ADA peribahasa Yahudi yang mengatakan bahwa pada setiap anak, selalu ada tiga yang terlibat “bapa, ibu dan Roh Allah”. Mereka yakin bahwa seorang anak tidak akan dilahirkan tanpa Roh Kudus. Bagi mereka, Roh Allah berperan dalam kehidupan keluarga bahkan sejak seorang anak ada dalam kandungan. Ada kemungkinan bahwa cerita-cerita Perjanjian Baru (PB) mengenai kelahiran Yesus, diungkapkan dengan kata-kata indah. Yang secara puitis dikatakan bahwa kalaupun Ia mempunyai seorang ayah manusiawi, Roh Kudus tetap bekerja dalam kelahiran-Nya secara unik.
Maria bertunangan dengan Yusuf. Waktu itu, pertunangan biasanya berlangsung selama setahun dan mempunyai ikatan yang agak sama seperti pernikahan. Seandainya pria tunangan itu meninggal dunia, maka secara hukum ia adalah seorang janda. Ungkapan yang dipakai terdengar agak aneh, “seorang perawan yang adalah seorang janda”. Dalam bagian ayat ini, kita diperhadapkan dengan cerita kelahiran Yesus dari seorang perawan. Yesus dilahirkan tanpa seorang ayah insani, melainkan oleh Roh Kudus. Sebagaimana Yesus kita yakini adalah pribadi yang unik. Maka tentu dengan cara yang unik pula Ia hadir ke dalam dunia.
Sobat obor, sikap Maria dalam menghadapi perkara yang terjadi dalam dirinya adalah diam dan tenang. Segala apa yang dinyatakan Allah kepadanya, dijalankan, dikerjakan dan bukan dipendam. Makin mendalam ia merenungkan firman Allah, makin mendalam juga pengetahuannya akan kekayaan rahasia Allah. Semakin banyak kekuatan imannya, maka semakin kuat hidupnya untuk bersabar, untuk mengharap serta untuk menunggu waktu yang telah ditentukan oleh Tuhan. Kesabaran Maria berbuah manis. Kesabaran Maria menjadi berkat. Kesabaran seperti itulah yang kiranya kita miliki. Sekalipun atas satu perkara besar kita berkata “bagaimana mungkin?”. Bagi Tuhan, tidak ada yang mustahil. Amin (MT)