TEMA BULANAN :“Rumah Allah, Inspirasi Perubahan”
TEMA MINGGUAN :“Panggung Yesus bukan Panggung Selebritas”
BACAAN ALKITAB: Yohanes 7:1-13
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Istilah ‘panggung’ dapat diartikan ‘arena peran’. Setiap orang yang memiliki bakat dan talenta ingin mendapatkan panggung tersendiri supaya menjadi orang populer seperti selebriti terkenal. Selebritas tidak hanya aktris atau aktor drama dan film tetapi juga orang-orang profesional di segala bidang kehidupan termasuk pemimpin agama. Panggung kehidupan jenis ini diburu dan dominannya adalah pengejaran demi karier dan keuntungan finansial.
Berbeda dengan pekerja sosial, meskipun mereka memiliki skill atau keahlian tetapi mereka tidak memburu atau ambisi terhadap apa yang disebut kehormatan, kemuliaan dan ketenaran apalagi memburu jabatan dan finansial. Arena peran mereka dalam masyarakat luas adalah melayani tanpa pamrih jauh dari pikiran menjadi seorang selebritas. Panggung kehidupan jenis ini dominannya adalah pelayanan publik yang didorong atas dasar martabat kemanusiaan. Merekalah orang-orang yang memiliki orientasi pelayanan terbuka dan pemerhati bagi lingkungan (ekologi), kesehatan masyarakat, tenun, bina moral dan spiritual (pendidik) serta pemerhati seni dan budaya.
Perayaan minggu sengsara Yesus Kristus yang ke-III ini, dipilih tema: “Panggung Yesus Bukan Panggung Selebritas” semata-mata mengajak gereja mengikuti teladan Kristus yang semua orientasi hidup dan karya-Nya adalah menerima semua orang dan melayani mereka dalam semua aspek kehidupan. Dengan demikian, gereja ikut serta menghayati pengurbanan-Nya dan melakukan perannya dalam konteks dunia dan manusia yang sedang menderita.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Yesus mengajar di Galilea dan Yudea dengan menggambarkan diri-Nya sebagai roti yang memberi hidup, sumber air hidup dan terang bagi dunia. Kata-kata dan tindakan-Nya terus menimbulkan pertentangan dengan para pemimpin Yahudi. Yohanes 6:22-8:59
Injil Yohanes 7:1-13 menceritakan Yesus tengah berada di Galilea. Ia tidak tinggal di Yudea karena di sana orang-orang Yahudi berusaha membunuh-Nya (bdk. Yoh.5:18). Pada waktu itu, hari raya Pondok Daun sudah dekat. Hari Raya Pondok Daun (Ibr: Sukkot) adalah sebuah perayaan pengucapan syukur umat Israel atas hasil panen yang dirayakan selama tujuh hari (Imamat 23:33-43; Ulangan 16:13-15). Perayaan Pondok Daun ini merupakan ucapan syukur kepada Tuhan yang telah memberkati umat dari hasil tanah yang diusahakan. Perayaan ini menandakan berakhirnya musim panen. Para petani datang ke Yerusalem bersama keluarganya untuk bersyukur atas hasil panen yang mereka terima.
Saudara-saudara Yesus meminta agar Ia dapat kembali ke Yudea supaya di sana Ia didesak untuk melakukan pelayanan ajaib dan murid-murid-Nya akan menjadi percaya. Yesus menolak melakukan “tanda” di hadapan umum untuk mendapat pengakuan terbuka dari masyarakat Yahudi bahwa Ia adalah Mesias. Murid-murid-Nya telah mengalami perbuatan-perbuatan besar dan ajaib dari Yesus, Ia sangat berkuasa dan memenuhi syarat sebagai Mesias yang dinubuatkan oleh nabi-nabi. Saatnya panggung Yesus tersedia dan terbuka untuk mendapatkan pengakuan publik internasional (dunia). Ia harus terang-terangan mengaku dihadapan publik bahwa Dia-lah Mesias dan pemimpin-pemimpin Yerusalem akan melantik-Nya menjadi Raja atas pemerintahan Israel selama-lamanya (ayat 4). Yohanes memberikan penilaian bahwa saudara-saudara Yesus pun tidak percaya kepada-Nya. Dalam pengertian politis bahwa kriteria seorang calon raja Israel baik fisik dan aksesori jabatan tidak nampak pada Yesus sebagai seorang figur Mesias. Mereka membutuhkan semua syarat politis itu dalam pribadi Yesus (ayat 5). Pengakuan secara glamour ditolak Yesus. Ia tidak memilih tampil pada panggung kebesaran dengan ambisi merebut jabatan dengan kursi kemegahan dan kemuliaan melalui jalan politik publik. Panggungnya bertolak belakang dengan panggung yang mereka pikirkan dan siapkan. Ia berkata: “waktu-Ku belum tiba”sebuah jawaban menunjuk pada kesempatan dan hak bebas-Nya untuk menyatakan diri sebagai Mesias. Mesias, lawan-Nya adalah dunia dengan semua pekerjaaan jahatnya karena diken-dalikan oleh roh-roh kebencian, pengejaran jabatan dengan semua intrik politik keji yang tidak manusiawi, anti kebenaran dan keadilan. Masyarakat luas yang menderita atas perlakuan ‘duniawi’ membutuhkan perhatian dari pelayanan utuh demi kesejahteraan dan keselamatan. Gerakan pelayanan Mesianistik sangat dibutuhkan orang banyak yang menderita, sengsara (ayat 6-7).
Perayaan Sukkot (pondok daun) semua orang Israel rindu menghadirinya dan berpesta syukur atas keberhasilan petani. Saudara-saudara Yesus meminta agar Dia juga pergi ke Yudea untuk menghadiri perayaan bergembira di sana. Mereka melihat hari raya sukkot itu, adalah momen paling pas bagi Yesus untuk tampil di panggung publik untuk melakukan hal-hal ajaib (mujizat) dengan semua kriteria ke-Mesias-an-Nya. Mereka akan bangga, populer, dihormati dan disanjung dan hidup enak sebagai keluarga Yesus sang Mesias, Raja. Impian mereka sirna karena Yesus berkata: “pergilah kamu ke pesta itu,…Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap” (ayat 8).
Ia menyusul mereka ke pesta sukkot itu, Ia mendengar semua desas-desus, isue-isue termasuk orang Yahudi (komplotan imam, Majelis Sanhedrin dan kelompok Saduki-Parisi) sangat berambisi menemukan dan mau membunuh Dia. Pesta Sukkot yang meriah dan bergembira di hadapan Allah tidak boleh diganggu dengan keributan dan tindakan anarkis yang menjurus pada perkara-perkara kriminal. Upacara perayaan itu adalah kegembiraan yang berbalutkan kekudusan meskipun mereka beragama dan beriman tetapi dibalik kesalehan terselubung pikiran-pikiran kotor dan negatif dan rencana-rencana kejahatan yang melawan azas kemanusiaan. Perayaan pondok daun Israel menurut Yohanes menjadi konteks dikotomi panggung kehidupan manusia antara popularitas dan kemunafikan.
Makna dan Implikasi Firman
Gereja dihadirkan Tuhan dan bergulat bersama dengan semua bentuk kehidupan di dalam dunia. Gereja harus tetap kokoh dalam menjaga kemurnian dan keluhurannya sehingga mawas diri dan selalu peka terhadap semua bentuk godaan yang menodai pengutusannya oleh Kristus Yesus sang Kepala Gereja. Gereja terus menjadi inspirasi bagi perubahan-perubahan dunia menjadi lebih damai dan manusiawi untuk hidup bersama.
‘Dunia ini panggung sandiwara…ceritanya mudah berubah’ adalah sepenggal lagu yang dulu amat populer di Indonesia. Syair lagu itu, lahir dari konteks intrik popularitas dan kemunafikan terutama oleh para pelaku politik demokrasi merebut kekuasaan, pengendali ekonomi dan kebijakan yang amat diskriminatif terhadap masyarakat dibidang hukum serta isue-isue ras dan agama, kepercayaan.
Sampai hari ini semangat ‘peran panggung’ semakin kencang disiapkan untuk mengantarkan seseorang merebut simpati rakyat demi ketenaran dan ambisi tertentu. Yesus pernah ditawari panggung seperti ini, sebagai Kepala Gereja, Ia memilih menolaknya apabila hanya menciptakan kesenjangan, diskriminasi dan keuntungan kelompok tertentu atau pribadi. Ia memilih jalan penderitaan untuk menyelamatkan dunia daripada panggung sandiwara ini. Panggung yang disetel manusia untuk mengurbankan manusia lain. Gereja harus memiliki sikap untuk menolak semua permainan panggung yang tampak luarnya manis, mewah, penuh janji tetapi dibalik semua itu palsu. Simak ucapan nabi Yesaya: ‘kalau penipu, akal-akalnya adalah jahat, ia merancang perbuatan-perbuatan keji untuk mencelakakan orang sengsara dengan perkataan dusta, sekalipun orang miskin itu membela haknya’ (Yes.32:7).
Merayakan minggu sengsara Yesus Kristus ke-III ini, panggung kita adalah pelayanan. Hidup dan berkarya untuk melayani tanpa pengejaran ruang popularitas. Isi dari pangung pelayanan lebih banyak menuai air mata karena penderitaan tetapi inilah pemberian diri setiap orang percaya dalam panggung pelayanan yang berakar dalam iman sejati pada penderitaan dan kasih Kristus.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa latar belakang pikiran saudara-saudara ucapan Yesus dalam Yohanes 7:4?
- Bagaimana seharusnya kita (gereja) berpatisipasi dalam kontestasi panggung politik seperti pemilihan pemimpin daerah?
- Bagaimana peran panggung positif dan negatif dalam kehidupan sebagai warga gereja?
NAS PEMBIMBING: Roma 12:2
POKOK-POKOK DOA:
• Pendalaman penghayatan agar jemaat mengambil bahagian dalam penderitaan Kristus melalui keteguhan iman, ketekunan dan kesabaran;
• Panggung-panggung dunia agar lebih jujur dan mengangkat nilai-nilai moral untuk arah politik yang positif melayani sesama;
• Panggung pelayanan gereja yang dinamis, kritis dan konstruktif;
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN :
MINGGU SENGSARA III
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: KJ. No. 454 Indahnya Saat Yang Teduh
Nas Pembimbing: NNBT No. 28 Ya Tuhan Tolong Aku
Pengakuan Dosa: KJ. No.33 Suara-Mu, Kudengar
Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 15 Hidup Yang Penuh Berbeban
Ajakan Untuk Mengikuti Yesus Di Jalan Sengsara: DSL 99 Pikul Salib
Persembahan : KJ No. 174b ‘Ku Heran Jurus’lamatku
Nyanyian Penutup: DSL 181 Yang Menabur Dengan Tangis
ATRIBUT:
Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengucapan, salib dan mahkota duri.