Penulis : Pdt. Deni Leiden Waljufri, S.Th
SOBAT obor, banyak orang Kristen berpikir bahwa tugas pemberitaan Injil itu adalah tugas para pendeta atau orang yang bekecimpung dalam dunia teologi saja. Maka sering terjadi sikap apatis dari orang yang merasa awam dalam kerohanian. Kenyataannya banyak penginjilan besar lahir dari orang biasa. Ilmu tentang Tuhan yang dipelajari di dunia teologi malah sering membatasi dan memberi sekat seseorang untuk bergerak keluar dan memberitakan Injil Yesus Kristus. Fakta sejarah menunjukkan keberhasilan penginjilan banyak terjadi dari gerakan kaum biasa. Bahkan penginjilan awal, oleh Yesus memang kenyataannya menarik murid-muridNya yang memang awam bahkan dianggap tak tahu apa-apa.
Yesus memanggil murid-murid untuk menyaksikan perjalanan Mesias mulai dari Danau Genesaret. Danau ini nama lainnya ialah Danau Galilea yang panjangnya sekitar 23 Km dan lebarnya 10 Km. Orang Romawi menyebutnya Danau Tiberias untuk menghormati salah seorang kaisar mereka. Siapa yang dipilih Yesus? Nelayan! Bagaimana cara Yesus memilih murid-murid-Nya? Dengan cara yang sederhana namun penuh kuasa. “Bagaimana mungkin seorang tukang kayu mengajari seorang nelayan tentang cara menangk.p ikan?”, mungkin begitulah gambaran pikiran Petrus saat Yesus menyuruh dia menangkap ikan. Sementara ia dan teman-temannya telah sepanjang malam bekerja tanpa hasil. Petrus mewakili kebanyakan orang keliru memahami Yesus. Simon Petrus dan rekan-rekannya adalah nelayan sejati. Mereka bekerja keras sepanjang malam untuk menangkap ikan. Sayangnya mereka tidak menghasilkan apa-apa waktu itu. Sebab itu perintah Yesus agar mereka kembali menjala sebenarnya mendapat tanggapan yang tidak terlalu positif dari Petrus. Malam adalah waktu terbaik untuk menangkap ikan, lalu kenapa harus menjala di siang hari bila pada malam hari saja mereka tidak mendapat ikan? Sementara yang mengusulkan adalah seorang anak tukang kayu. Namun ketika akhirnya Petrus menuruci perkataan Yesus, dia melihat keajaiban itu. Ikan memenuhi jala hinggap hampir robek!
Maka inilah saat terbaik untuk menjala sang penjala. Petrus tersungkur di depan Yesus. Bila di ayat 5, Petrus menyebut Yesus “Guru”, tetapi di ayat 8 ia menyebut Yesus “Tuhan”. ini merupakan lompatan besar bagi Petrus dalam pemahaman akan kebesaran Yesus. la mengakui dosanya karena telah enggan mematuhi perintah Yesus. la mengira dirinyalah yang ahli menjala ikan, tetapi saat ia melihat Yesus sebagai Tuhan yang berkuasa atas danau dan isinya, ia berubah percaya. Berhadapan dengan Yesus dan mengalami kuasa-Nya membuat Petrus menyadari keberadaan dirinya yang berdosa. Suatu sikap yang Yesus inginkan ada dalam diri orang yang akan Dia panggil menjadi hamba-Nya. Maka kisah penangkapan ikan berlanjut menjadi kisah ‘penangkapan” Petrus oleh Yesus. Sejak saat itu, Petrus akan menebarkan jalanya di laut yang berbeda, yakni lautan manusia yeng membutuhkan Kristus. Sobat obor, betapa luar biasa anugerah Allah yang mengubah orang berdosa menjadi hamba-Nya. Kita pun dapat mengalami anugerah itu dalam hidup bila kita menyadari keberdosaan kita dan betapa kita memerlukan pertolongan Kristus. Dengan cara inilah Tuhan memanggil seseorang untuk menjadi pelayan yang menjala manusia. la memanggil semua orang tanpa memandang latar belakangnya. Yang diperlukan adalah kerendahan hati untuk mengakui kekuasaan Yesus sebagai Tuhan dan pengakuan akan dosa-dosa yang lahir dari perasaan hebat dan superior sebagai manusia. Pemilihan Tuhan atas nelayan sebagai murid-murid-Nya yang mendampingi dia selama ada di dunia, menunjukkan pemilihan Allah kepada siapa saja.
Sobat obor, kita sering kali menolak pelayanan karena merasa tak mampu, tak berpendidikan teologi, bahkan merasa tak mampu berbicara. Padahal berdasarkan bacaan ini, sikap yang merasa rendah inilah malah yang diperlukan Tuhan dalam mengabarkan Injil Kerajaan Sorga bagi setiap insan. Maka mulailah percaya, bahwa kita yang sementara membaca renungan ini pun mau dipilih Tuhan. Bukan karena hebat, tapi dari kesediaan diri untuk mengakui kelemahan dan menyerahkan diri untuk dipakai-Nya. Amin. (DLW)