinya. Bahkan ia masih mengalami kehinaan sampai pada kematiannya yang dikuburkan di antara orang fasik atau para pembuat kejahatan. Padahal ia seorang yang tidak membalas kejahatan dengan kekerasan dan bersikap jujur. Ayat 7-9 jauh dari pandangan manusia yang terbatas, si hamba sesungguhnya telah melaksanakan rancangan Allah dalam dirinya. Allah meremukkan dia sebagai ganti manusia untuk memperoleh keselamatan. Manusia boleh dilepaskan dari penghukuman dan menikmati persekutuan kasih Allah. Itu sebabnya Allah memberikan apa yang menjadi bagian dari hamba-Nya yang melihat hidupnya hanya untuk menjawab kehendak Tuhan. Kini dari sengsara kegelapan, si hamba akan melihat terang dan menjadi puas, menikmati kehidupan penuh sukacita, dikenyangkan sebagai tanda sejahtera, dan tidak lagi meng-alami kesakitan. (Ayat10-11)
Selanjutnya Allah memberikan kepadanya kege-milangan dari sebuah kiasan peperangan yakni memperoleh rampasan, orang-orang besar dan orang-orang kuat. Sikapnya yang menanggung sengsara, kehinaan dan maut, demi membela dan mendamaikan manusia dengan Allah, memperoleh gantinya dengan kemenangan dan kemuliaan. (Ayat12).
Makna dan Implikasi Firman
Penderitaan dan sengsara yang dialami si hamba dapat menyatakan dua hal. Pertama menyatakan pemberlakuan rencana Allah untuk menebus dosa manusia. Kedua, pengalaman penderitaan si hamba menunjuk pada bentuk pengalaman manusia yang dapat menerima kebiadaban dariorang lain karena suatu kepentingan tertentu. Penderitaan Yesus Kristus sendiri merupakan bentuk kebiadaban yang muncul dari persekongkolan para pimpinan agama dan penguasa yang merasa terancam dengan kemunculan Yesus di tengah orang banyak.
Setiap bentuk kejahatan dan perbuatan yang menurunkan nilai kemanusiaan, tentu merupakan pelanggaran terhadap maksud Allah bagi penciptaan manusia. Allah ber-kehendak manusia mengalami damai sejahtera yang ditopang oleh nilai-nilai keadilan dan kebenaran. Tetapi manusia yang kerap mencari jalan pintas lebih suka mencapainya dengan kekerasan dan ketidakadilan. Manakala keberdosaan manusia merusakkan tatanan yang menjadi rancangan-Nya, maka Allah tidak pernah berhenti membarui dan menyelamatkan dunia ini. Pemberian diri Yesus melalui sengsara dan maut, merupakan karya Allah sekali dan selamanya untuk menyelamatkan manusia.
Menjadi tanggungjawab iman dan moral manusia untuk terus membangun peradaban tanpa kebiadaban dalam setiap zamannya. Bagi kita, membangun peradaban harus dimulai dari konteks kekinian yang berkembang cepat dari segi ekonomi sosial namun juga menurunkan dengan cepat nilai-nilai keadaban, semangat solidaritas dan kebersamaan. Lihat saja, persaingan di tengah masyarakat selalu diikuti sikap saling curiga, tidak membuka ruang dialog, dan berusaha menerapkan kekuasaan untuk menekan pihak yang dianggap musuh.
Pengorbanan Kristus jelas memberi harapan keadaban bagi berkembangnya hidup dalam kasih yang “saling menyelamatkan” bukan “saling menindas”, apalagi “saling membinasakan”.Usaha membangun jembatan komunikasi dan saling pengertian antar orang dan kelompok kepentingan di tengah masyarakat perlu terus ditunjang. Gereja perlu berbenah mengembangkan pola pelayanan yang berempati dan memberdayakan melalui aksi solidaritas, diakonia tetapi juga aksi oikumenis serta kebangsaan yang memperkuat sendi-sendi relasional antar golongan.
PERTANYAAN DISKUSI:
- Apa makna kehadiran “hamba yang menderita” dalam konteks umat dalam Yesaya 52:13-53:12?
- Belajar dari bacaan Alkitab kita di minggu ini, apa nilai-nilai Alkitabiah yang dapat kita renungkan di Minggu I Sengsara Yesus Kristus ini?
- Sebutkan bentuk kegiatan dan pelayanan gereja yang mendorong terciptanya suasana keadaban di tengah bangsa dan negara!
NAS PEMBIMBING: Galatia 5:14-15
POKOK-POKOK DOA:
Mendoakan mereka yang mengalami penderitaan dan kepahitan hidup yang berkepanjangan.
Mendoakan tumbuhnya nilai-nilai solidaritas dan kebersamaan di tengah gereja dan masyarakat.
Mendoakan para pemimpin dan tokoh agama/ masyarakat di Indonesia supaya makin berhikmat dalam memberi bimbingan moral kepada setiap umat Tuhan demi terciptanya keadaban yang makin kokoh di negeri ini.
TATA IBADAT YANG DIUSULKAN:
MINGGU SENGSARA 1
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: DSL 3. Jawab Atas Panggilan Tuhan
Ses Nas Pembimbing: NKB No. 34 Setia-Mu Tuhanku Tiada Bertara
Pengakuan Dosa: KJ No. 467 Tuhanku Bila Hati Kawanku
Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 17 Agunglah Kasih Allahku
Ajakan Untuk Mengikuti Yesus Di Jalan Sengsara: KJ No.376 Ikut Dikau Saja Tuhan
Persembahan: NKB No.127 Ya Tuhan Kaulah Penebus
Nyanyian Penutup: NKB No.201 Di Hidupku Ku Ada Sobat Yang Setia
ATRIBUT:
Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengucapan, salib dan mahkota duri.