TEMA BULANAN : “Memelihara Keutuhan Ciptaan ”
TEMA MINGGUAN : “Spiritualitas Kerukunan: Satu Hati, Satu Suara”
BACAAN ALKITAB: Roma 15:1-13
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Spiritualitas merupakan pengalaman manusia secara umum dari suatu pengertian akan makna, tujuan dan moralitas. Menjadi seorang yang spiritual berarti menjadi seorang yang terbuka, memberi dan penuh kasih. Spiritualitas Kristen hanya bergantung pada Allah dan bukan pada manusia. Sedangkan kerukunan berarti hidup bersama, sepakat, tidak bertengkar atau damai, bersatu hati dan satu suara. Kerukunan bukanlah sesuatu yang mudah didapat, tetapi harus melewati banyak proses sampai pada sikap yang berani mengambil keputusan demi kepentingan banyak orang. Komunitas apapun tanpa spiritualitas kerukunan: satu hati dan satu suara tidak akan pernah mencapai tujuan hidup tenang dan damai.
Kenyataan, spiritualitas kerukunan antar sosial budaya dan agama sering terabaikan seiring dengan maraknya prilaku sombong dan tidak tenggang rasa yang berujung pada radikalisme, kriminalisme dan terorisme. Kerusuhan antar agama terjadi disebabkan latarbelakang sosial, budaya dan agama mengakibatkan kerusakan dan ketakutan bahkan trauma. Banyak biaya dan waktu yang harus dikeluarkan untuk memulihkan totalitas tatanan kehidupan masyarakat dan lingkungan sebagai korban ketiadaan spiritualitas kerukunan. Spiritualitas kerukunan juga menjadi mahal karena tokoh-tokoh sentral di negeri tidak berani bertindak cerdas bahkan tidak peduli terhadap kehidupan damai dan tentram. Gereja dalam hidup bersama baik dengan sesama orang percaya maupun dengan orang-orang yang tidak seiman harus hidup dalam bingkai spiritualitas kerukunan; satu hati dan satu suara atau satu jiwa dan satu pikiran demi hidup bermartabat dan berwibawa. Tanpa spiritualitas kerukunan, gereja kehilangan martabat, wibawa dan eksistensi diri karena tidak menjadi terang dan garam bagi dunia. Karena itu tema minggu ini adalah: “Spiritualitas Kerukunan: Satu Hati, Satu Suara “
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Surat Roma ditulis Paulus di kota Korintus ±tahun 57 M dan ditujukan kepada orang Kristen Yahudi (diaspora) dan non Yahudi (masyarakat Romawi-Yunani). Roma 15:1-13, berisi nasehat pada kedua kelompok jemaat: yang kuat iman (dunatoi) dan tidak kuat iman (adunaton). Ayat 1-6 berupa nasehat agar umat meneladani Kristus dalam kaitan hidup saling menerima dan menanggung (yang kuat dan tidak kuat) sehingga nama Tuhan dimuliakan dalam bingkai kerukunan. Ayat 7-13, menekankan agar saling menerima antar jemaat hingga meluas pada kesatuan bangsa Israel dengan bangsa-bangsa lain.
Paulus menyatakan bahwa dia termasuk orang yang kuat iman dan menyadari bahwa Yesus Kristus adalah sumber kekuatan (bdk. 14:15). Ia mengajak mereka yang kuat iman agar peduli terhadap mereka yang tidak kuat iman sebab itu adalah kewajiban (opheilomen). Hidup dan mati orang percaya berada di tangan Tuhan sehingga jemaat tidak boleh hidup untuk dirinya sendiri dan berkewajiban menanggung setiap kelemahan (asthenema) dan beban orang lain. Jadi, orang kuat disamping menanggung bebannya sendiri juga beban orang lain, sebagai pekerjaan mulia yang memenuhi hukum Kristus (lihat Gal.6:2). Paulus menekankan larangan mencari kesenangan (areskein) diri sendiri (keegoisan) melainkan demi sukacita bersama untuk mengusahakan ketentraman dan ketenangan batin.
Orang kuat iman yang menanggung beban seperti keteladanan yang dilakukan Kristus yang telah merendahkan diri demi kebaikan jemaat dan membangun gereja-Nya. Keteladanan dalam Alkitab mengungkapkan sifat-sifat Tuhan yang tidak berubah sejak dahulu sampai sekarang dan selamanya. Mempelajari kitab suci membuat orang semakin teguh berpegang pada pengharapan tentang Kerajaan Allah yang dirindukan segala bangsa (bdk. ayat 9-12). Pengharapan dimiliki karena ketekunan dan kesabaran seperti tokoh-tokoh dalam Alkitab. Itulah sebabnya Paulus berkeyakinan dan berdoa supaya Tuhan sebagai sumber ketekunan dan penghiburan mengaruniakan kerukunan sesuai kehendak Kristus. Kerukunan (phroneinenallelois – satu hati dan satu suara bersikap sehati sepikir (bdk.ayat 12:16) adalah mutlak karena hanya dengan cara demikian gereja memuliakan Tuhan. Hanya dengan satu hati, satu suara dalam doa, nyanyian dan pemberitaan Firman, jemaat mengarah ke tujuan tertinggi yakni memuliakan Tuhan secara murni. Karya penyelamatan-Nya menjadi dasar perintah agar jemaat bersatu. Yesus Kristus jugalah yang menganugerahkan hingga jemaat hidup dalam spiritualitas kerukunan.
Selanjutnya tema kesatuan antara bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain adalah gambaran sebagian karya selamat Tuhan yang menjadi latar belakang supaya jemaat Roma hidup dalam kerukunan. Tuhan bertindak karena belas kasihan (eleos) hingga bangsa-bangsa lain dapat memuliakan Dia. Pujian kepada Allah (ayat 9)diambil dalam kesaksian Mazmur 18:50, ayat 10 dari ulangan 32:43, ayat 11 dari Mazmur 117:1, dan ayat 12 dari Yesaya 11:10. Kesaksian kitab suci tentang karya Tuhan digenapi dalam Kristus, sebagai taruk dari pangkal Isai. Jika dalam kerukunan; satu hati satu suara tembok pemisah antara Israel dan kafir terbongkar, maka tembok pemisah antara yang kuat iman dan tidak kuat iman pasti hancur. Paulus sangat berharap hingga ia berdoa supaya Tuhan memenuhi jemaat dengan sukacita dan damai sejahtera (paseskharas kai eirenes). Hidup dalam pertengkaran dan saling menolak dilarang dalam jemaat, sebaliknya hidup dalam kerukunan (ada rasa gembira dan damai) menandakan hidup dalam pengharapan. Peng-harapan bukan praduga atas sesuatu yang mungkin akan terjadi, tapi kepastian bahwa apa yang dinantikan pasti datang.
Makna dan Implikasi Firman
• Kekuatan iman yang dianugerahkan Tuhan secara cuma-cuma kepada setiap orang percaya, sehingga tidak men-jadi sombong dan menganggap rendah yang lain. Seba-liknya harus saling memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan demi kebaikan dan terbentuknya karakter yang baik pada orang yang goyah iman. Dengan demikian ada kebahagiaan yang diberikan Tuhan bagi siapapun yang memperhatikan mereka yang lemah (lihat Mzm. 41:2a).
• Pemberian diri melayani orang lain didasarkan atas kesadaran pribadi sebagai pelayan (diakonos) yang diutus Tuhan dengan tugas istimewa, sehingga harus dilakukan dalam ketekunan dan kesetiaan sebagai bentuk meren-dahkan diri (doulos) seperti yang telah diteladankan oleh Kristus. Melalaikan pelayanan pada orang lain merupakan penyangkalan terhadap diri sendiri sebagai utusan Tuhan.
• Keharmonisan nampak dalam hidup saling menerima, menghargai, melindungi satu dengan yang lain adalah mutlak karena itu menjadi dasar terbentuknya spiritualitas kerukunan; satu hati dan satu suara yang berdasarkan kasih Kristus.
• Spiritualitas kerukunan; satu hati satu suara adalah hal yang tidak bisa ditawar dalam kehidupan berjemaat, sebab hanya dengan kondisi demikianlah jemaat dapat hidup bersama untuk memuliakan Tuhan secara murni.
• Gereja harus mempersiapkan dan mengusahakan penye-lenggaraan pembentukan-pembentukan mental yang menggelorakan spiritualitas kerukunan; bersatu hati dan satu suara secara terstruktur dan sistematis. Gereja harus berani memasuki dan melewati banyak proses dengan segala konsekwensi demi munculnya spiritualitas keru-kunan: satu hati dan satu suara serta menggelorakan gaya hidup tersebut sebagai model yang dapat di tiru orang lain.
• Yesus Kristus telah memberikan keteladanan hingga bangsa-bangsa dapat memuliakan Tuhan, karenanya tidak ada alasan bagi orang percaya untuk bersikap pasif, justru dengan kesadaran ini harus menjadi pelopor kerukunan dalam segala ruang kehidupan. Tuhanlah sumber ke-kuatan yang akan mencurahkan rahmat-Nya bagi yang sungguh-sungguh bersedia dipakai Tuhan untuk meng-upayakan hidup rukun; satu hati dan satu suara.
• Tuhan telah menganugerahkan kuasa pada orang percaya sehingga wajib untuk berusaha hidup dalam kerukunan dengan semua makhluk dan lingkungan hidup sebagai tanggungjawab memelihara keutuhan ciptaan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa pendapat saudara tentang spiritualitas kerukunan; satu hati dan satu suara menurut Roma 15:1-13 ?
- Apa upaya gereja dan pemerintah dalam menjaga keru-kunan di tengah-tengah kemajemukan?
NAS PEMBIMBING: Filipi 2:1-3a
POKOK-POKOK DOA:
Gereja yang saling memperhatikan dan menerima satu dengan yang lain.
Gereja yang berjuang untuk memiliki spiritualitas keru-kunan; satu hati dan satu suara dalam kehendak Tuhan.
Gereja yang menolak tiap upaya menghancurkan spiritualitas kerukunan dalam segala bidang kehidupan.
Gereja yang menjadi pelopor kerukunan dalam segala bidang kehidupan.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN :
HARI MINGGU BENTUK III.
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Nyanyian Masuk: KJ No. 7. Ya Tuhan, Kami Puji Nama-Mu Besar
Ses Nas Pembimbing: KJ No. 413 Tuhan Pimpin Anak-Mu
Pengakuan Dosa: NNBT No. 10. Ya Tuhan Yang Kudus
Pemberitaan Anugerah Allah: KJ No. 40. Ajaib Benar Anugerah
Ses Pembacaan Alkitab: Firman-Mu P’lita Bagi Kakiku
Persembahan: KJ. No.288. Mari, Puji Raja Sorga
Penutup: Persaudaraan Yang Rukun.
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.