TEMA BULANAN : “Demokrasi Dalam Perspektif Iman Kristen”
TEMA MINGGUAN : “Demokrasi bukan Demonstrasi”
BACAAN ALKITAB : Kisah Para Rasul 17:1-9
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Demokrasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ber-arti bentuk atau sistem pemerintahan dimana seluruh rakyatnya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yakni demokratia, kata ini terbentuk dari kata Demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti kekuatan dan kekuasaan. Jadi, demokrasi sepadan artinya dengan kekuasaan rakyat. Abraham Lincoln berpendapat, demokrasi adalah sistem pemerintahan, yang dirancang dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian orang berpen-dapat bahwa demokrasi bukan bagian dari Gereja karena Gereja punya bidang pelayanan tersendiri. Padahal Gereja bertanggung jawab atas jemaatnya untuk membangun demokrasi secara benar. Gereja adalah juga bagian dari masyarakat untuk menghadirkan syalom Allah. Praktek berdemokrasi dalam pelayanan gereja, sebenarnya telah dilakukan dalam hubungan dengan paham Kristokrasi, yakni, dari Dia, oleh Dia dan untuk Dia, demi kemuliaan Dia (Roma 11:36).
Tema “Demokrasi Bukan Demonstrasi” diangkat dalam pembahasan ini karena melihat dan mencermati fenomena sosial masyarakat bahwa ada sebagian orang yang cenderung anarkhis dalam setiap penyampaian pendapat di muka umum bahkan memprovokasi melalui media sosial. Dan kita harus menyadari bahwa masyarakat dalam konteks politik untuk menyampaikan pendapat ada juga warga gereja. Oleh sebab itu penyampaian pendapat seharusnya tidak boleh dengan demonstrasi massa, apalagi disertai dengan kekerasan.
PEMBAHASAN TEMATIS:
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kisah Para Rasul 17:1-9 merupakan kisah lanjutan yang berhubungan dengan perjalanan penginjilan Rasul Paulus bersama Silas ke Tesalonika. Kisah ini adalah bagian dari perjalanan penginjilan kedua yang mengintari Asia Kecil.
Seperti biasanya, Paulus melakukan pemberitaan Injil di rumah-rumah Ibadat Yahudi atau Sinagoge (tempat Ibadah Yahudi). Hal ini ia lakukan selama tiga hari Sabat berturut-turut memberitakan injil untuk menerangkan kepada Jemaat di Tesalonika tentang Mesias yang adalah Yesus yang menderita, mati, bangkit dan naik ke sorga (ayat 2-3). Dan pelayanan ini menghasilkan pertobatan dari beberapa orang Yahudi dan Yunani, termasuk perempuan-perempuan terkemuka (Ayat 4).
Pengajaran Paulus dan Silas menghasilkan kemajuan atas pemberitaan Injil tetapi hal tersebut tidak diterima baik oleh orang-orang Yahudi, sebab bagi mereka pengajaran Paulus dan Silas merupakan ancaman terhadap komunitas Yahudi dengan pengajaran yang bertumpuh pada Taurat. Bahkan, pengajaran Paulus dan Silas juga menimbulkan iri hati yang mengundang reaksi dari orang-orang Yahudi. Dengan melibatkan beberapa penjahat dari petualang-petualang pasar, mereka membuat keributan dan menga-caukan kota Tesalonika.
Yason (Ibrani: Yosua), tampaknya adalah seorang Yahudi yang percaya sehingga membuka rumahnya bagi Paulus dan Silas. Orang-orang yang terhasut itu menyerbu rumah Yason untuk menyeret Paulus dan Silas ke Pengadilan Rakyat, yakni Majelis Umum orang Yunani (Ayat 5-6). Yason sudah mendengar tentang rencana orang-orang yang terhasut itu, sehingga ia langsung mengambil tindakan mengamankan Paulus dan Silas. Karena itu sebagai ganti dari dua orang penginjil tersebut, Yason dan beberapa orang diseret ke hadapan Pejabat-pejabat Kota/Pembesar-pembesar Kota. Yason dituduh menampung orang dengan ajaran religius yang membawa akibat politik, sebab mereka mem-beritakan bahwa Yesus adalah Raja sehingga menjadi isu politik yang terhubung dengan kewibawaan Kaisar Romawi (ayat 7).
Pada Ayat 8, 9 para pembesar kota merasa terganggu oleh tuduhan ini. Tetapi karena Paulus dan Silas tidak dapat ditemukan mereka kemudian memecahkan persoalan ini dengan menganggap Yason dan teman-temannya bertangg-ung jawab apabila kelak terjadi gangguan yang sama. Inilah yang dimaksudkan oleh Paulus dengan halangan dari iblis (pengacau kota Tesalonika) seperti yang disebutkannya dalam 1 Tesalonika 2:18, yang membuat dia tidak dapat kembali ke sana untuk melanjutkan pelayanannya.
Makna dan Implikasi Firman
Indonesia adalah negara Demokrasi. Secara konseptual, demokrasi berarti “Kekuasaan Rakyat”. Dengan demikian rakyat juga memiliki hak dan kuasa untuk menyalurkan aspirasi secara demokratis dan tidak boleh dalam bentuk demonstrasi yang cenderung “merusak”. Demokrasi tidak memuat nilai “Anarkis” (Kekacauan/Kekerasan), seperti yang biasanya di pertontonkan, walaupun tidak semua demons-trasi berujung anarkis.
Berangkat dari perikop bacaan ini, Paulus dan Silas sama sekali tidak melakukan pelanggaran demokrasi. Kehadiran mereka di Tesalonika dilihat sebagai sebuah ancaman, mengajar tentang Yesus selama tiga hari Sabat berturut-turut dan meyakinkan orang-orang untuk bergabung dengan mereka merupakan hal yang sangat serius yang harus di waspadai oleh orang-orang Yahudi. Sebagaimana iri hatilah yang mendorong orang-orang Yahudi untuk mela-kukan keributan maka kitapun sebagai orang Kristen tidak boleh melakukan hal yang sama untuk mengadakan keributan dan provokasi. Dengan cara yang licik mereka menghasut orang lain untuk ikut berdemonstrasi di rumah Yason maka kitapun sebagai anggota GMIM tidak boleh menghasut satu dengan yang lain apa pekerjaan-pekerjaan Tuhan harus dinyatakan. Memang demonstrasi tidak sela-manya memiliki konotasi buruk (negatif) tetapi dapat memperbaiki keadaan apabila disalurkan secara beretika tidak seperti orang-orang Yahudi yang suka menyeret orang lain yaitu Yason untuk kepentingan politik jahat bahkan menghalangi pekabaran Injil dari Paulus dan Silas. Kita tidak boleh menghalangi pekerjaan Tuhan yang memberi kese-lamatan kepada gereja-Nya.
Sebagai orang beriman dan juga sebagai masyarakat Indonesia yang baik dan dewasa, jadilah orang-orang yang menjalankan demokrasi yang baik di negara ini. Terutama ketika kita berada di bulan Agustus, bulan Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75. Demokrasi yang baik dan benar yaitu bukan perang dan bukan permusuhan. Tapi kita menjadikan demokrasi sebagai aset terbesar kita untuk menjaga Negara ini dalam persatuan dan kesatuan. Serta melalui demokrasi kita jadikan kasih sebagai motivasi dan keadilan sebagai tujuan.
PERTANYAAN DISKUSI:
- Apa pemahaman saudara tentang perikop bacaan ini dalam kaitan dengan tema demokrasi bukan demonstrasi menurut Kisah Para Rasul 17:1-9?
- Bagaimana cara mengerti tentang demokrasi dan menempatkan demonstrasi sebagai bagian dari demokrasi!
- Bagaimana peran kita sebagai warga Gereja dan sebagai masyarakat Indonesia untuk menjalankan Demokrasi yang baik ?
NAS PEMBIMBING: Titus 3:8
POKOK-POKOK DOA:
Mereka yang berupaya menghasut dan menghalangi pekerjaan Tuhan
Membawa warga gereja untuk mengerti arti demokrasi yang benar
Warga gereja dan warga masyarakat untuk saling menghargai dan saling menerima dalam mewujudkan tatanan hidup yang harmonis dengan penuh kasih
Demokrasi selalu terjaga dan terpelihara dalam rana hidup orang percaya.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK IV
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan:NNBT No.2 Dunia Tercipta Oleh Kar’na Tuhanmu
Pembukaan: KJ No. 355. Yesus Memanggil
Pengakuan Dosa dan Pengampunan: NKB No. 19 Dalam Lautan Yang Kelam
Ses Pembacaan Alkitab: NNBT No. 37 Tuhan Yesus Adalah Penabur
Persembahan: KJ No. 381 Yang Maha Kasih
Penutup: NKB No.211 Pakailah Waktu Anugerah Tuhanmu
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.