TEMA BULANAN :“Penataan Persekutuan adalah Cerminan Kualitas Pelayanan”
TEMA MINGGUAN :“Sinergi Pemerintah dan Gereja dalam Menata Pelayanan”
BACAAN ALKITAB : Ezra 7:1-28a
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah sinergi mempunyai arti kerjasama atau berkolaborasi. Sinergi antara pemerintah dan gereja sangat diperlukan, sebab dengan adanya sinergi antara dua lembaga ini, maka akan tercipta sikap yang saling menghargai dan memberi dukungan dalam melaksanakan berbagai program, untuk membangun kehidupan yang sejahtera, aman dan damai secara bersama.
Di era disrupsi ini, ada gereja yang sering berjalan sendiri dan mengabaikan peraturan pemerintah; contoh kewajiban membayar pajak dan menghambat kebijakan pemerintah dalam penanganan virus corona. Dilain pihak, ada peme-rintah yang bertindak semena-mena terhadap warga gereja, di antaranya larangan beribadah dan larangan bagi warga non Kristen untuk mengucapkan salam Natal bagi orang Kristen. Bahkan ada pemerintah yang bertindak seolah-olah gereja adalah sub ordinasi yang dapat diatur dan berada dalam kuasa pemerintahannya. Perilaku ini menyebabkan hubungan yang harmonis antara gereja dan pemerintah menjadi terganggu, sehingga ada saling menyalahkan, tidak peduli dan masing-masing menunjukkan arogansinya.
Seorang Reformator Protestan asal Perancis, yaitu Yohanes Calvin memberi pandangan klasiknya tentang gereja dan negara, yang disebutnya sebagai “dua kerajaan”; bahwa baik gereja maupun negara sama-sama ditetapkan oleh Allah, tanpa terjadinya subordinasi satu terhadap yang lain dan tidak ada sikap saling mengendalikan satu terhadap yang lain.
Di negara kita berpijak, karya dan hidup kita dilindungi oleh undang-undang, termasuk dalam mengekspresikan iman, bahwa negara menjamin kehidupan beragama setiap warganya, implisit di dalamnya adalah kita warga GMIM. Karena pemahaman inilah maka diangkatlah tema “Sinergi Pemerintah dan Gereja Dalam Menata Pelayanan”
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Sebagai salah seorang buangan yang hidup dalam otoritas Artahsasta, raja negeri Persia, kredibilitas Ezra tidak diragu-kan, sebab ia termasuk dalam kabinet pemerintahan raja Artahsasta yaitu, sebagai penasehat untuk masalah-masalah orang Yahudi, yang berada dalam kuasa jabatan Raja Artahsasta. Karena kepercayaan politik ini, maka Imam Ezra yang adalah seorang Lewi dari keturunan imam besar Harun, di utus oleh raja untuk kembali ke Yerusalem, dalam rangka mengatur kembali tata laksana peribadatan di Bait Allah.
Imam Ezra dikenal sebagai seorang ahli kitab dan mahir dalam Taurat Musa, karena itu dalam kesehariannya, ia bekerja sebagai sebagai seorang guru/pengajar Taurat dan juga sebagai nabi, imam serta ahli khitan (sunat).
Raja Artahsasta adalah anak Raja Ahasyweros (Xerxes 1), dari isteri pertama yang bernama Ametris atau Ratu Wasti, yang dipecat dari lingkungan kerajaan, oleh karena menentang kei-nginan Raja Ahasyweros, suaminya. Kedudukan Wasti diganti-kan oleh seorang perempuan Yahudi bernama Hadasa, yang dipilih Raja Ahasyweros untuk menjadi ratu dan diberi nama Persia, Ester. Jadi dalam garis keturunan kerajaan, Raja Artahsasta adalah anak tiri dari Ratu Ester dan besar kemung-kinan hubungan keluarga kerajaan inilah yang membuat Raja Artahsasta bersikap lunak dan sangat peduli kepada Imam Ezra, pun bangsa Israel yang berada dalam wilayah kekuasaannya. Tetapi juga, oleh karena mengenal latar belakang kehidupan Ratu Ester, yang menyembah Allah yang hidup, maka Raja Artahsasta memahami bahwa Imam Ezra, sebagai sesama bangsa Yahudi, menyembah Allah yang hidup.
Di Babel, pada masa kepemimpinan Raja Artahsasta (Artaxerxes), sebagian besar umat Israel yang hidup dalam pembuangan tetap memiliki pengharapan untuk kembali ke tanah air, tanah leluhur mereka. Walaupun ada yang sudah kawin dan memiliki keturunan di tanah pembuangan, tetapi kerinduan untuk kembali ke Bait Allah, Yerusalem, tanah Israel, tidak sirna.
Hidup di negeri asing, dengan tata kehidupan beragama yang berbeda, tidak membuat mereka lupa identitas dan jatidiri sebagai umat Tuhan, tetapi mereka tetap memelihara kesetiaan dan ketaatan kepada Allah, serta selalu merindukan Yerusalem, negeri nenek moyang mereka.
Bagi Imam Ezra, kembali ke Bait Suci Yerusalem adalah kesempatan untuk meningkatkan nilai pengajarannya akan Taurat dan mengokohkan aturan yang ditetapkan Tuhan bagi bangsa Israel. Itu sebabnya di Yerusalem, Ezra mengadakan berbagai pembaharuan rohani. Dalam bagian Alkitab ini, ada ungkapan yang berulang-ulang (sebanyak tiga kali) terhadap Ezra (ayat 6, 9, 28), bahwa ‘Tangan TUHAN, ALLAH-nya melindungi dia’.Berkat penyertaan Tuhan ini diberikan kepada Imam Ezra, karena ketaatan dan kesetiaan Ezra, serta pemberian diri dan ketulusannya dalam pelayanan.
Ezra memberi keteladanan yang baik dalam pembentukan spiritual dan karakter beriman umat Tuhan, yaitu rajin belajar Firman Tuhan, mempraktekkan Firman dalam keseharian hidupnya dan mengajarkan kebenaran Firman yang dipa-haminya kepada orang lain.
Sikap Imam Ezra yang bersungguh-sungguh dalam pela-yanan bagi Tuhan Allah, membuat Allah melembutkan hati Raja Artahsasta dan raja bermurah hati dengan memberikan surat pengantar bagi Imam Ezra untuk mengantar bangsa Israel kembali ke Yerusalem. Dengan bermodalkan surat bermeterai dari Artahsasta, raja negeri Persia, maka Ezra mengumpulkan orang-orang yang akan ikut dengannya dalam kafilah pulang kampung. Rombongannya terdiri dari rakyat biasa yang mau kembali ke Yerusalem, para imam, orang Lewi, penyanyi, penunggu pintu gerbang serta orang-orang yang membantu orang Lewi dalam pelayanan di Bait Allah.
Sinergi antara pemimpin kerajaan/pemerintahan dan pimpinan umat, sangat nampak dalam relasi antara sang imam dan raja, termasuk saat Ezra mendapatkan salinan surat resmi dari Raja Artahsasta, yang isinya adalah tanggung jawab untuk menata kembali persekutuan di Bait Allah Yerusalem dan wewenang yang dapat dilakukannya dalam rangka menggalang dana dari mereka yang menjadi penyandang dana, yaitu raja dan para penasehat istana.
Para penyandang dana wajib berdiakonia untuk Imam Ezra dan rombongannya, dalam perjalanan mereka kembali ke Yerusalem. Karena itu, uang dan berbagai harta benda diberikan raja dan para petinggi istana, sebagai bekal dalam perjalanan, tetapi juga sebagai pasokan perlengkapan atau aset untuk men-danai renovasi dan tata kebaktian di Bait Allah. Inilah tindakan raja untuk turut mengambil bagian dalam pembangunan Bait Allah dan tumbuh kembang iman orang Israel.
Imam Ezra yang mendapatkan kemudahan menuju Yerusalem, tidak mengambil keuntungan dari hubungan baik dan kepedulian raja terhadap ia dan umat Israel, tetapi seba-gai pemimpin umat, Imam Ezra menghargai otoritas raja seba-gai hamba Allah dan selalu memelihara otoritas keimamatan-nya sebagai hamba Allah. Walau perjalanan ke Yerusalem banyak resikonya, tetapi pimpinan dan perlindungan dari Tuhan Allah menuntun dan memimpin perjalanan mereka.
Sebagai hamba Allah, Imam Ezra menunjukkan karakter kehambaan yang dapat dipercaya, jujur dan bertanggung jawab dalam mengelola bantuan, baik keuangan maupun peralatan bagi Rumah Tuhan. Itu sebabnya raja tidak segan-segan untuk membantu dana bagi kebutuhan Bait Allah, melalui keuangan kerajaan atau kas negara. Bahkan ber-modalkan surat sah dari raja, Ezra menerima mandat dan wewenang untuk mendapatkan bantuan dari negara-negara bagian yang menjadi kekuasaan Raja Artahsasta.
Raja Artahsasta menghormati iman dan kepercayaan dari Imam Ezra, karena itu memberi wewenang kepada sang imam untuk tetap memelihara kehidupan percayanya, bahkan segala keputusan yang akan dilakukan, hendaklah sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Ketekunan Ezra sebagai imam, dihormati dan dihargai raja dan raja memberi keputusan untuk memenuhi keperluan imam dan rombongan, sambil berpedoman pada hukum Tuhan.Hal itu dilakukan raja, untuk menghindari murka Allah.
Berbagai kepercayaan diberikan raja kepada Ezra dan ia tidak menjadi takabur, melainkan bersyukur dan menaikkan pujian hormat kepada Tuhan Allah.
Makna dan Implikasi Firman
Kita sering menyebut masa sekarang adalah zaman four point zero (4.0) dan ada juga yang menyebutnya sebagai era disrupsi. Kata disrupsi mengandung arti tercabut dari akar-akanya, yaitu tindakan atau proses mengganggu sesuatu.
Era disrupsi adalah sebuah inovasi yang menggantikan sistem lama dengan cara-cara baru, yang mengakibatkan perubahan diberbagai sektor akibat digitalisasi dan internet disegala bidang.
Menghadapi tantangan di era disrupsi atau revolusi industri 4.0 ini, dimana berbagai sistem lama makin tergeser, digantikan dengan tindakan serta pola kerja dalam sistem yang baru; contoh ketika kita ada dalam masa pandemi covid 19, ada perubahan peribadatan dari gedung gereja ke rumah-rumah keluarga, yang siarannya secara manual melalui toa, digantikan dengan teknologi digital. Dalam proses perubahan ini, maka sinergi antara pemerintah dan gereja menjadi makin penting, harus ditingkatkan dan selalu dibaharui. Termasuk ketika kita mengalami dampak dari digitalisasi politik yang dapat memicu konflik, pasca pemilihan kepala daerah, maka sinergi antara pemerintah dan gereja penting, untuk meredam hal-hal yang dapat memicu perpecahan.
Bagian Alkitab ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya memelihara relasi yang benar dengan Tuhan Allah, sebab Dia senantiasa menyatakan kuasa dan kehendak-Nya bagi orang yang percaya pada-Nya.Selanjutnya, menciptakan sinergi yang benar antara pemimpin bangsa dan pimpinan agama memberi ruang kemudahan dalam menggapai hal-hal yang direncanakan, termasuk dalam penataan pelayanan bergereja.
Pemerintah wajib mensejahterakan rakyat sebagai bagian dari tanggung jawab seorang pemimpin yang takut akan Tuhan dan mengasihi rakyat.
Sebagai pimpinan gereja/jemaat, imam wajib memenej kehidupan jemaat, antara lain mengatur tata laksana per-ibadatan di Rumah Tuhan dan mengelola keuangan dengan baik. Bila imam atau pelayan Tuhan jujur dan bertanggung jawab, maka Tuhan Yesus pasti membuka pintu dan jendela berkat bagi gereja-Nya.
Jabatan memimpin, baik di gereja maupun dalam peme-rintahan adalah anugerah yang mulia dari Tuhan, jadi jangan disalahgunakan dengan hal-hal yang merusak keutuhan jemaat. Seorang pemimpin, baik di gereja maupun masyarakat, sepatutnya menjauhkan diri dari ambisi harta dan kekuasaan, termasuk ketika memiliki akses terhadap kekuasaan politik, jangan menggunakan kesempatan itu untuk berpolitik praktis, supaya gereja (pemimpin dan umat) tetap kudus dan menjadi teladan yang bersih dari ambisi kekuasaan.
Seorang raja/pemimpin pemerintahan yang peduli ter-hadap kehidupan imam dan umat beragama, akan diberkati dan seorang pimpinan agama yang menghargai pimpinan pemerintahan, memberi teladan yang baik sebagai sesama hamba Allah yang diberkati untuk menjadi berkat dengan saling memberkati.
Sebagai warga gereja, mari kita menghormati, menghargai pimpinan agama dan pemerintah kita, senantiasa menopang mereka dalam doa, mengikuti aturan-aturan yang diatur dalam hidup bergereja dan bernegara, bertanggung jawab dalam tugas-tugas sebagai umat dan rakyat. Dengan demi-kian, kita juga dapat menjadi pendorong untuk menopang pemerintah dan gereja dalam bersinergi menata pelayanan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa yang menjadi inti berita Ezra 7:1-28a ?
- Apa rahasia keberhasilan pelayanan imam Ezra, sebagai pimpinan pemerintahan dan agama?
- Bagaimana peran serta kita dalam menopang sinergi antara pemerintah dan gereja?
NAS PEMBIMBING: Roma 13:4-5
POKOK-POKOK DOA:
Ada sinergi yang baik antara pemerintah dan gereja.
Saling menopang dalam melaksanakan program yang sudah diatur.
Ada kesadaran dari lembaga pemerintah dan gereja untuk tidak saling menguasai, melainkan saling menopang.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK I
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Panggilan Beribadah: NKB. No.7 Nyanyikanlah Nyanyian Baru
Nas Pembimbing: KJ No. 260 Dalam Dunia Penuh Kerusuhan
Pengakuan Dosa & Pemberitaan Anugerah Allah: NNBT No 36 ‘Barangsiapa yang Percaya Kepada Tuhan’
Pengakuan Iman : KJ No 280 ‘Aku Percaya’
Hukum Tuhan: KJ No 54 ‘Tak Kita Menyerahkan’
Ses Pembacaan Alkitab: NNBT No 46 ‘O, Alangkah Indah Hidupku’
Persembahan : NNBT No. 15 Hai Seluruh Umat Tuhan
Nyanyian Penutup : NKI No 87a ‘Berkat Yang Tentu Tuhan Memberi’
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.