HIDUP adalah menerima dan mewariskan pusaka. Pusaka itu adalah firman Tuhan. Warisan yang paling berharga yang kita terima dari orang tua, adalah warisan firman Tuhan. Warisan firman Tuhan, harganya abadi. Tidak seperti warisan mobil yang harnganya naik turun. Atau warisan tanah dan rumah yang bisa digadaikan. Juga warisan emas, uang yang bisa lenyap dengan seketika. Kalau hidup ini adalah mewaris; warsikan ilmu, wariskan iman, wariskanlah tutur kata yang baik, wariskanlah kesopanan, dsb.
Dalam perikop ini, Paulus telah meletakkan dasar ajaran-ajaran yang benar. Ia berbicara megenai hal-hal yang telah dipelajari umat Filipi. Ia menganjurkan jemaat Filipi untuk meniru apa yang telah mereka dengar dan lihat didalam dirinya. Jika mereka melakukan semua itu, maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai mereka. Paulus ingin agar setiap nasehat yang ia sampaikan, boleh dilakukan dengan penuh ketaatan. Karena setiap petunjuk dan petuah darinya berbicara tentang kemuliaan Allah.
Sobat obor, hidup ini penuh dengan nasehat, petunjuk, petuah. Tetapi apakah kita sendiri melakukannya? Seorang ayah menyuruh anaknya rajin ke gereja, namun ia sendiri jarang ke gereja. Seorang guru mengajarkan murid untuk adil, namun ia sendiri pilih kasih. Seorang pendeta berkhotbah agar jemaat saling menghargai, namun ia sendiri penuh dengan iri hati. Seorang polisi menegur pengemudi, tetapi ia sendiri melanggar aturan lalu lintas. Orang tua melarang anaknya berkata kotor, tapi kalau mereka bertengkar, kata-kata kotor itulah yang keluar, dsb. Maka bingunglah sebuah generasi. Mereka mendengar nasihat tapi tidak melihat teladan. Dan jika sebuah generasi menjadi bingung, mungkinkah ia akan mewariskan nilai-nilai hidup pada generasi berikutnya? Mari, selamatkan generasi kita dengan mengubah sikap, perkataan dan pikiran kita terlebih dahulu. Buat diri kita menjadi teladan. Agar generasi berikutnya tetap mewariskan hal yang sama. Sehingga Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kita. Amin (MT)