TEMA: “Memberitakan Injil Dengan Cara Yang Dapat Dipercayai”
BACAAN ALKITAB: Ibrani 2:1-4
Syalom,… Damai di hati.
Saudara-saudara yang dikasihi Yesus Kristus hari ini kita bersyukur kepada Tuhan yang memberi kesempatan untuk merayakan Hari Ulang Tahun ke-189 Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen GMIM. Tahun ini merupakan perjalanan yang susah, sukar dan sulit disebabkan oleh wabah penyakit Covid-19, namun kita dimampukan untuk berjalan bersama untuk menghayati Minggu-minggu sengsara, Jumat Agung, Paskah, Kenaikan Yesus ke sorga dan Ketuangan Roh Kudus. Kita harus mengakui bahwa banyak manfaat yang dapat kita dapati ketika tetap di rumah dan beribadah. Ternyata rumah semakin membuat hidup kita berarti. Banyak nilai positif yang kita dapatkan seperti rajin bersih-bersih rumah, menata rumah, menyapu, memasak, mencuci tangan, membantu orang tua, bahkan di rumah melahirkan banyak inovasi dengan tahu memanfaatkan IT – Informasi dan Teknologi, Live streaming, saling mengirim ayat-ayat firman Tuhan. Di Hari Ulang Tahun ke-189 Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen GMIM kita dihentar dengan tema: Memberitakan Injil dengan cara yang dapat dipercayai dalam tuntunan firman Tuhan Ibrani 2:1-4 .
Saudara-saudara, bacaan Alkitab ini mengajak kita untuk belajar dari cara hidup jemaat mula-mula, terutama bagaimana iman mereka dibentuk, agar teguh, kuat dan kokoh menghadapi pengajar lain. Cara mereka dididik untuk teliti memperhatikan apa yang telah didengar supaya tidak terbawa arus (ayat 1). Teliti artinya, cermat, dan hati-hati, supaya tidak salah menerima, terutama berita keselamatan. Sebab ada berita yang hanya menyenangkan telinga saja. Tetapi mereka menerima berita besar itu, sebagai berita keselamatan Kristiani yang abadi. Berita itu layak dipercayai karena keselamatan Kristen itu didapat melalui pengorbanan Yesus Kristus, yang mati dan bangkit. Selain itu ajaran kekristenan ini mengungguli semua kepercayaan lainnya termasuk Yudaisme atau Yahudi. Apa yang mereka teliti? Berita itu diberikan kepada orang-orang yang telah diberi tanda dan mujizat, yaitu Para Rasul dengan berbagai pernyataan yang diberikan oleh Roh Kudus.(Ayat 2-4)
Apa artinya bagi kita kini, “kalu badengar, badengar bae-bae, cari tau butul-butul depe sumber berita, supaya nyanda asal-asal trima (kage Cuma cirita burung=cerita nda butul)”. Apalagi kalau ternyata berita itu hanya ingin memecah-belah, “baku bekeng bakalae”, yang rugi adalah kita semua. Alkitab mengatakan supaya jangan hanyut terbawa arus. Ada pertanyaan, ikan apa yang suka ikut arus? Ikan yang suka ikut arus adalah ikan mati. Jadi teliti menerima berita, jangan-jangan sorga talinga, cuma bekeng senang, tidak ada pendirian, akhirnya iko arus menyesatkan. Kita semua yakin, bahwa orang-orang tua kita dulu sebelum menerima kabar besar, yakni kabar keselamatan, yang diberitakan oleh para penginjil, mereka telah teliti dan memperhatikan kabar itu.
Kabar besar inilah juga yang jadi alasan para penginjil datang di Minahasa. Sebab kalau kabar itu kecil (tidak berarti) untuk apa para Penginjil itu bersusah-susah datang di tanah Minahasa? Untuk apa mereka rela meninggalkan tanah air kampung halaman dan negara mereka yang maju dan sejahtera (negeri Eropa). Apalagi Minahasa waktu itu penduduknya masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme? Dengan bimbingan Roh Kudus NZG: (Nederlandsch Zendeling Genootschap) mengirim tenaganya. Inilah yang disebut sebagai usaha memberitakan Injil sebagai orang yang dapat dipercayai. Tentu dipercayai oleh Tuhan, Gereja dan Lembaga Penginjilan. Cara para misionaris memberitakan Injil waktu itu, kelihatan sederhana tapi hasilnya luar biasa dan itu yang kita nikmati sekarang. Mereka mendidik, mengajar para pemuda laki-laki dan perempuan, orangtua untuk tidak hanya menerima Injil, tetapi mengajar metode pertanian yang baik, keterampilan menjahit, membuat roda sampai membuat kue yang kita kenal dengan kukis cucur. Itu yang disebut sejarah penginjilan nyata.
Saudara-saudara, sejarah selalu memberitahu kita, bahwa GMIM dalam Pekabaran Injilnya melewati berbagai gelombang zaman, yaitu: zaman penjajahan Belanda, zaman perang dunia I dan II, zaman kemerdekaan, zaman Jepang, zaman sesudah kemerdekaan, zaman perang saudara/ permesta. Zaman ini juga disebut zaman ”maleset”, yaitu zaman yang penuh kesengsaraan, kelaparan dan penyakit. Tetapi disinilah letak keunggulan gereja/jemaat waktu itu yang tidak menyerah, tidak patah semangat, tetapi terus bekerja sambil berdoa dan bersekutu, dalam keyakinan Tuhan Yesus Kristus akan memberi jalan. Dan mereka lulus dari ujian-ujian yang berat itu. Inilah bentuk memberitakan Injil sebagai orang-orang yang dipercayai, walaupun kondisi mereka masih sangat sederhana, tetapi telah menunjukan iman yang kuat.
Hari Ulang Tahun ke-189 Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen GMIM dan Hari Ulang Tahun GMIM memang selalu berhubungan dengan sejarah, sekilas kita ingat peran Ds Montanus 1675 di Manado. Catatan pahit tahun 1789-1817 Jemaat di Minahasa terbengkalai. Kemudian kita mengenal Josef Kam (Rasul Maluku) 1817 dan Gererit Hellendoren, 1827 yang dikenal sebagai Perintis Pekabaran Injil di Minahasa dan Pelopor Sekolah Kristen di Minahasa.
Peran NZG (Nederlandsch Zendeling Genootschap) tahun 1822 mengirim Ds Lamert Lamers di Manado sampai Kema dan Daniel Muller di Manado dan Tanawangko. Kemudian tahun 1829 Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz, yang tiba di daerah Minahasa, 12 Juni 1831. Tanggal inilah yang dijadikan oleh para pemimpin gereja kita sebagai Hari Ulang Tahun Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen GMIM. Mengapa? Sebab sejak kedatangan mereka Minahasa dijadikan wilayah pelayanan Pekabaran Injil oleh Nederlandsch Zending Genootschap. Itulah sebabnya kemudian NZG selanjutnya mengirim: Ds K.T. Herman, Ds Adam Matern dan Ds Nikolas Philip Wilken, Ds Ulfers, Ds Van der Capelen, Ds N Graafland dan banyak lagi yang dapat kita sebut.
Saudara-saudara yang diberkati Tuhan Yesus,
Perayaan Hari Ulang Tahun Ke-189 Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen GMIM ini, memberi kesadaran bagi kita untuk belajar pada orang-orang tua kita yang mampu bertahan hidup dalam kesusahan dan mampu menye-kolahkan anak-anak mereka. Kita ingat dengan cerdas ketua Sinode pribumi pertama Ds AZR Wenas, mengajar jemaat dengan lagu Pekabaran Injil yaitu: “Hai anak sekolah minggu bekerja dengan rajin, supaya mendapat untung didalam kehidupan. Tanam bete, bete dan batata, ubi pisang rica tamate, poki-poki dan sayur-sayuran untuk kita semua”, sederhana lagu itu tapi mampu menggerakan jemaat untuk menanam. Inilah juga cara memberitkan Injil dengan cara yang dapat dipercayai yang merupakan tindakan nyata. Mari kita sebagai warga gereja selalu bertekad di Hari Ulang Tahun ke-189 Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen GMIM, kita manfaatkan kebun kita atau halaman rumah kita dengan menanam kebutuhan hidup sehari-hari. Terus rajin bekerja sambil tidak melupakan Pendidikan untuk anak-anak kita. Inilah juga cara kita memberitakan Injil dengan cara yang dapat dipercayai, supaya Injil itu tidak hanya diberitakan sebagai teori tetapi dalam bentuk nyata di tengah jemaat.
Saudara-saudara,
Dengan kita merayakan Hari Ulang Tahun ke-189 Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen GMIM, kita juga diingatkan untuk jangan pernah melupakan peran gereja dalam dunia Pendidikan, peran para penginjil dan orang-orang tua kita dulu, yang disebut sebagai: Guru Jemaat, Guru Injil, “Ibu guru/tuang guru dan penulong”. Sebab usaha mereka telah membuahkan hasil merubah peradaban orang Minahasa, mengubah “wajah” Minahasa menjadi negeri yang berpendidikan, negeri pertanian, menghasilkan begitu banyak orang berguna di gereja, di pemerintahan daerah, Indonesia bahkan dunia, baik masa lalu maupun masa kini, sehingga layak bagi kita untuk mengapresiasi peran para pendahulu kita.
Selamat Hari Ulang Tahun ke-189 Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen GMIM. Tuhan Yesus berserta kita, Amin.