TEMA BULANAN :“Demokrasi Dalam Perspektif Iman Kristen ”
TEMA MINGGUAN : “GMIM Gereja Misioner”
BACAAN ALKITAB : Galatia 2:1-10
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Gereja sebagai persekutuan orang percaya yang diha-dirkan Tuhan di tengah dunia ini, memiliki tugas kesaksian untuk terus memberitakan Injil dan menyuarakan kebenaran dalam kehidupan manusia dan dunia. Sehubungan dengan tugas ini, maka tidak dapat disangkal bahwa ada begitu banyak tantangan dan pergumulan yang dihadapi, baik ke dalam maupun ke luar persekutuan itu sendiri. Berbagai bentuk cara berpikir dan berperilaku turut mengiringi per-jalanan persekutuan orang percaya, dalam mewujudkan tanggung jawabnya.
Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) yang sekarang ini memasuki usia 86 Tahun Bersinode, maka sejak awal hingga saat ini, GMIM tetap berkomitmen menjadi Gereja yang missioner. Walaupun, seperti halnya gereja-gereja yang lain di seluruh dunia, perjalanan pelayanan GMIM juga selalu diperhadapkan dengan berbagai tantangan dan pergumulan seperti menghadapi penyembaran pandemi Covid-19 hal ini menuntut suatu kesiapan diri semua warganya untuk ber-sama-sama menghadapi tantangan dan pergumulan tersebut.
Selanjutnya, GMIM sebagai gereja yang misioner, tentu terus berupaya menempatkan diri secara baik untuk mem-bangun kehidupan bersama yang saling menghormati dan menghargai keberadaan hidup manusia, dalam ruang lingkup bergereja dan bermasyarakat. GMIM sebagai gereja dengan sistem ‘presbyterial sinodal’ terpanggil untuk bersama-sama mengemban tugas missioner dalam menjaga dan merawat pekerjaan pemberitaan Injil yang berdasar pada kehendak Tuhan, sehingga umat-Nya terus bertumbuh, memiliki iman yang kokoh di dalam Dia, dan mampu berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, GMIM sebagai satu institusi bertanggung jawab untuk menjaga keutuhannya, dengan tiada hentinya mem-benahi, memperbaiki, dan meningkatkan kualitas perse-kutuan yang tergambar dalam berbagai aktivitas pelayanan di aras jemaat, wilayah dan sinode. Semua ini dilakukan GMIM dalam menjawab panggilan Tuhan, untuk terus melaksa-nakan misinya sebagai gereja yang diutus Tuhan di tengah kebhinekaan Indonesia dan keanekaragaman dunia ini.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Galatia adalah salah satu propinsi dalam imperium (kekaisaran) Romawi yang meliputi beberapa daerah atau tempat yang sering disebut dalam kaitan dengan perjalanan pekabaran Injil Rasul Paulus, yakni: Ikonium, Listra, Derbe, Pamfilia, Perga, Atalia dan Antiokhia.
Surat Galatia ditulis pada sekitar tahun 48 M, memuat ungkapan hati dari rasul Paulus yang menyiratkan keke-cewaan, kecaman, bahkan kemarahan karena perkembangan jemaat-jemaat yang ada di Galatia. Beberapa persoalan yang muncul dan mendapat sorotan Paulus adalah: pertama, keraguan bahkan ketidak percayaan sebagian jemaat tentang kerasulan dari Paulus, karena tadinya ia adalah seorang penganiaya orang Kristen (Gal 1:22-23). Kedua, jemaat-jemaat di sana begitu mudah terpengaruh dan meninggalkan Injil (pasal 1:6 dan 7a ) dan mendapat kecaman dari Paulus (pasal 1:9b). Ketiga, pandangan tentang orang bersunat dan tidak bersunat yang sedikit-banyak membawa ancaman perpecahan, karena ada pemikiran yang muncul bahwa orang-orang yang mau bertobat menjadi Kristen, haruslah melakukan ritual keagamaan Yahudi secara lahiriah yakni sunat (Kisah Para Rasul 15:5), tetapi hal ini ditolak oleh Paulus, dengan alasan bahwa keselamatan diperoleh di dalam dan melalui Yesus Kristus, bukan dengan sunat lahiriah dan pemberlakuan hukum Taurat. Karena bagi Paulus, bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya ( Gal 6:15).
Galatia 2:1–10 bicara tentang kebijaksanaan rasul Paulus dalam memberitakan Injil kepada semua bangsa tanpa syarat apa pun. Rasul Paulus hendak menegaskan bahwa misi dalam kerasulannya adalah memberitakan Injil bagi setiap orang tanpa batas. Injil tidak hanya untuk kalangan keturunan Yahudi, tetapi juga untuk orang-orang bukan Yahudi. Berkaitan dengan pemberitaan Injil tanpa batas dan masalah Hukum Taurat, maka Paulus diper-hadapkan pada tantangan yang datang dari beberapa pihak yakni, saudara-saudara palsu dan mereka yang terpandang.
Penjelasan ayat 1-5 menyampaikan tentang perjalanan rasul Paulus ke Yerusalem didampingi Titus dan Barnabas untuk memberi penjelasan tentang pemberitaan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi. Dalam hal ini, Paulus merasa wajib untuk mendatangi mereka yang disebut “kaum terpandang” di Yerusalem, untuk mengadakan percakapan khusus, dengan tujuan agar ketika Paulus memberitakan Injil, maka pemberitaan itu tidak menjadi sesuatu yang sia-sia. Di sini memang sangat disadari oleh Paulus bahwa ada sekelompok orang yang disebut “saudara-saudara palsu” yang tidak menginginkan pemberitaan Injil oleh Paulus dan meng-halang-halangi pekerjaannya. Keteguhan hati Paulus dalam pelayanan yang mulia ini didorong oleh pemahaman iman akan kebenaran Injil yang harus tetap diberitakan, tanpa terhalang hal apa pun dan oleh siapa pun. Dan dalam ayat 6-8 menguraikan tentang pengalaman penuh tantangan yang dihadapi oleh rasul Paulus ketika ia berjumpa dengan kaum terpandang di Yerusalem, yang mulanya meragukan pem-beritaan Injil Paulus, akhirnya dapat menerima apa yang diberitakannya. Selanjutnya ayat 9-10 menjelaskan tentang perkembangan dan hasil-hasil yang baik, yang dicapai dalam perjumpaan rasul Paulus dengan Yohanes, Kefas dan Yohanes. Dalam hal ini, pihak-pihak yang terkait dapat saling menerima untuk tujuan pemberitaan Injil. Berjabat tangan sebagai tanda persekutuan tidak hanya melambangkan keakraban sebagai satu persekutuan, tapi juga keteguhan dalam mengemban misi yang sama yakni memberitakan Injil. Jadi, dalam hal ini, pemberitaan Paulus diakui dalam rangka misionernya untuk pemberitaan Injil dengan penugasan khusus bahwa ia memberitakan Injil Yesus Kristus kepada orang-orang tak bersunat (bukan Yahudi) dan rasul Petrus kepada orang-orang bersunat (orang Yahudi ). Hal ini tentu bukan untuk membatasi, apalagi untuk membawa pemi-sahan, tetapi dalam rangka menghormati pekerjaan pem-beritaan Injil yang dilakukan oleh semua pihak, agar Injil tetap diberitakan bagi semua orang dan misi iman yang Injili tetap terawat dengan baik.
Makna dan Implikasi Firman
Sejak murid-murid Yesus beroleh Amanat Agung (Matius 28:19–20, Kisah 1:8), maka Injil mutlak diberitakan oleh siapapun yang mau mengikut Yesus. Injil harus diberitakan kepada siapapun dan dalam situasi apapun, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani (Roma 1:16), Injil adalah kabar selamat yang menjadi berkat bukan hanya bagi orang Yahudi tapi juga seluruh bangsa (Kejadian 12:2, Zakharia 8:13). Pandangan inilah yang menepis berbagai perbedaan paham dan cara pandang orang percaya dalam menjalankan misi Injil, di tengah kehidupan manusia dan dunia.
Dalam kenyataan yang dihadapi oleh gereja, didapati berbagai perbedaan dalam cara pandang tentang pem-beritaan Injil, tetapi semua itu harus diletakkan pada pemahaman bahwa GMIM yang adalah gereja missioner harus terus melaksanakan penginjilan secara keseluruhan dalam ketaatan kepada Tuhan Yesus, Sang Pemberi Amanat, dan bukan berdasar pada penilaian orang lain terhadap orang yang memberitakannya.
Oleh karena itu, penting bagi gereja, termasuk GMIM untuk terus berjalan bersama serta semakin giat dan kokoh dalam pemberitaan Injil. GMIM sebagai persekutuan orang percaya yang ikut bertanggung jawab dalam pemberitaan Injil, yang diamanatkan oleh Tuhan Yesus, memasuki Ulang Tahun ke-86 Bersinode, harus menempatkan pekerjaan pemberitaan Injil itu sebagai prioritas panggilan bagi semua warga jemaat. Menjadi gereja yang misioner, warga GMIM diajak agar pemberitaan Injil itu tidak hanya bertumpu pada seremoni ibadah, tetapi juga melalui kegiatan-kegiatan yang secara langsung bersentuhan dengan banyak orang melalui upaya pelayanan kasih bagi orang-orang miskin (ayat 10), dan usaha pelayanan lain yang menggerakkan, membangun sekaligus memberikan perubahan-perubahan bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan manusia secara individu maupun persekutuan, baik secara jasmani mau pun rohani yang merupakan buah-buah nyata dari karya GMIM sebagai gereja yang misioner.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa yang saudara pahami tentang tugas missioner menurut Galatia 2:1– 10 ?
- Jelaskanlah hubungan antara misi pemberitaan Injil oleh rasul Paulus dan upaya GMIM menjadi gereja yang misioner!
- Bagaimana kita mewujudkan GMIM sebagai gereja yang misioner di tengah masyarakat di Indonesia yang majemuk?
NAS PEMBIMBING : 2 Korintus 4:5-6.
POKOK – POKOK DOA :
- Untuk tugas pelayanan GMIM ke dalam dan ke luar negeri.
- Untuk setiap warga gereja agar peduli dengan kelang-sungan pemberitaan Injil.
- Untuk keteguhan iman orang percaya menghadapi ber-bagai tantangan dalam keaneka-ragaman budaya, tradisi dan keyakinan di Indonesia dan seluruh dunia.
- Untuk terjaganya keesaan gereja di tengah berbagai pergumulan pelayanan
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK IV
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: Cah’ya Siang.
Pembukaan : KJ No. 408 Dijalanku ‘Ku Diiring
Pengakuan Dosa & Pemgampunan : NKB. No. 130 Hidup Yang Jujur
Ses Pembacaan Alkitab : NNBT. No. 46. O Alangkah Indah Hidupku
Persembahan : PKJ No. 146 Bawa Persembahanmu
Penutup : NKB No. 111 Gereja Bagai Bahtera
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.