KITA tak pernah dapat mengatakan bahwa persembahan kita sudah terlalu besar sehingga Allah harus menerimanya. Kita juga tak dapat mengatakan bahwa persembahan kita terlalu kecil sehingga Allah pasti menolaknya. Semua adalah kedaulatan Allah. Bagi-Nya tak ada persembahan yang terlalu besar atau terlalu kecil. Ia mempunyai nilai-nilai-Nya sendiri untuk menerima atau menolak, itu urusan-Nya. Yang menajadi urusan kita ialah adakah kita dengan kerendahan hati dan penuh harap telah mempersembahkan segala sesuatu yang dapat kita persembahkan kepada-Nya?
Dalam perikop ini, Maleakhi mengingatkan umat agar terus membaharui diri. Karena orang yang telah membaharui diri, akan menyenangkan hati Tuhan. Ia berkata : “maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati Tuhan seperti pada hari-hari dulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudahsudah”. Memang telah menjadi kebiasaan umat Israel untuk mempersembahkan korban syukur di hadapan Allah. Korban persembahan yang di bawah pasti menyenangkan hati Allah, jika umat hidup dalam kesucian dan kemurnian. Seperti korban persembahan Habel yang dibawah dengan kerendahan hati. Tidak seperti Kain. Ketika persembahnnya ditolak Allah, “lalu panaslah hati kain dan muramlah mukanya”. Hatinya tetap bertanya-tanya mengapa ditolak? Bukankah seharusnya diterima? Ini tidak adil.
Sobat obor, Tuhan telah mengaruniakan kita berkat yang melimpah. Atas segala yang telah ia berikan, patutlah kita menyerahkan hidup ini sebagai suatu persembahan diri yang berkenan kepada Tuhan. Mempersembahkan diri secara utuh, berarti harus menaggalkan perbuatan-perbuatan keliru yang justru mendatangkan dosa. Hati kita jangan dipenuhi dengan sifat iri, dengki, dendam, dsb. Kita harus membuka hati kita untuk kasih, kebaikan, dan kedamaian. Orang yang selalu membuka hatinya pada jalan kebaikan, akan selalu siap menanti kedatangan-Nya. Hidupnya pasti menjadi korban persembahan yang menyenangkan hati Tuhan, dan berbau harum dihadapan Tuhan. Sekarang, siapkan diri untuk terus menjadi pemuda yang hatinya selalu suci dan murni. Amin (MT)