1 Korintus 12:24-25
(24) Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus,
(25) supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan.
SOBAT Obor, dalam satu organisasi kita mengenal mereka yang rajin, yang dengar- dengaran, yang aktif. Mungkin sebagian besar dari kita yang membaca renungan ini. Kita kategori anak- anak manis yang aktif melayani Tuhan. Tentu kesediaan pemuda yang masuk dalam kategori ini patut diapresiasi. Paulus menyebutnya dalam ayat ini sebagai anggota tubuh yang elok. Kita sebut saja sebagai Si Elok. Si Elok ini lah yang dipakai Tuhan untuk melayani, hampir setiap hari ia disibukkan dengan aktivitas pelayanan di mana- mana. Tugas pelayanan adalah makanan sehari- hari yang ia terima. Dikagetkan dengan tugas memimpin ibadah pun tidak masalah baginya. Gedung gereja, konsistori bahkan sampai aktivitas administrasi gereja sampai menyediakan sampul sekalipun dikuasainya. Disuruh tampil di depan jemaat? Oh apalagi, hal ini tidak lagi semenakutkan orang yang jarang tampil di depan umum. Pendek kata, si Elok ini adalah seseorang yang biasa kita kenal sebagai “orang gereja”.
Tapi terkadang Si Elok ini juga bertingkah lebih. Merasa menguasai segalanya dalam aktivitas bergereja membuatnya merasa diri lebih tahu. Yang lain dianggap kurang tahu. Ketika berhadapan dengan masalah yang membutuhkan keputusan, ia merasa harus selalu didengar. Makanya ketika ia tak dianggap, istilah “maraju” langsung beraksi. Apakah kita bersifat demikian juga? Dalam ayat ini Paulus menyebut si Elok itu sebagai seorang yang tidak membutuhkan perhatian khusus seperti halnya yang dibutuhkan si Kecil yang “kurang terhormat”. Si Elok seharusnya memahami bahwa keterpanggilannya adalah sebuah anugerah. Dan dengan anugerah itulah ia harus merangkul saudara- saudaranya. Inilah yang dimaksudkan Paulus dengan “supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota- anggota yang berbeda itu saling memperhatikan.” Semoga sebagai tubuh Kristus kita berjuang dalam rangka kesatuan dengan saling memperhatikan satu dengan yang lain. Yang kuat melengkapi yang lemah bagi kesatuan tubuh Kristus. Amin. (DLW)